Rumusan Masalah Ruang Lingkup

9 sendiri, namun, lebih jauh lagi, menemukan hakikat dari kedaulatan itu sendiri, yaitu membangun masyarakat Indonesia yang seutuhnya. Dinamika masyarakat di setiap wilayah, dengan demikian, bukanlah gerak sejarah otonom, namun, seperti dikatakan Abdullah, sebagai patokan dari sesuatu yang lebih hakiki itu Abdullah, 2005:5. Berdasar pemikiran tersebut maka penulis mengambil tema revolusi di tingkat lokal dengan judul ‘Pengambilalihan Kota Salatiga dari Kekuasaan Belanda ke Pemerintah republik Indonesia Tahun 1945-1950’.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana jalannya Agresi Militer Belanda Pertama di Salatiga. 2. Bagaimana pengaruh pendudukan Belanda terhadap kondisi Salatiga pada masa tahun 1947 hingga 1950. 3. Bagaimana proses pengambilalihan Kota Salatiga dari Belanda ke Pemerintah Republik Indonesia .

C. Ruang Lingkup

Terdapat dua lingkup yang menjadi batasan bagi penulis dalam penelitian ini, yaitu ruang lingkup spasial dan temporal. Kedua ruang lingkup ini diperlukan agar penelitian tidak meluas sehingga dapat menyebabkan keluar atau meninggalkan permasalahan yang diangkat. 10 Ruang lingkup spasial penelitian ini adalah Salatiga. Sejarah lokal berarti sejarah dari suatu tempat, suatu locality, yang batasannya ditentukan oleh ‘perjanjian’ yang diajukan penulis sejarah, batasan geografisnya dapat suatu tepat tinggal suku bangsa, dan dapat pula suatu kota atau suatu desa Abdullah, 2005:15. Kesatuan wilayah dalam sejarah lokal ditentukan oleh persamaan kultural, sehingga dalam meneliti Salatiga, penulis tidak terpaku pada kesatuan administratif Kota Salatiga seperti yang ada pada saat ini tahun 2009, melainkan berdasar pada kesatuan kultural yakni daerah-daerah perkebunan pada masa penjajahan Belanda seperti Bringin, Tuntang, Salatiga dan Tengaran, serta daerah-daerah di sekitarnya seperti Getasan, Susukan, Suruh di mana peranan mereka dalam sejarah lokal Salatiga tidak bias dilepaskan. Dalam mengambil batasan ini, penulis berdasar pada Beknopte encyclopedie van Nederlandsch-Indie 1921 dalam http:www.salatiga.nlgeschiedenis, yang menyatakan bahwa pada tahun 1903, Afdeling Kontrol Salatiga membawahi Distrik Salatiga dan Distrik Tengaran. Selain itu penulis berdasar pula pada Oosthoek’s Geillustreerde Encyclopaedie 1932:109-110 yang menyebutkan bahwa pada tahun 1920, Afdeling Salatiga terdiri dari Salatiga, Bringin, Getasan dan Tuntang. Berdasar dua sumber tersebut maka fokus penelitian pada penulisan sejarah ini ialah Kota Salatiga, namun kesatuan wilayahnya juga termasuk Bringin, Tuntang, Getasan dan Tengaran. 11 Ruang lingkup temporalnya yang diambil ialah tahun 1945 hingga 1950. Tahun 1945 dijadikan patokan tahun karean di tahun ini terjadi tonggak sejarah besar dalam Revolusi Indonesia, yakni proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang independen. Antara tahun 1945 hingga 1950 terjadi upaya mempertahankan kemerdekaan dari serangan Belanda yang termasuk dalam rangkaian peristiwa perang gerilya sehingga dapat dikatakan sebagai upaya pengambilalihan kekuasaan. Tahun 1950 dijadikan patokan akhir karena di tahun tersebut pemerintah daerah Salatiga membangn kembali Kotapraja Salatiga.

D. Tujuan Penelitian