Identifikasi Kultur Sekolah Tinjauan Pustaka 1. Kebijakan Pendidikan

19 atau duka. Kultur sekolah dapat membentuk seseorang patuh terhadap peraturan dan menciptakan kebiasaan baru yang positif melalui upaya disiplin yang di tegakkan sekolah. Ini berarti bahwa kultur merupakan atribut atau peraturan-peraturan yang dirancang sesuai dengan keinginan bersama untuk dipatuhi. Aan Komariah Cepi Triatna, 2008: 123. Setiap sekolah memiliki keunikan kulturnya sendiri-sendiri yang melekat dalam ritual-ritual dan tradisi-tradisi sejarah dan pengalaman sekolah, dengan adanya kultur sekolah dapat diketahui atau dapat dipahami pola perilaku dari sebuah sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain. Kultur mengandung 3 tiga aspek : artifak, nilai dan asumsi dasar, artifak adalah apa yang nampak seperti pergedungan, kebersihan, dan perilaku. Sedang nilai-nilai dapat dicermati pada semboyan-semboyan,dan sikap yang dipegang. Terakhir, pola asumsi dasar adalah pola keyakinan yang dipegang untuk melihat atau menafsirkan peristiwa dalam kehidupan Zamroni, 2007:241.

b. Identifikasi Kultur Sekolah

Kotter dalam Farida Hanum, 2008 memberikan gambaran tentang kultur dengan melihat dua lapisan. Lapisan pertama sebagian dapat diamati dan sebagian tidak dapat diamati seperti: arsitektur, tata ruang, eksterior dan interior. Kebiasaan dan 20 rutinitas, peraturan-peraturan, cerita-cerita, upacara-upacara, ritus- ritus, simbol, logo, slogan, bendera, gambar-gambar, tanda-tanda, sopan santun, cara berpakaian, dan yang serupa dapat diamati langsung. Lapisan kedua berupa nilai-nilai bersama yang dianut kelompok berhubungan dengan apa yang penting,baik, dan benar. Lapisan kedua ini tidak dapat diamati karena letaknya dalam kehidupan bersama. Stolp dan Smith dalam Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum,2003 :8-10 membagi tiga lapisan kultur yaitu artifak dipermukaan, nilai-nilai dan keyakinan di tengah dan asumsi di dasar. Artifak adalah lapisan kultur sekolah yang segera dan paling mudah diamati seperti aneka hal ritual sehari-hari di sekolah, berbagai upacara, benda-benda simbolik di sekolah, dan aneka ragam kebiasaan yang berlangsung di sekolah. Keberadaan kultur ini dengan cepat dapat dirasakan ketika orang mengadakan kontak dengan suatu sekolah Lapisan kultur sekolah yang lebih dalam berupa nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang ada di sekolah. Hal ini menjadi ciri utama suatu sekolah. Sebagian berupa norma-norma perilaku yang diinginkan sekolah seperti ungkapan rajin pangkal pandai, air beriak tanda tak dalam, dan berbagai penggambaran nilai dan keyakinan lainnya. 21 Lapisan paling dalam dalam kultur sekolah adalah asumsi- asumsi yaitu simbol-simbol, nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang tidak dapat dikenali tetapi terus menerus berdampak terhadap perilaku warga sekolah. Lapisan-lapisan kultur tersebut dapat dilihat pada Gambar : Artifak Nilai Keyakinan Asumsi Gambar 1. Lapisan-Lapisan Kultur Sekolah Sumber: Depdiknas, 2003:9 Untuk mengamati kultur sekolah yang berkembang di sekolah-sekolah amatan, aspek-aspek yang dinilai menurut Direktorat Pembinaan Sekelah Menengah Umum Dit PSMU, 2002 meliputi; 1 aspek kultur sosial yaitu interaksi antar warga sekolah; 2 aspek kultur akademik; 3 aspek kultur mutu, dan 4 aspek artifak. Warga sekolah perlu memiliki wawasan bahwa ada unsur kultur yang bersifat positif, negatif, dan ada yang netral dalam kaitannya dengan visi dan misi sekolah. Beberapa fenomena yang mudah dikenali dan diyakini mencerminkan berbagai aspek 22 kultural, masing-masing dalam kaitannya dengan “kualitas, moralitas, dan multikulturalitas ”. Artifak terkait kultur positif terdiri dari; 1 Ada ambisi untuk meraih prestasi, pemberian penghargaan pada yang berprestasi; 2 Hidup semangat menegakan sportivitas, jujur, mengakui keunggulan pihak lain; 3 Saling menghargai perbedaan; 4 Trust saling percaya. Artifak terkait kultur negatif antara lain yaitu; 1 Banyak jam kosong, dan absen dari tugas. 2 terlalu pesimis terhadap pelanggaran nilai- nilai moral; 3 adanya friksi yang mengarah pada perpecahan, terbentuknya kelompok yang saling menjatuhkan; 4 penekanan pada nilai pelajaran bukan pada kemampuan; 5 artifak yang netral muatan kultural; 6 kegiatan arisan sekolah, jumlah fasilitas sekolah dan sebagainya Farida Hanum, 2013 :206.

c. Karakteristik Kultur Sekolah