86
Bagian menimbang pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengigatkan bahwa bertapa penting peran pekerjaburuh tersebut
sehingga perlindungan terhadap pekerjaburuh perlu untuk dilindungi berkaitan dengan perlindungan terhadap kepentingan pekerja untuk diberi kesempatan
melanjutkan hubungan kerja pada PT. Infinity Logistindo Indonesia dapat ditinjau dari pihak perusahaan maupun pihak pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan
Kerja PHK.
1. Tinjauan Dari Pihak Perusahaan
“Menurut Ubahary Kenty, Branch Manager PT. Infinity Logistindo Indonesia bahwa,
menyangkut kepentingan
pekerja untuk
diberi kesempatan
melanjutkan hubungan kerja, pihak perusahaan telah mengupayakan secara maksimal agar kepentingan pekerja tetap diperhatikan, sebelum peleburan
perusahaan terjadi pihak perusahaan telah mengumumkan secara tertulis kepada para pekerja bahwa akan terjadi peleburan perusahaan, dan dari
pengumuman tersebut terdapat sejumlah pekerja yang menyadari bahwa dengan terjadi peleburan dipastikan akan terjadi rasionalisasi jumlah pekerja
maka sejumlah pekerja telah memilih untuk tidak melanjutkan hubungan kerja, ini berarti pihak perusahaan bukanya tidak memberikan kesempatan
melanjutkan hubungan kerja namun pekerja tersebut yang tidak mau melanjutkan hubungan kerja, dan perusahaan juga mengakui bahwa pihak
perusahaan juga melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sejumlah pekerja lainya, akan tetapi dalam pemutusan hubungan kerja tersebut
perusahaan telah mempertimbangkan secara matang, setelah itu baru perusahaan mengambil keputusan untuk memberikan kesempatan kepada 350
orang pekerja dari 500 orang pekerja untuk diberi kesempatan melanjutkan hubungan kerja”.
110
2. Tinjauan Dari Perwakilan Pihak Pekerja Yang Terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK
“Menurut Suprianto perwakilan dari pekerja perusahaan tersebut yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK, bahwa menurut pihak pekerja
yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK menyatakan bahwa
110
Wawancara Tanggal 1 Oktober 2013 dengan Bapak Ubahary Kenty Branch Manager PT. Infinity Logistindo Indonesia, Pukul 13.30 WIB.
Universitas Sumatera Utara
87
perusahaan dinilai kurang memeperhatikan kepentingan pekerja khususnya untuk dapat melanjutkan hubungan kerja, sebab ini terlihat dari adanya 150
orang pekerja yang terkena pemutsan hubungan kerja PHK dan pemutusan hubungan kerja tersebut menyebabkan hilangnya penghasilan dan mata
pencaharian dari para pekerja, perusahaan memang telah mengumumkan bahwa akan terjadi peleburan perusahaan namun para pekerja mempunyai
harapan besar untuk dipekerjakan kembali setelah perusahaan melakukan peleburan, karena para pekerja tersebut rata-rata sebagai tulang punggung
keluarga, tetapi perusahaan dengan alasan efisiensi dan rasionalisasi jumlah pekerja, untuk mengurangi jumlah pekerja sebanyak 150 orang dan para
pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja telah berupaya untuk melakukan musyawarah dengan pihak perusahaan secara baik-baik, dengan
harapan bahwa pihak perusahaan dapat memberikan kesempatan untuk melanjutkan hubungan kerja, namun pihak perusahaan tetap tidak berkenan
untuk memberikan kesempatan untuk melanjutkan hubungan kerja, dan bahkan hampir terjadi sengketa antara pihak pekerja dan pengusaha, namun
pihak pekerja memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan yang dapat menimbulkan sengkata nantinya seiring waktu para pekerja yang terkena
pemutusan hubungan kerja juga telah pasrah dan menerima apa yang menjadi keputusan perusahaan , dan dengan berupaya mencari perusahaan baru untuk
dapat bekerja dan mendapatkan sumber penghasilan kembali”.
