11
Ruang lingkup temporalnya yang diambil ialah tahun 1945 hingga 1950. Tahun 1945 dijadikan patokan tahun karean di tahun ini terjadi tonggak
sejarah besar dalam Revolusi Indonesia, yakni proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang melahirkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang independen. Antara tahun 1945 hingga 1950 terjadi upaya mempertahankan kemerdekaan dari serangan Belanda yang termasuk dalam
rangkaian peristiwa perang gerilya sehingga dapat dikatakan sebagai upaya pengambilalihan kekuasaan. Tahun 1950 dijadikan patokan akhir karena di
tahun tersebut pemerintah daerah Salatiga membangn kembali Kotapraja Salatiga.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Mengetahui jalannya Agresi Militer Belanda Pertama di Salatiga. 2. Mengetahui pengaruh pendudukan Belanda terhadap kondisi Salatiga pada
masa tahun 1947 hingga 1950. 3. Mengetahui proses pengambilalihan Kota Salatiga dari Belanda ke
Pemerintah Republik Indonesia .
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat akademis atau teoritis dan manfaat praktis.
12
1. Manfaat Akademis atau Teoritis
Dari manfaat akademis atau teoritis ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi penelitian pada dunia pendidikan, khususnya Perguruan
Tinggi. Setelah membaca skripsi ini diharapkan pembaca mengetahui dan memahami latar belakang Kota Salatiga sebagai kota kolonial Belanda dan
memahami sejarah Kota Salatiga pada masa revolusi yang jatuh kembali ke tangan Belanda serta memahami proses pengambilalihan kota Salatiga
oleh Pemerintah Republik Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari skripsi ini adalah:
a. Bisa menjadi dasar penelitian selanjutnya yang lebih luas dan
mendalam guna membahas tema yang sama.
b. Untuk menambah pengetahuan di kalangan mahasiswa jurusan Sejarah
khususnya dan di Jurusan lain pada umumnya.
c. Menjadi bahan literatur bagi Mahasiswa pada umumnya.
d. Sebagai salah satu pembanding dalam berbagai revolusi Indonesia di
tingkat lokal.
F. Tinjauan Pustaka
Pada halaman depan buku Salatiga: Sketsa kota Lama dikatakan bahwa “Ini bukan buku sejarah, tetapi lebih merupakan catatan kenangan tentang
Kota Salatiga”, demikian kalimat yang tercantum dalam buku karya Edi
13
Supangkat. Buku ini bertujuan memberikan pengenalan dan wawasan mengenai kota Salatiga dari legenda hingga realita sejarah yang pernah
memiliki citra dan identiitas sebagai de Schoonste Stad van Midden Java yang berarti kota terindah di Jawa Tengah. Aspek-aspek yang dianggap relevan
dengan citra dan identitas Salatiga tersebut mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang didukung melalui foto-foto dokumentasi sebagai
sumber primer. Hanya saja karya Supangkat ini ditulis dalam bahasa sederhana dengan penjelasan yang singkat pula. Buku ini juga kerap
menyajikan dokumen foto tanpa tahun sehingga mengaburkan imajinasi pembaca. Aspek temporal yang diangkat terlalu panjang, yakni dari masa
VOC Vereenigde Oost Indische Compagnie hingga reformasi, namun tidak disertai diskripsi yang jelas.
Buku karya George McTurnan Kahin berjudul Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia merupakan referensi yang amat relevan dalam penelitian seputar
masa revolusi. Buku ini memberikan pengetahuan tentang kondisi Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Karya Kahin tidak hanya unggul sebagai karya
ilmiah mengenai gerakan nasional yang terinci, komprehensif dan obyektif, tetapi juga merupakan kesaksian hidup dari sejarah revolusi Indonesia. Bab
demi bab secara terinci membahas revolusi Indonesia sampai dengan kedaulatan yang diakui pada bulan Desember 1949 dan terbentuknya Negara
Kesatuan pada 17 Agustus 1950. Dalam masa ini tentu saja yang paling penting adalah usaha untuk memperoleh pengakuan internasional bagi
proklamasi kemerdekaan kita, baik melalui saluran diplomasi maupun melalui
14
perjuangan fisik dari masyarakat dan berbagai golongan bersenjata, antara lain yang kemudian menjadi TNI. Sayangnya, buku setebal 619 halamn ini hanya
dilengkapi dengan 4 peta yang tidak mendetail. Buku karya M.C. Ricklefs berjudul Sejarah Indonesia modern mengulas
tentang sejarah Indonesia dari masa Islam sampai masa reformasi. Buku ini memberikan informasi tentang jalannya revolusi di Indonesia secara
kronologis. Berbagai macam langkah yang diambil oleh pihak Belanda dan Indonesia dalam masa revolusi tertuang di buku ini. Runtutan sejarah masa
Revolusi dijabarkan dengan disertai kajian menyangkut peristiwa terkait. Ricklefs juga memberikan suatu pemahaman tentang motif-motif pendorong
terjadinya Revolusi dan stimulus-stimulus tertentu dari satu peristiwa terhadap peristiwa lain, meski tidak seteliti Kahin, dalam melihat sudut-sudut kejadian.
Penulis menggunakan karya-karya lain yang digunakan sebagai pembanding, di antaranya adalah karya William H. Frederick Pandangan dan
Gejolak, Masyarakat Kota dan Lahirnya Revolusi Indonesia Surabaya 1926- 1946. Frederick mengangkat Surabaya pada masa kolonial sebagai suatu
model kota di Indonesia yang merupakan bagian dari kancah pembentukan revolusi kemerdekaan. Frederick dengan baik mengangkat masyarakat kota
Surabaya sebagai bagian dari gejolak perkembangan masyarakat pasca kolonialisme.
Karya lain yang dapat diajukan di sini adalah yang ditulis Wertheim Masyarakat Indonesia dalam Transisi; Studi Perubahan Sosial. Wertheim
mengemukakan kajian sosial masyarakat Indonesia yang mengalami
15
perubahan yang dipengaruhi oleh kolonialisme Belanda, sehingga membentuk pola masyarakat yang unik. Salah satu bahasan dari karyanya itu adalah yang
menyangkut kota-kota di Indonesia, yang setelah masa kolonialisme mengalami perubahan, yang sebelumnya sebagai kota yang menjadi bagian
integral dari kerajaan-keajaan besar dan demikian berkuasa, serta menjalin hubungan patronase, menjadi kota-kota yang independen, seiring dengan kian
meredupnya kerajaan-kerajaan yang pada masa lalu membangun jaringan perdagangan kuat mulai dari pedalaman hingga pesisir pantai, bahkan di
muara sungai. Kota-kota Indonesia, setelah masuknya penjajahan Barat, berkembang menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan dan banyak
didiami oleh penghuni Barat dan dari wilayah lain di luar Indonesia, di mana penduduk pribumi merupakan bagianyang terpisah dari pola keseharian
mereka, meskipun berada pada wilayah yang sama. Buku yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional
Yogyakarta berjudul Sejarah dan Budaya sebagai Pendukung Pariwisata Kota Salatiga memberikan banyak informasi tentang Salatiga dari masa
kolonial hingga revolusi. Buku diskriptif naratif ini cukup memenuhi kekurangan akan informasi historis mengenai Kota Salatiga. Kekurangan buku
ini terletak pada tata tulisnya, ada ketidakcocokan antara catatan kaki dengan isinya, sehingga menyulitkan pembaca untuk menelusuri catatan kaki tersebut.
Dilihat dari judulnya, isi buku ini kurang sesuai dengan aslinya, karena rangkaian alinea di dalamnya tidak mengaitkan sejarah dan potensi pariwisata
16
yang dimiliki Salatiga. Buku ini lebih banyak mengungkapkan sejarah Salatiga ketimbang informasi pariwisata Salatiga.
Buku karya mantan Patih Semarang, Handjojo, merupakan buku sejarah yang ditulis oleh pelaku sejarah Salatiga langsung. Jabatan Handjojo sebagai
Patih Semarang yang sempat menjadi Walikota Salatiga tahun 1950 membuat buku ini kaya akan fakta-fakta politis di Salatiga dari terbentuknya
Stadsgemeente Salatiga hingga Gerakan Merbabu Merapi Complex di Kabupatean Semarang, Kota Salatiga dan Kabupaten Boyolali. Buku ini
dijadikan acuan dalam pembuatan buku sejarah Korem 073 Makutarama yang berkedudukan di Salatiga. Sayangnya buku setebal 65 halaman ini tidak
diterbitkan kembali oleh Sechan Pers sehingga tergolong buku langka, bahkan di Perpustakaan Daerah Salatiga pun tidak ada. Konsep buku berjudul Riwayat
Kota Salatiga 1942-1970 ini, disimpan di Perpustakaan Kodam VII Diponegoro Jawa Tengah. Buku ini menggunakan istilah-istilah yang diadopsi
dari bahasa Belanda, namun tidak dijelaskan dalam bahasa Indonesia, sehingga membingungkan pembaca.
Artikel karya Sartono Kartodirjo berjudul ’Kisah Dua Kota: Fragmen Sejarah Yang Teringat’ yang terkumpul dalam buku Denyut Nadi Revolusi
Indonesia merupakan kesaksian Sartono Kartodirjo dalam revolusi di Salatiga. Dalam karyanya tersebut ia menyatakan bahwa organisasi Pesindo Pemuda
Sosialis Indonesia sempat mengambilalih pemerintahan di Salatiga tahun 1946. Karya ini merupakan sumber primer karna ditulis oleh orang yang
mengalami imbas dari revolusi sosial di salatiga, yakni pengungsian ke daerah
17
yang dikuasai RI Tengaran, Suruh dan Susukan. Hanya terdapat kesalahan dalam kronologi pengintaian pesawat Belanda dengan masuknya tentara
Belanda. Ia mengingat peristiwa tersebut terjadi dalam satu hari, sedangkan sumber-sumber lain menyatakan dalam dua hari.
G. Metode Penelitian