65
b. Nilai Kedisiplinan
Nilai kedisiplinan di SMA Negeri 5 Yogyakarta sudah menjadi kesepakatan bersama untuk diterapkan di lingkungan sekolah, tidak
hanya di wajibkan kepada siswa saja namun juga kepada guru dan karyawan. Artinya di wajibkan ini siswa, guru dan karyawan memiliki
tanggung jawab yang sama. Warga SMA Negeri 5 Yogyakarta mulai masuk sekolah pada pukul 07.10 dan gerbang sekolah sudah ditutup
untuk melaksanakan tadarus di kelas masing-masing, jika ada siswa yang telat maka tidak dibolehkan masuk gerbang sekolah sampai
kegiatan tadarus dan menyanyikan lagu Indonesia Raya selesai. Ini sesuai dengan pernyataan ibu SS selaku wakil kepala sekolah bagian
kurikulum melalui wawancara beliau mengatakan: “07.10 menit itu untuk hari biasa tapi kalo kemudian kita ada
kegiatan pendalaman materi untuk penguatan persiapan UN itu yang pukul 06.25 udah kita bel, untuk tadarus 15 menit
dari07.10
– 7.25. Menyanyikan lagu indonesia raya dulu, kemudian baru tadar
us.” SS, 10 Mei 2016. Jika ada siswa yang masuk lebih dari pukul 07.10 maka siswa
akan menunggu diluar hingga kegiatan tadarus dan menyanyikan lagu Indonesia Raya selesai, setelah 15 menit berlangsung siswa
diperbolehkan masuk sekolah dengan menuliskan nama dalam buku khusus
keterlambatan yang
sudah disiapkan
oleh BK.
66 Kedisiplinan di SMA Negeri 5 Yogyakarta sangat diperhatikan
oleh guru terutama pada masalah keterlambatan, hal ini disampaikan oleh ibu SS dalam wawancara berikut ini :
“..mayoritas anak kita itu pelanggarannya itu cuma terlambat, tapi saya katakan cuma terlambat itu kan dalam arti tidak
membahayakan gitu ya, tetapi itupun fatal karena kalau kemudian kebiasaan itu tidak ditegakkan itu kan berdampak
pada masa depan dia jadi mayoritas di masalah terlamba
t.” SS, 10 Mei 2016.
Disampaikan pula oleh bapak WS dalam mentertibkan di lingkungan sekolah dalam hasil wawancara berikut :
“...apapun sudah di atur dalam KBM sampai adanya point- point pelanggaran dan prestasi. Kalo pelanggaran ya diberi
point pelanggran, kalao prestasi ya diberi point prestasi positif. Dimana semuanya berimbang,kalau pelanggaran diatas 100
akan di kembalikan ke orang tua. Point positif jika dikumpulkan sesuai dengan prestasinya diberi penghargaan.
Tiap tahun ada korelasi mengenai point dan ketertiban siswa. Di dalam penentuan point positif dan negatif tadi selalu kita
rundingkan bersama. Semua pihak yang terkait ada siswa, guru, waka, tatib. Sehingga tata tertib menjadi suatu kebutuhan
dan dapat diterima bersama dan dapat dijalankan dengan enak
”. WS, 18 Juni 2016 Dalam wawancara diatas bahwa tingkat kedisiplinan yang masih
perlu ditegakkan yaitu dalam masalah keterlambatan, namun guru pun telah mengupayakan agar masalah keterlambatan tersebut dapat
diminimalisir dengan adanya slogan-slogan yang terpajang di dinding- dinding sekolah yang dapat memotivasi siswa untuk selalu berbudaya
disiplin. Penentuan point pun sudah dirundingkan bersama oleh warga sekolah
SMA Negeri
5 Yogyakarta.
67 Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di sekolah
nampak bahwa nilai kedisiplinan telah ditanamkan dan dibiasakan bagi warga sekolah.Nilai kedisiplinan di SMA Negeri 5 Yogyakarta
sudah dilaksanakan dengan baik oleh warga sekolah, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat pelanggaran-pelanggaran dari warga
sekolah yang belum mentaati tata tertib. Nilai kedisiplinan diwujudkan pada perilaku taat peraturan di
lingkungan SMA Negeri 5 Yogyakarta. Taat peraturan di kembangkan melalui adanya kebijakan sekolah yang berupa buku tata tertib sekolah
yang sudah menjadi pegangan para siswa di saat masuk pertama kali di sekolah.
