Kondisi Sosial Ekonomi Keadaan Masyarakat Salatiga Sebelum Kemerdekaan

59 59 Jepang, yang paling ditakuti oleh masyarakat adalah Kenpetai Polisi Tentara Jepang dengan wewenangnya menahan seseorang dan memperlakukan orang tersebut tanpa peri kemanusiaan.

c. Kondisi Sosial Ekonomi

Lahirnya Kota Salatiga diiringi dengan depresi ekonomi dunia tahun 1930-an, sehingga pembangunan kota ini terhambat. Dinyatakan oleh Karyono 2005:22 bahwa, guna mengatasi makin membengkaknya pengeluaran anggaran belanja pemerintah kotapraja, maka Sekretaris Dewan dalam laporannya mengatakan bahwa pemerintah akan memotong gaji para pejabat pemerintah berdasarkan penghasilan sampai dengan f.100,- dipotong 10, dan 15 bagi pegawai yang berpenghasilan f.100,- sampai f.300,- ditambah dengan potongan biaya melekat pada tunjangan para pejabat. Dalam Lucas 2004:14 dijelaskan bahwa pada tahun 1925 harga beras di tahun itu 5 sen per kilogram. Dengan demikian gaji seorang pegawai pemerintah sama dengan 2 ton beras hingga 6 ton beras. Salatiga menjadi pendukung dalam menyediakan berbagai komoditas dagang, baik berupa hasil perkebunan dan pertanian, serta kerajinan bagi kota besar seperti Semarang. Komoditas utama dari Salatiga adalah hasil- hasil perkebunan, terutama kopi. Selain kopi, terdapat pula coklat, kina, karet dan rempah-rempah seperti cengkeh serta pala, dan tebu Beknopte 60 60 encyclopedie van Nederlandsch-Indie 1921 dalam http:www.salatiga. nlgeschiedenis. Keadaan demikian ditunjang oleh kondisi geografis dan kultur masyarakat yang turun temurun telah menekuni aktivitas pertanian, perkebunan, atau pertambangan. Kota-kota di wilayah karesidenan ini oleh pemerintah Kolonial Belanda dijadikan sebagai sentra berbagai komoditas pertanian, perdagangan dan tambang. Dikatakan oleh Utami 2005:16 bahwa Kedu dan Salatiga dijadikan pusat hasil perkebunan dan masyarakat setempat berhasil menjadi pengusaha besar dan kaya, meskipun di bidang tertentu gerak mereka dibatasi. Menurut Supangkat 2007: 5 pada tahun 1900 di wilayah Afdeeling Salatiga hanya terdapat 32 perkebunan swasta, dua puluh tahun kemudian meningkat menjadi 81 perkebunan swasta. Untuk membantu usaha perkebunan, maka pemerintah kolonial membangun sarana perbankan di Salatiga. Fontein 1920 dalam Karyono 2005:24 menyatakan bahwa tahun 1920 nasabah bank di Salatiga berjumlah 7.470 orang dengan jumlah kredit sebesar f.356.480,- di Desa Sidorejo Lor dan Salatiga kredit macet mencapai f.36.664,50,- kebanyakan dari petani tembakau yang gagal panen. Sektor ekonomi didukung dengan sarana transportasi di Salatiga. Menurut Supangkat, pembangunan Stasiun Kereta Api Willem I di Ambarawa pada tahun 1875 diikuti dengan pembangunan Stasiun Tuntang dan Stasiun Beringin yang letaknya 6 hingga 10 Km dari Kota Salatiga 61 61 2007:61. Kereta ini selain mengangkut penumpang juga untuk mengangkut hasil perkebunan, hasil pertanian, barang-barang kiriman dan ternak. Selain kereta api, Bus ESTO Eerste Salatigasche Transport Onderneming untuk sarana angkutan jarak pendek, yang melayani trayek Salatiga dan daerah sekitarnya seperti Bringin, Ambarawa dan Suruh. Menurut Supangkat 2007:52 pada tahun 1930, ESTO berganti pemilik dari Kwa Tjwan Ing kepada anaknya, Kwa Hong Po yang kian mengembangkan usahanya sehingga bus ESTO melayani trayek hampir di seluruh Jawa tengah mulai dari Bringin, Suruh, Ambarawa, Semarang, Solo, Magelang, Sragen, Purworejo, Kutoarjo, Kendal, Kudus dan Pati. Dengan demikian Bus ESTO telah memainkan peranan yang vital bagi transportasi di Jawa Tengah. Perekonomian di daerah yang diduduki Jepang memburuk dengan diterapkannya sistem ekonomi perang atau kreingwirschaf. Barang kebutuhan hidup sehari-hari kian langka dan menghilang dari pasaran, sedangkan bahan pangan sulit diperoleh karena dirampas Jepang untuk kepentingan perang. Di Tengaran, rakyat dipaksa untuk menebangi tanaman kopi yang ada, dan menggantinya dengan tanaman kapas atau bahan pangan, sedang hasilnya harus dengan cuma-cuma diberikan kepada Jepang Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2006:113. Sarana transportasi, seperti bus ESTO, truk serta mobil jenazah milik Kwa Hong 62 62 Biau, pemilik ESTO, dirampas Jepang untuk keperluan perang Supangkat, 2007:52.

C. Arti Penting Kota Salatiga