13
Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh adanya gangguan fungsi susunan syaraf pusat SSP. Anak autis mengalami gangguan kognitif, hal ini
diperlihatkan pada konsentrasi anak autis yang mudah teralih dengan kondisi di sekitar lingkungan. Dampak gangguan kognitif juga dapat menyebabkan anak
autis kesulitan untuk mengingat informasipesan.
2. Karakteristik Anak Autis
Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Anak autis merupakan salah satu jenis anak berkebutuhan khusus yang memiliki
gangguan pada komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Karakterisik anak autis terdapat pada bidang komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku yang membedakan
dengan jenis anak berkebutuhan khusus lainnya. Menurut Abdul Hadis 2006: 46- 48, beberapa karakteristik yang terdapat pada anak autisantara lain:
1 masalah atau gangguan dalam bidang komunikasi 2 masalah atau gangguan dibidang interaksi sosial
3 masalah atau gangguan dibidang sensoris 4 masalah atau gangguan dibidang pola bermain
5 masalah atau gangguan dibidang perilaku 6 masalah gangguan dibidang emosi
Berdasarkan pendapat di atas dapat dimaknai bahwa, gangguan komunikasi pada anak autis dapat diamati secara dini pada usia kurang lebih tiga
tahun. Gangguan komunikasi terjadi apabila anak mengalami hambatan perkembangan komunikasi. Perkembangan komunikasi anak dapat dipantau
melalui tahapan perkembangan pemerolehan bahasa. Anak autis mengalami keterlambatan perkembangan bahasa. Hal ini menyebabkan anak autis mengalami
kesulitan untuk berbicara.Anak autis yang kesulitan berbicara, biasanya menggunakan isyarat tangan untuk mengungkapkan keinginanya. Selain itu,
14
kesulitan berbicara menyebabkan anak autis memiliki perbendaharaan kata yang sangat minim. Sehingga, ada anak autis yang mampu mengucapkan kata, namun
anak tidak memahami makna kata. Masalah dibidang interaksi sosial yang terlihat pada anak autis adalah anak
memiliki dunia sendiri. Anak autis lebih suka untuk menyendiri. Hal ini terlihat ketikaanak autis tidak memiliki keinginan untuk bermain bersama teman-
temannya. Masalah dibidang sensoris yang terjadi pada anak autis adalah anak autis
tidak peka terhadap sentuhan dan pelukan. Misalnya anak autis tidak merasakan sakit, ketika dicubit. Masalah dibidang sensoris dapat terjadi karena adanya
gangguan pada organ sensoris anak autis. Gangguan sensoris yang dialami anak autis meliputi gangguan penciuman, pendengaran, maupun peraba.
Pola bermain anak autis adalah anak autis asik bermain sendiri. Anak tidak mau bermain dengan teman-temannya, karena mereka lebih nyaman bermain
sendiri. Anak autis bermain dengan benda-benda yang tidak lazim seperti misalnya kipas, roda sepeda, botol, serok sampah dan lain-lain. Anak autis
memainkan benda-benda tersebut tidak sesuai dengan fungsinya. Masalah dibidang perilaku pada anak autis dibagi menjadi dua tipe yaitu
perilaku hiperaktif dan hipoaktif. Anak autis hiperaktif merupakan anak yang memiliki perilaku aktif. Misalnya anak tidak dapat duduk tenang di kursi, berlari-
lari, maupun melompat-lompat. Sedangkan, anak autis hipoaktif merupakan anak yang diam dan melamun dengan tatapan kosong.
Masalah dibidang emosi pada anak autis diperlihatkan dengan kondisi emosi anak yang tidak stabil. Kondisi emosi anak yang tidak stabil umumnya
15
ditimbulkan karena adanya gangguan pada sistem limbik. Kemarahan yang tidak terkendali membuat anak merusak benda-benda disekitarnya, anak menyakiti
dirinya sendiri, seperti memukul kepala pada dinding dan menggigit telapak tangan.
B. Kajian Tentang Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh 1. Pengertian Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh