Perwujudan aktualisasi diri dari tokoh utama Suguro yang diungkapkan oleh Shusaku Endo dalam novel Skandal ini, sangat mendominasi alur cerita. Sehingga
secara psikologis novel Skandal ini sangat menarik untuk dibahas, maka untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ini: 1
Bagaimana wujud aktualisasi diri tokoh utama Suguro berdasarkan indikator aktualisasi diri pada pertumbuhan mandek, pemeliharaan, dan pertumbuhan sehat,
yang terkandung dalam novel ”Skandal” karya Shusaku Endo? 2
Bagaimana segi psikologi tokoh utama Suguro dalam novel “Skandal” karya Shusaku Endo?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian ini dapat mengarah serta mengena pada sasaran yang diinginkan, dan agar wilayah kajiannya tidak terlalu luas,
maka dalam penelitian ini penulis hanya membahas tentang wujud aktualisasi diri tokoh utama Suguro berdasarkan indikator-indikator aktualisasi diri lima indikator
pada pertumbuhan mandek yaitu cemas, takut, tidak aman, harapan dan rasa bersalah, dan lima indikator pemeliharaan yaitu bimbang, jengkel, marah, frustasi, dan sakit
hati. serta lima indikator pertumbuhan sehat, yaitu penghargaan, perhatian, pemenuhan, perawatan dan kepercayan yang terkandung dalam novel ”Skandal”
karya Shusaku Endo. Untuk mendukung pembahasan tersebut, penulis juga menjelaskan defenisi
aktualisasi diri, kebutuhan akan beraktualisasi diri, faktor penghambat dalam
beraktualisasi diri,ciri-ciri pengaktualisasi diri dan setting novel, serta menjelaskan sekilas tentang pengarang Shusaku Endo.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka
Pada umumnya karya sastra apabila ditinjau dari isi cerita terbatas dua bagian besar: yaitu karya sastra fiksi. Karya sastra fiksi menurut Aminuddin 2002:66
adalah sebuah karya sastra yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil
imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Dengan demikian karya sastra fiksi merupakan karya sastra naratif yang isinya tidak mengarah pada
kebenaranya, karena tokoh, peristiwa, tempat, yang mendukung cerita seluruhnya bersifat imajiner. Karya sastra fiksi berupa novel, cerpen, roman, essai, dan cerita
rakyat, dan lain-lain. Menurut Suroto 1990:28, Novel adalah suatu karangan yang bersifat cerita
yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang karena dari kejadian itu terlahir konflik, suatu pertikaian yang mengalihkan jurusan nasib
mereka. Menurut Antilan 2001:63, novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur
tokoh, alur, latar rekaan yang menggelegar kehidupan manusia agar dasar sudut pandang pengarang dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik kisahan dan
ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa novel adalah
rangkaian cerita kehidupan seseorang berbentuk prosa yang di dalamnya
mengisahkan kehidupan manusia dengan orang yang ada di sekelilingnya yang mengandung unsur watak, sifat, alur cerita, dan sifat setiap tokoh cerita.
Salah satu unsur instrinsik yang sangat berperan dalam suatu karya sastra fiksi adalah tokoh. Tokoh dalam sebuah karya sastra fiksi, merupakan pelaku yang
mengemban peristiwa dalam cerita fiksi tokoh mempunyai posisi strategi sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau yang sengaja ingin disampaikan
kepada pembaca. Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 1995:165, adalah orang-
orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dalam kutipan tersebut dapat diketahui bahwa antar seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat
berkaitan dalam penerimaan pembaca. Masalah penokohan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amat
penting dan bahkan menentukan; karena tidak akan mungkin ada suatu karya sastra fiksi tanpa adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak
yang akhirnya membentuk alur cerita baik tokoh utama maupun tokoh sampingan. Tokoh dan perwatakan tokoh mestinya merupakan suatu stuktur pula. Ia memiliki
fiksi dan mental yang secara bersama-sama membentuk suatu totalitas perilaku yang bersangkutan. Segala tindakan dan perilaku merupakan jalan hubungan logis; suatu
hubungan yang masuk akal, walaupun apa yang dikatakan masuk akal itu tafsiran yang relatif.
Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya fiksi mempunyai tokoh yakni tokoh utama yaitu orang yang mengambil bagian dalam sebagai besar peristiwa dalam cerita
dan tokoh tambahan dimunculkan beberapa kali dalam cerita. Dalam karya sastra fiksi seorang tokoh yang ditampilkan pengarang juga
memiliki kondisi psikologis tertentu, kondisi psikologis tersebut dimasukkan pengarang sebagai unsurtambahan untuk menjelaskan karakteristik tokoh.
Menurut Dick Hartoko dan Rahmanto1986:126,psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi.
Menurut Ratna 2004:343, secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya. Meskipun
demikian, bukan berarti bahwa analisis psikologi sastra sama sekali terlepas dengan kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan
pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, misalnya masyarakat dapat memahami perubahan,
kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam kaitanya dengan psike.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra yaitu:
a. Memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis
b. Memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra,
dan c.
Memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca
Didalam novel Skandal karya Shusaku endo dapat dilihat bahwa tokoh merasakan konflik yang begitu dalam. Ia harus menerima cobaan-cobaan dalam proses
mengaktualisasikan dirinya.
