[36]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
G ambar
5. P
ola K
onsumsi P
angan Sumb
er Kar
b ohidr
a t
Indonesia T
ahun 2010
ROADMAP DEPTAN.indb 36 2152013 7:35:36 PM
[37]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
DIVERSIFIKASI PANGAN
TAHUN 2011 - 2015
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Pasal 78 ayat 6 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
menyelenggarakan penyuluhan dan pendidikan publik di bidang peternakan dan kesehatan hewan melalui upaya peningkatan kesadaran gizi masyarakat
dalam mengonsumsi produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal.
Tabel 5. Perkembangan Pola Konsumsi Sumber Protein Selama 2005 –2010
No Jenis Pangan
Kontribusi Konsumsi AKP 2005
2006 2007
2008 2009
2010
1 Daging ruminansia
4.6 4.3
5.1 5.3
5.3 5.5
2 Daging unggas
10.3 8.8
11.0 11.1
11.0 11.9
3 Telur
9.2 9.1
9.3 9.1
9.7 10.5
4 Susu
3.7 4.0
5.4 5.4
5.3 5.2
5 Ikan
42.3 42.2
38.6 42.2
41.7 41.3
6 Kedelai
23.8 27.2
24.7 22.4
23.2 21.7
7 Kacang tanah
3.7 2.6
4.0 2.7
2.3 2.5
8 Kacang hijau
1.9 1.5
1.5 1.4
1.1 1.0
9 Kacang lain
0.5 0.3
0.4
0.4 0.5
0.4
POLA KONSUMSI Ikan
Kedelai Telur
D.Unggas Ikan
Kedelai Telur
D.Unggas Ikan
Kedelai D.Unggas
Telur Susu
D.Ruminansia Ikan
Kedelai D.Unggas
Telur Susu
D.Ruminansia Ikan
Kedelai D.Unggas
Telur Susu
D.Ruminansia Ikan
Kedelai D.Unggas
Telur D.Ruminansia
Susu
Sumber : Data Susenas 2005-2010, BPS diolah BKP
3. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral
Pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral secara nasional umumnya didominasi oleh buah-buahan. Selama tahun 2005, 2007 hingga 2010 pisang
dan daun ketela pohon telah menjadi pola konsumsi pangan sumber vitamin dan
ROADMAP DEPTAN.indb 37 2152013 7:35:37 PM
[38]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
mineral penduduk Indonesia. Selama tahun 2005, jenis pangan sumber vitamin yang telah menjadi pola konsumsi yaitu pisang, daun ketela pohon, rambutan,
dan salak. Pada tahun 2007, rambutan dan salak tidak lagi menjadi pola konsumsi tapi duku tergolong menjadi komoditas buah-buahan yang berkontribusi dalam
pola konsumsi sumber vitamin dan mineral. Pola konsumsi sumber vitamin mineral pada tahun 2008-2009 sama dengan pola konsumsi pada tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2010, hanya pisang dan daun ketela pohon yang tercatat dalam pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral Tabel 6.
Tabel 6. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral Tahun 2005-2010
No Jenis
Pangan Kontribusi Konsumsi AKE
2005 2007
2008 2009
2010
1 Daun Ubi Kayu
8.3 8.7
9.6 9.8
7.5 2
Rambutan 7.5
4.8 7.1
5.0 4.0
3 Duku
3.0 5.1
1.1 0.7
4.1 4
Salak 5.3
4.2 6.5
5.3 4.3
5 Pisang Lain2
16.0 16.2
17.3 17.2
15.0 6
Gado-gado 6.6
- -
- 6.4
POLA KONSUMSI
-Pisang Lain2 - Daun Ubi K.
ketela pohon - Gado-gado
- Rambutan Salak
- Pisang Lain2
- Daun Ubi K. ketela pohon
- Duku - Pisang
Lain2 - Daun Ubi K.
ketela pohon - Rambutan
- Salak - Pisang
Lain2 - Daun Ubi K
ketela pohon - Salak
- Rambutan - Pisang
Lain2 - Daun Ubi K.
ketela pohon - Gado-gado
Sumber : Data Susenas, 2005, 2007-2010; BPS; diolah BKP
Dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral penduduk Indonesia umumnya didominasi oleh komoditas pangan yang
bersumber dari pekarangan atau paling tidak bisa dikembangkan oleh setiap keluarga di pekarangan yang dimilikinya. Pemenuhan kebutuhan akan sumber
vitamin dan mineral umumnya dipenuhi dari daun ketela pohon untuk jenis sayuran dan buah pisang untuk jenis buah-buahan yang semuanya bisa
dikembangkan di pekarangan, bahkan pada lahan pekarangan yang sangat terbatas luasannya. Untuk itu, potensi pekarangan harus lebih ditingkatkan lagi
ROADMAP DEPTAN.indb 38 2152013 7:35:37 PM
[39]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
DIVERSIFIKASI PANGAN
TAHUN 2011 - 2015
dalam pemanfaatannya serta lebih dikembangkan lagi dalam budidaya tanaman sayuran dan buah-buahan untuk konsumsi pangan sehari-hari.
Berdasarkan pasal 95 Undang-Undang No.13 Tahun 2010 tentang Hortikultura bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertugas meningkatkan konsumsi
hortikultura masyarakat melalui: a penetapan dan sosialisasi buah dan sayuran sebagai produk pangan pokok; b penetapan target pencapaian angka konsumsi
buah dan sayuran per kapita per tahun sesuai dengan standar kesehatan; dan c pemuatan materi hortikultura ke dalam kurikulum pendidikan nasional atau
daerah. Dalam undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa komoditas sayur dan
buah bukan hanya sebagai pendamping pangan pokok melainkan tergolong sebagai pangan utama yang harus dikonsumsi masyarakat setiap harinya.
Selain itu, undang-undang tersebut juga menetapkan bahwa pencapaian angka konsumsi sayur dan buah per kapita setiap tahunnya didasarkan pada standar
kesehatan, yang dalam perencanaan konsumsi pangan sejalan dengan standar komposisi Pola Pangan Harapan PPH. Standar konsumsi sayur dan buah
berdasarkan komposisi Pola Pangan Harapan yaitu sebanyak 250 gramkaphari. Kondisi pola konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia saat ini masih
dibawah anjuran, sehingga perlu upaya peningkatan konsumsi sayur dan buah bagi seluruh masyarakat, diantaranya melalui pendidikan formal kurikulum
pendidikan, maupun melalui sosialisasi secara berkelanjutan kepada seluruh lapisan masyarakat.
Apabila dilihat dari pangan lokal yang dikonsumsi masyarakat di tingkat provinsi banyak yang masih mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dihidupkan
kembali budaya makannya, seperti pada Lampiran 5.
ROADMAP DEPTAN.indb 39 2152013 7:35:37 PM
[40]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
A. Tantangan
Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya percepatan diversiikasi konsumsi pangan, adalah:
1. Meningkatnya jumlah penduduk