111
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ubahary Kenty, Branch Manager PT. Infinity Logistindo Indonesia, pada tanggal 1 Oktober 2013, pukul
13.30 Wib, dan Bapak Suprianto perwakilan pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK, pada tanggal 28 Januari 2014, pukul 14.00 Wib dapat
dianalisis bahwa antara pihak perusahaan dan pihak perwakilan pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja terdapat perbedaan penjelasan, meskipun ada kesamaan
namun terdapat perbedaan khususnya mengenai penjelasan perusahaan terdapat sejumlah pekerja yang tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja namun dari pihak
perwakilan pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja menyebutkan bahwa pekerja malahan mengharapkan untuk diberi kesempatan melanjutkan hubungan
kerja, dan pihak pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja menyebutkan
111
Wawancara Tanggal 28 Januari 2014 dengan Bapak Suprianto Perwakilan dari Pekerja yang terkena PHK pada PT. Infinity Logistindo Indonesia, Pukul 14.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
88
bahwa pekerja malahan mengharapkan untuk diberi kesempatan melanjutkan hubungan kerja, dan pihak pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja
menyebutkan telah berupaya melakukan musyawarah dengan pihak perusahaan secara baik-baik namun pihak perusahaan tidak memberikan tanggapan yang positif
pihak perusahaan tetap bersi keras melakukan Pemutusan Hubungan Kerja PHK terhadap sejumlah pekerja.
Menyangkut kepentingan pekerja diatur dalam Pasal 126 ayat 1 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur bahwa
perbuatan hukum penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan wajib memperhatikan perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan, kreditor,
mitra usaha lainya dari perseroan, dan masyarakat.
112
Pasal tersebut mengigatkan pengusaha agar didalam melakukan perbuatan hukum penggabungan, peleburan
pengambilalihan, atau pemisahan salah satu yang wajib diperhatikan adalah kepentingan pekerjakaryawan.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan, peleburan, pengambilalihan juga mengatur ketentuan tersebut bahwa kepentingan
pekerjakaryawan perlu diperhatikan seperti yang diatur dalam Pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah tersebut yang mengatur bahwa penggabungan, peleburan, dan
penggambilalihan hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas, dan karyawan perseroan yang bersangkutan,
kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
113
112
Pasal 126 ayat 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
113
Pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan.
Universitas Sumatera Utara
89
Kepentingan pekerja untuk diberi kesempatan melanjutkan hubungan kerja juga diatur didalam Undang-Undang Ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yakni Pasal 151 yang mengatur:
114
1. Pengusaha, pekerjaburuh, serikat pekerjaserikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja. 2. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja
tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerjaserikat buruh atau
dengan pekerjaburuh apabila pekerjaburuh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerjaserikat buruh.
3. Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 benar- benar
tidak menghasilkan
persetujuan, pengusaha
hanya dapat
memutuskan hubungan kerja dengan pekerjaburuh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Namun dengan pengaturan yang telah menyebutkan bahwa memperhatikan kepentingan pekerja yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas,
Peraturan Pemerintah maupun Undang-Undang Ketenagakerjaan menjadi kurang efektif sebab Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
memberi peluang terhadap pengusaha untuk melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak dapat kita lihat dalam Pasal 163 ayat 2 mengatur bahwa Pengusaha
dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerjaburuh karena perubahan status, penggabungan atau peleburan perusahaan, dan pengusaha tidak
bersedia menerima pekerjaburuh diperusahaanya, maka pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerjaburuh.
