64
3. Hubungan Kerja
Hubungan kerja adalah hubungan antar pekerja dengan pengusaha yang terjadi setelah adanya perjanjian kerja. dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja atau buruh berdasarkan perjanjian
kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
90
4. Perjanjian Kerja a. Pengertian Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja
dalam bahasa
Belanda disebut
Arbeidsoverenkoms mempunyai beberapa pengertian. Pasal 1061 a KUHPerdata memberikan pengertian
sebagai berikut: “Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu si buruh, mengikatkan dirinya dengan pihak kedua si majikan untuk suatu waktu
tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah”.
91
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14 memberikan pengertian
yakni: “Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja atau buruh dan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban
kedua belah pihak”.
92
Menyimak perjanjian kerja menurut KUHPerdata bahwa ciri khas perjanjian kerja adalah “dibawah perintah pihak lain”, dibawah perintah ini menunjukan bahwa
hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan atasan dan bawahan.
90
Pasal 1061 a KUHPerdata
91
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
92
Ibid, hal 55
Universitas Sumatera Utara
65
Pengusaha sebagai pihak yang lebih tinggi secara sosial-ekonomi memberikan perintah kepada pihak pekerja atau buruh yang secara sosial-ekonomi mempunyai
kedudukan yang lebih rendah untuk melakukan pekerjaan tertentu sedangkan pengertian perjanjian kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan sifatnya lebih umum, dikatakan lebih umum karena menunjuk pada hubungan kerja pekerja dan pengusaha.
b. Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Kerja
Berdasarkan pengertian perjanjian kerja di atas dapat ditarik beberapa unsur perjanjian kerja yakni:
93
1. Adanya unsur Work atau pekerjaan. Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan objek
perjanjian, pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan baru dapat menyuruh orang lain mengantikan
pekerjaanya. 2. Adanya unsur perintah
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha
untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. 3. Adanya Upah
Upah memegang peranan penting dalam perjanjian kerja bahkan dikatakan tujuan utama orang bekerja adalah untuk memperoleh upah.
93
Pasal 1 Angka 26 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Universitas Sumatera Utara
66
c. Syarat Sahnya Perjanjian Kerja
Sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, maka perjanjian kerja harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
KUHPerdata ketentuan ini juga terkandung dalam Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa perjanjian
kerja dibuat atas dasar:
94
1. Kesepakatan kedua belah pihak Kesepakatan kedua belah pihak yang lazim disebut kesepakatan bagi yang
mengikatkan dirinya maksudnya bahwa pihak-pihak yang mengadakan perjanjian kerja harus setuju atau sepakat, seia-sekata mengenai hal-hal yang
diperjanjikan, apa yang dikehendaki pihak yang satu dikehendaki pihak lainya. Pihak pekerja menerima pekerjaan yang ditawarkan dan pihak
pengusaha menerima pekerja tersebut untuk dipekerjakan. 2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum
Kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak membuat perjanjian maksudnya pihak pekerja maupun pengusaha cakap membuat perjanjian,
seseorang dipandang cakap membuat perjanjian jika seseorang telah cakap umur minimal 18 tahun Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003.
95
Selain itu seseorang dipandang cakap apabila tidak terganggu jiwanya atau waras.
94
Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
95
Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Universitas Sumatera Utara
67
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan Adanya pekerjaan yang diperjanjikan, dalam istilah Pasal 1320 KUHPerdata
adalah hal tertentu pekerjaan yang diperjanjikan merupakan objek perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha yang akibat hukumnya melahirkan hak
dan kewajiban. 4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan maksudnya adalah objek perjanjian tersebut harus halal.
Dapat ditarik pengertian bahwa keempat syarat tersebut bersifat kumulatif artinya harus dipenuhi semuanya baru dapat dikatakan bahwa perjanjian itu telah sah.
d. Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan danatau tertulis Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
96
Secara normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak, sehingga jika terjadi perselisihan
akan sangat membantu proses pembuktian. Namun tidak dapat dipungkiri masih banyak perusahaan-perusahaan yang tidak atau belum membuat perjanjian kerja
secara tertulis disebabkan karena ketidak mampuan sumber daya manusia maupun karena kelaziman, sehingga atas dasar kepercayaan membuat perjanjian kerja secara
lisan.
96
Ibid, hal 60
Universitas Sumatera Utara
68
Dalam Pasal
54 Undang-Undang
Nomor 13
Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis
harus memuat keterangan:
97
1. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha; 2. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja atau buruh;
3. Jabatan atau jenis pekerjaan; 4. Tempat pekerjaan;
5. Besarnya upah dan cara pembayaran; 6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusha dan pekerja;
7. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja; 8. Tempat dan Tanggal Perjanjian Kerja dibuat;
9. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja. Jangka waktu perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu tertentu bagi
hubungan kerja yang tidak dibatasi jangka waktu berlakunya atau selesainya pekerjaan itu. Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu lazimnya disebut
dengan perjanjian kerja kontrak atau pekerja kontrak. Sedangkan untuk perjanjian dan status pekerjaannya adalah pekerja tetap.
98
Dalam Pasal 59 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dibuat untuk
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaanya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu:
99
97
Pasal 54 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
98
Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
99
Pasal 59 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Universitas Sumatera Utara
69
1. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; 2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaian dalam waktu tidak terlalu lama dan
paling lama 3 tiga bulan; 3. Pekerjaan yang bersifat musiman;
4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
5. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kerja a. Hak dan Kewajiban Buruh atau Pekerja