Kerangka Pikir Hipotesis KAJIAN TEORI

40

D. Kerangka Pikir

Anak autis merupakan anak yang mengalami hambatan dalam tiga aspek utama, yaitu komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku yang tampak sebelum usia tiga tahun. Hambatan tersebut menyebabkan anak autis mengalami gangguan dalam komunikasi, berinteraksi sosial, dan gangguan perilaku. Permasalahan belajar yang ditemukan peneliti adalah anak autis belum mengenal konsep anggota tubuh. Berdasarkan dari hasil observasi peneliti,anak autis mengalami kesalahan ketika diminta untuk menunjukkan bagian-bagian tubuh,anak autis belum mampu menirukan nama-nama bagian-bagian tubuh dengan benar, dan anak autis belum mampu memasangkan nama dengan gambar anggota tubuh serta anak autis belum mampu menghitung jumlah anggota tubuh. Anak autis belum mencapai indikator yang telah ditentukan dalam pembelajaran tematik tubuhku. Untuk dapat mencapai indikator yang telah ditentukan, diperlukan media pembelajaran yang dapat membantu anak autis untuk meningkatkan kemampuan mengenal anggota tubuh. Anak autis belajar dari pengalaman yang dapat dilihat secara visual dan konkrit. Sehingga diperlukan media pembelajaran yang dapat membantu anak autis untuk meningkatkan kemampuan mengenal anggota tubuh. Media pembelajaran yang digunakan sebagai media pendukung dalam pembelajaran mengenal anggota tubuh adalah media puzzle anggota tubuh. Penggunaan media puzzle anggota tubuh diharapkan mampu meningkatkan kemampuan anak autis dalam mengenal konsep anggota tubuh. Berdasarkan pernyataan tersebut maka, kerangka berfikir pada penelitian ini dapat diperlihatkan melalui bagan berikut: 41 Gambar2. Alur Kerangka Pikir tentang Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh melalui Media Puzzle.

E. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media puzzle dapat meningkatkan kemampuan mengenal anggota tubuh pada seorang anak autis di Sekolah Luar Biasa Citra Mulia Mandiri. Anak autis belum mengenal konsep anggota tubuh. Masalah yang dihadapi anak autis antara lain: - anak autis mengalami kesalahan ketika menunjukkan bagian-bagian anggota tubuh. - anak autis belum mampu menirukan nama-nama anggota tubuh dengan benar. - anak autis belum mampu memasangkan nama dengan gambar anggota tubuh. - anak autis belum mampu menhitung jumlah anggota tubuh. Kemampuan anak autis mengenal konsep anggota belum baik, sehingga diperlukan media pembelajaran bersifat visual dan konkrityang untuk meningkatkan kemampuan mengenal anggota tubuh. Media puzzle merupakan media pembelajaran yang bersifat visual dan konkrit sehingga dapat digunakan untuk mengenalkan anggota tubuh. Peningkatan kemampuan anak autis dalam mengenal anggota tubuh melalui media puzzle. 42

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas classroom action research. Menurut Burns Wina Sanjaya, 2011: 25, penelitian tindakan adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti dan praktisi. Dengan demikian, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, karena peneliti ingin meningkatkan kemampuan seorang anak autis kelas II SD di Sekolah Luar Biasa Citra Mulia Mandiri dalam mengenal anggota tubuh. Penelitian tindakan kelas dilakukan denganmenggunakan media puzzle untuk meningkatkan kemampuan seorang anak autis dalam mengenal anggota tubuh. Kegiatan penelitian dilakukan peneliti secara kolaborasi dengan guru kelas

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah seorang anak autis yang berusia 10 tahun kelas II SD di Sekolah Luar Biasa Citra Mulia Mandiri. Subyek pada penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Anak autis yang mengalami kesulitan dalam mengenal konsep anggota tubuh yang meliputi rambut, mata, hidung, mulut, telinga, pipi, leher, perut, tangan, dan kaki 2. Anak autis yang mampu memahami instruksi yang diberikan oleh guru 3. Anak autis yang memiliki kemampuan pre-akademik yang meliputi kemampuan mencocokkan bentuk, kemampuan mengidentifikasi bentuk