115
114
Pasal 151 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
115
Pasal 163 ayat 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Universitas Sumatera Utara
90
Masalah mengenai Pemutusan Hubungan Kerja PHK selalu menarik untuk dikaji dan ditelaah lebih mendalam. Tenga kerja selalu menjadi pihak yang lemah
apabila dihadapkan pada pemebri kerja yang merupakan pihak yang memiliki kekuatan. Sebagai pihak yang selalu dianggap lemah, tidak jarang para tenaga kerja
selalu mengalami ketidakadilan apabila berhadapan dengan kepentingan perusahaan. Kasus-kasus tenaga kerja yang hangat dibicarakan antara lain kasus PT. Dirgantara
PT. DI, Texmaco, dan lain-lain.
116
Pemutusan Hubungan Kerja PHK telah memiliki pengaturan tersendiri, namun undang-undang mengatur mengenai Pemutusan Hubungan Kerja PHK
tersebut juga memiliki beberapa kelemahan, karena law inforcement yang terdapat di lapangan juga masih rendah, sehingga infrastruktur penegakan hukum tidak mampu
untuk melaksanakan apa yang sudah diatur undang-undang.
117
Tujuan utama hukum perburuhan adalah untuk melindungi kepentingan buruh. Tujuan tersebut dilandasi oleh filosofis dasar bahwa buruh selalu merupakan
subordinansi dari pengusaha. Oleh karena itu, hukum perburuhan dibentuk untuk menetralisir ketimpangan tersebut. Dengan demikian ketika undang-undang itu tidak
mampu menyeimbangkan subordinansi tersebut, hal tersebut terjadi karena kegagalan secara substansi dan kepentingan dilapangan yang lebih berpihak kepada para
pengusaha ketimbang buruh.
118
116
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hal. 56.
117
Ibid, hal. 90
118
Ibid, hal. 89
Universitas Sumatera Utara
91
Pengaruh Pemutusan Hubungan Kerja PHK bagi pihak pekerjaburuh akan memberi pengaruh pisikologis, ekonomis, finansial, sebab:
119
a. Dengan adanya Pemutusan Hubungan Kerja PHK, bagi pekerjaburuh telah kehilangan mata pencaharian.
b. Untuk mencari pekerjaan yang baru sebagai penggantinya harus banyak mengeluarkan biaya keluar masuk perusahaan, disamping biaya-biaya
lain seperti pembuatan surat-surat untuk keperluan lamaran dan foto copy surat-surat lain.
c. Kehilangan biaya hidup untuk diri dan keluarganya sebelum mendapat pekerjaan baru sebagai penggantinya
Sehubungan dengan akibat yang ditimbulkan dengan adanya Pemutusan Hubungan Kerja PHK itu khususnya bagi pekerjaburuh dan keluarganya, Prof
Imam Soepomo menyatakan bahwa:
120
“Pemutusan Hubungan Kerja bagi buruh merupakan permulaan dari segala pengakhiran, permulaan dari berakhirnya mempunyai pekerjaan, permulaan
dari berakhirnya kemampuan membiayai hidup sehari-hari baginya dan keluarganya, permulaan dari berakhirnya kemampuan menyekolahkan anak-
anaknya dan sebagainya”
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : SE-907MENPHIX2004 tentang Pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja
Masaal menyebutkan bahwa pekerjaburuh didalam proses produksi barang dan jasa, tidak saja merupakan sumber daya tetapi juga sekaligus merupakan asset yang tidak
dapat dipisahkan dari upaya menjamin kelangsungan usaha. Oleh karena itu hubungan kerja yang telah terjadi perlu dipelihara secara berkelanjutan dalam suasana
hubungan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat. Namun apabila dalam hal suatu perusahaan mengalami kesulitan yang dapat membawa
119
Zaeni Asyahdie, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993, hal. 74.
120
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja, Cetakan Kelima, Bandung : Jambatan, 1983, hal. 115.
Universitas Sumatera Utara
92
pengaruh terhadap ketenagakerjaan, maka pemutusan hubungan kerja haruslah merupakan upaya terakhir setelah dilakukan upaya sebagai berikut:
121
a. Mengurangi upah dan fasilitas pekerja tingkat atas, misalnya tingkat manajer dan direktur;
b. Mengurangi shift; c. Membatasimenghapus kerja lembur;
d. Mengurangi jam kerja; e. Mengurangi hari kerja;
f.
