22
menganalisis bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier, berupa literatur buku-buku,
peraturan perundang-undangan dan sumber lainya yang berkaitan dengan penulisan tesis.
4. Analisa Data
Analisa data merupakan suatu proses mengorganisaikan dan menggunakan data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan suatu hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.
30
Di dalam penelitian hukum normatif, maka maksud pada hakekatnya berarti kegiatan untuk
mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan perkerja analisis dan kontruksi.
31
Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data tersebut akan
disistematisasikan sehingga
menghasilkan klasifikasi
yang selaras
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, dengan tujuan untuk memperoleh
jawaban yang baik pula. Semua data yang telah terkumpul dan diperoleh baik dari data primer dan
sekunder serta semua informasi yang didapatkan akan dianalisa secara kualitatif analisis, artinya analisa dilakukan dengan mengunakan analisa kualitatif, yaitu data
yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas.
30
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hal.106
31
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, 1986, hal. 25
Universitas Sumatera Utara
23
H. Sistematika Penulisan
Bab I merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang segala hal yang umum dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berisikan latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, kerangka teori dan konsepsi, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II membahas tentang pelaksanaan peleburan PT. Buana Perkasa Logistindo dan PT. Prima Utama Logistik menjadi PT. Infinity Logistindo Indonesia
yang terdiri dari tinjauan mengenai peleburan perusahaan dan pelaksanaan peleburan PT. Buana Perkasa Logistindo dan PT. Prima Utama Logistik menjadi PT. Infinity
Logistindo Indonesia. Bab III membahas tentang konsekuensi yang timbul terhadap pekerja pada
perusahaan hasil peleburan PT. Infinity Logistindo Indonesia terdiri dari tinjauan tentang tenaga kerja, tinjauan tentang pemutusan hubungan kerja PHK dan
konsekuensi yang timbul terhadap pekerja pada perusahaan hasil peleburan PT. Infinity Logistindo Indonesia.
Bab IV membahas tentang bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja pada perusahaan perseroan terbatas yang melakukan peleburan terdiri dari perlindungan
terhadap kepentingan pekerja untuk diberikan kesempatan melanjutkan hubungan kerja dan perlindungan terhadap hak normatif pekerja yang terkena pemutusan
hubungan kerja PHK. Bab V merupakan bab yang membahas mengenai kesimpulan dan saran.
Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dari seluruh penulisan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya sekaligus memberikan saran-saran terhadap
data yang ada.
Universitas Sumatera Utara
24
BAB II PELAKSANAAN PELEBURAN PT. BUANA PERKASA LOGISTINDO
DAN PT. PRIMA UTAMA LOGISTIK MENJADI PT. INFINITY LOGISTINDO INDONESIA
A. Tinjauan mengenai Peleburan Perusahaan 1. Pengaturan Mengenai Peleburan
Selain akuisisi dan penggabungan perusahaan, masih ada bentuk lain dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pengusaha, yaitu peleburan perusahaan.
Peleburan perusahaan sama halnya dengan akuisisi dan penggabungan perusahaan merupakan pengembangan perusahaan yang sudah ada. Pengembangan dalam arti
kualitas ini terjadi karena ada dua atau lebih perusahaan yang bergabung dan meleburkan diri membentuk perusahaan baru, sedangkan perusahaan yang lama
bubar. Istilah “Peleburan” dipakai dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, sedangkan istilah “Konsolidasi” serapan dari kata bahasa
Inggris Consolidation, dengan demikian, istilah peleburan berarti sama dengan konsolidasi.
Secara konseptual, peleburan perusahaan sering disimbolkan sebagai berikut PT. A+PT. B= PT. C, dari simbolis tersebut tergambar bahwa setelah proses
peleburan hanya ada satu entitas hukum, yang lain PT. A dan PT. B entitasnya berakhir karena hukum. Setelah proses pelburan hal lain yang tersirat dari simbolisasi
tersebut adalah mengenai aktiva dan pasiva dari perusahaan yang dileburkan beralih menjadi aktiva dan pasiva PT. C atau perusahaan hasil peleburan. Perbedaan prinsipil
24
Universitas Sumatera Utara
25
antara penggabungan dengan peleburan ada pada entitas hukum setelah proses penggabungan atau peleburan, jika dalam penggabungan entitas hukum yang
dipertahankan adalah salah satu dari entitas hukum yang sebelum proses penggabungan telah ada sedangkan pada peleburan entitas hukum yang ada sebelum
proses peleburan tidak ada yang dipertahankan eksistensinya tetapi dibentuk entitas baru.
32
Sejatinya perbedaan antara penggabungan dan peleburan sangat tipis, kondisi ini juga telah disadari oleh pembentuk Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan
Terbatas oleh
karena itu
pembentuk undang-undang
mencantumkan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan ketentuan tentang penggabungan secara mutatis dan
mutandis berlaku juga bagi peleburan perusahaan.
33
Peleburan perusahaan yang berbentuk perseroan diatur dalam Pasal 1 angka 10 dan Pasal 122 sampai dengan Pasal 134 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Perseroan
Terbatas yakni pada Pasal 20 sampai Pasal 25 yang secara khusus mengatur mengenai peleburan perusahaan.
2. Pengertian Peleburan