Tata tertib tersebut bersifat jelas dan tegas dan diterapkan sesuai dengan kebutuhan sekolah. Tata tertib tersebut dibuat agar siswa dapat
menerapkan budaya disiplin yang sudah diterapkan oleh sekolah. Point- point sudah di buat sebagaimana pelanggaran dari ringan hingga berat.
Ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh ibu SS selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum dalam wawancara sebagai berikut :
“Lha iya, ada point. Maksimal 100 jadi, sebelum 100 ada pembinaan jadi jangan tunggu sampai 100.Point 25 ada
pembinaan, nah sebenarnyakan wali kelas itu punya kewajiban melakukan pembinaan ntah berapa menit pada saat beliau
masuk di kelasnya melakukan pembinaan kemudian kita bisa mengetahui anak itu berada pada point berapa itukan pada saat
ulangan akhir semester kalau kemudian di akhir semester itu anak sudah memiliki point yang kira-kira mengkhawatirkan ya
68 50 gitu lah itu kita segera wali kelas dan tim ketertiban itu
melakukan satu pembinaan ...” SS, 10 Mei 2016.
Dalam wawancara tersebut disebutkan bahwa setiap point yang dimiliki siswa akan di pantau oleh wali kelasnya, jika ada siswa yang
sekiranya point tersebut mengkhawatirkan akan di bimbing oleh wali kelas tersebut, dengan begitu wali kelas harus mempunyai hubungan
erat dengan siswanya agar pendekatan dan pembinaan yang dilakukan kepada siswa menjadi lebih mudah.
SMA Negeri 5 Yogyakarta telah memberitahukan tata tertib sekolah kepada para siswa sejak awal memasuki lingkungan sekolah,
dengan bentuk buku tata tertib yang berisi peraturan, pelanggaran, sanksi pelanggaran, point pelanggaran, point reward, mars puspanegara
dan Panca Prasetya Bhineka Dharma Siswa Puspanegara yang berisi; 1 Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2 Taat dan patuh kepada
Orantua, Guru serta Atasannya; 3 Rajin belajar demi diri sendiri, Nusa Bangsa serta Negara; 4 Menjaga nama baik sekolah dengan mentaati
tata tertib serta menjaga kerukunan sesama siswa; 5 Menjaga serta memelihara keutuhan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.
Taat peraturan di sekolah telah diupayakan sedemikian rupa oleh guru, dengan cara mengingatkan, menegur dan memberi sanksi kepada
siswa yang melanggar tata tertib, hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan
siswa NV
dalam wawancara
berikut ini:
69 “Guru sering negur siswa ? Sering.. sabuk, itukan kelihatan
biasanya itu kalo ketahuan tidak pakai sabuk dapat point, kalau sabuk itu -2 apa, kalo sepatu tidak hitam itu Senin sampai
Kamis kalo tidak hitam -2 kalau terlambat -5 terus apalagi ya, salah seragam iya -5 terus telat 3x berturut-turut dipanggil
orangtuanya, rambut kalau panjang jarang dipoint, cumadisuruh potong. Nah itu yang simpel biasanya itu
.” NV, 19 Mei 2016.
Dari hasil wawancara dengan salah satu siswa tersebut mengatakan bahwa memang guru sering menegur siswa yang
melanggar peraturan sekolah, seperti mengingatkan tentang penggunaan sabuk, memakai sepatu hitam, keterlambatan dan
sebagainya. Dengan begitu, siswa paham dengan peraturan yang berlaku di sekolah serta sanksi pelanggaran berupa point yang akan
diterimanya jika melanggar. SMA Negeri 5 Yogyakarta mempunyai aturan dalam hal
berseragam yang sudah tercantum dalam tata tertib sekolah bab V pasal 11 tentang Pakaian Seragam. Ketetentuan yang sudah ditetapkan
oleh sekolah sudah dipatuhi oleh siswa. Pakaian seragam yang digunakan sehari-hari oleh siswa sudah terlihat sopan dan rapi. Hal ini
menggambarkan nilai-nilai kerapian dan nilai kedisiplinan dalam berseragam di SMA Negeri 5 Yogyakarta sudah dibiasakan kepada
siswanya. Taat peraturan di SMA Negeri 5 Yogyakarta telah terlaksana
sesuai dengan pedoman buku tata tertib yang diterbitkan oleh sekolah.
70 Guru telah berusaha menyampaikan tata tertib baik dalam proses
pembelajaran maupun diluar kegiatan belajar mengajar.
c. Nilai Gemar Membaca