Meliburkan atau merumahkan pekerjaburuh secara bergiliran; g. Tidak memperpanjang kotrak kerja bagi pekerja yang sudah habis masa
kontraknya; h. Memberikan pensiun bagi yang sudah memenuhi syarat.
Pemilihan alternatif dari hal-hal sebagaimana tersebut diatas perlu dibahas terlebih dahulu dengan serikat pekerja serikat buruh atau dengan wakil pekerjaburuh
dalam hal diperusahaan tersebut tidak ada serikat pekerjaserikat buruh untuk mendapat kesepakatan bipartit sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya
pemutusan hubungan kerja. Karena itu Pemutusan Hubungan Kerja ini harus dihindari terjadinya bahkan
jika mungkin ditiadakan sama sekali mengingat bertapa besarnya dampak yang akan timbul pada pekerja maupun keluarganya apabila pekerjaburuh tersebut terkena
Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK maka ketentuan yang mengatur kepentingan pekerja, selalu menarik untuk dikaji dan ditelaah secara mendalam, sebab mengingat
pekerja selalu menjadi pihak yang lemah apabila dihadapkan pada pemberi kerja yang merupakan pihak yang memiliki kekuatan sebagai pihak yang lemah sering kali pihak
pekerja harus mengalami ketidakadilan apabila berhadapan dengan kepentingan perusahaan, dan bahkan masalah tentang kepentingan pekerja untuk diberi
121
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : SE- 907MenPHIX2004 Tentang Pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja Masal.
Universitas Sumatera Utara
93
kesempatan melanjutkan hubungan kerja sering menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik antara pekerja dan perusahaan.
Hal ini terjadi sebab Undang-Undang sebagai payung hukum tidak menunjukan efektifitasnya yang maksimal dalam memberikan perlindungan tersebut,
seperti didalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatur peleburan perusahaan perseroan terbatas, terdapat pasal yang
mengatur perlindungan pekerja seperti Pasal 126 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1998 tentang Pengabungan Peleburan dan Pengambilalihan, akan tetapi
pasal-pasal tersebut
hanya menyebutkan
kepentingan pekerja
harus diperhatikan tetapi tidak menjelaskan secara terperinci kepentingan yang harus
diperhatikan seperti apa. Bahkan walaupun Pasal 151 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan
mengatur bahwa pengusaha,
pekerjaburuh, serikat
pekerjaburuh dan pemerintah dengan segala upaya harus mengupayakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja ayat 2 mengatur bahwa dalam hal segala upaya
telah dilakukan, tetapi tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerjaburuh atau dengan
pekerjaburuh apabila
pekerjaburuh tersebut tidak menjadi anggota serikat pekerjaserikat buruh dan ayat 3 mengatur bahwa dalam hal perundingan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 benar-benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha haya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerjaburuh setelah
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian hubungan industrial, namun Pasal
Universitas Sumatera Utara
94
163 ayat 2 juga memberi peluang kepada pengusaha untuk melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak Pasal 163 ayat 2 menyebutkan pengusaha dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerjaburuh karena perubahan status, penggabungan atau peleburan perusahaan dan pengusaha tidak bersedia
menerima pekerjaburuh diperusahaannya maka pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja, maka peraturan tersebut malah tidak memberikan
perlindungan terhadap pekerja untuk dapat bekerja kembali diperusahaan hasil peleburan, dan terlihat bahwa pemutusan hubungan kerja lebih besar ditentukan oleh
pihak pengusaha, dan pihak PT. Infinity Logistindo Indonesia memberikan kesempatan kepada 350 orang pekerjanya untuk dapat bekerja kembali di perusahaan
hasil peleburan.
B. Perlindungan Terhadap Hak Normatif Pekerja Yang Terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK
1. Tinjauan Dari Pihak Perusahaan