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan semiotika dan pendekatan psikologi dalam mengetahui aktualisasi tokoh utama Suguro dalam novel
Skandal karya Shusaku Endo. Menurut Pradopo dkk 2001:71, semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda,
ilmu ini menganggap bahwa sosial masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda- tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensasi-
konvensasi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Tanpa memperhatikan sistem tanda, tanda dan maknanya, konvensi tanda, struktur karya
sastra karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Dengan pendekatan ini penulis dapat menginterpretasikan segala tanda yang merujuk kepada
adanya indeksikal aktualisasi diri yang terdapat dalam novel Skandal karya Shusaku Endo. Setelah penulis mendapatkan tanda-tanda yang menunjukkan indeksikal
aktualisasi diri, penulis melakukan analisis dengan pendekatan psikologi. Menurut Semi 1993:64, bahwa “Pendekatan psikologi adalah pendekatan
yang ingin memperlihatkan kejiwaan-pengarang sewaktu menciptakan karya sastra dan proses kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam sastra”. Dan pendekatan psikologi
sastra yang menekankan pada segi psikologis yang terdapat didalam suatu karya sastra.
Darmanto Yatma dalam Aminuddin 2002:95, mengatakan bahwa sastra sebagai “gejala kejiwaan” di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan
yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya satra teks sastra dapat di dekati dengan menggunakan pendekatan psikologi. Hal ini dapat
diterima karena antara sastra dan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat diketahui bahwa pendekatan psikologis sangatlah tepat digunakan untuk menganalisis wujud aktualisasi diri tokoh utama
dalam novel. Pendekatan psikologi digunakan karena wujud aktualisasi diri tokoh utama, sangat berhubungan dengan tingkah laku dan kehidupan psikis seorang tokoh
utama. Dengan menggunakan pendekatan ini, penulis dapat mengetahui keadaan jiwa dalam proses aktulisasi diri tokoh utama Suguro dalam novel ”Skandal” karya
Shusaku Endo. Aktualisasi diri tokoh dalam psikologi sastra terlihat di bagian aktualisasi diri
pada tingkat dalam hierarki Abraham Maslow Poduska, 2002:128. Tingkat yang paling rendah adalah mengenai kebutuhan-kebutuhan jasmani; tingkat kedua,
kebutuhan rasa aman; tingkat ketiga, kebutuhan cinta dan rasa memiliki; tingkat keempat, kebutuhan harga diri; tingkat kelima dengan beraktualisasi diri.
Kebutuhan akan aktualisasi diri akan muncul apabila kebutuhan yang ada dibawahnya telah terpenuhi. Maslow dalam Poduska dan Turman 2008:125
manandai kebutuhan aktualisasi diri sebagai kebutuhan individu untuk menjadi orang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini individu
berusaha menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segala potensi yang
dimilikinya. Contohnya adalah seseorang yang mempunyai potensi intelektual berusaha untuk menjadi ilmuwan.
Dalam proses aktualisasi diri, Poduska 2002:165 membagi wujud aktualisasi diri menjadi tiga indikator yaitu;
a. Pertumbuhan yang Mandek
1 Depresi
Seseorang dapat mengalami depresi jika dalam keadaan sedih, murung, kecewa, dan susah. Karena semangat yang rendah, seseorang bias menjadi patah
semangat dan cenderung menarik diri dengan suatu perasaan putus asa yang menimbulkan penampilan yang melankolis.
2 Cemas
Sesorang dapat mengalami cemas, jika dalam keadaan kwatir, gamang. Adanya suatu perasaan kalut yang bertalian dengan suatu malapetaka yang akan
terjadi nyata atau hanya dalam pikiran. Indikasi jasmani seperti ketegangan, rasa takut, perubahan nafsu makan, dan tidak dapat tidur sering menyertai kecemasan.
3 Takut
Rasa takut dialami seseorang jika memperoleh kekwatiran, keragu-raguan, dan rasa gelisah yang sangat, sesorang menjadi lemah dan ingin menarik diri atau lari
menghindar, dan merasa berbahaya, teror dan panik.
4 Obsesi
Seseorang yang mengalami obsesi, jika mengalami suatu perasaan yang terus menerus dihantui oleh pikiran-pikiran yang terus-menerus menguasai
kesadaran.sering berjuang terhadap sesuatu dengan perasaan tidak berdaya dan ketidakmampuan untuk menolak dorongan-dorongan secara terus menerus
memikirkan suatu masalah.
5 Tidak aman
Seseorang dapat mengalami perasaan tidak aman jika merasa tidak memiliki keyakinan diri menghadapi ketidakpastian dari situasi yang ada. Sesorang
menemukan dirinya sendiri berhadapan dengan suatu dilema yang penuh resiko berbahaya terhadap kesejahteraannya. Ada suatu kecenderungan untuk bergantung
kepada orang lain dan juga lebih bereaksi dari pada beraksi.
6 Tidak mampu
Seseorang memiliki suatu perasaan tidak mampu jika merasa tidak sanggup memenuhi suatu situasi. Merasa melihat diri sendiri sebagai orang yang tidak fit,
janggal dan ceroboh, atau terbelakang dalam jiwa, jasmani, atau kepribadian.
7 Rasa bersalah
Seseorang merasa bersalah jika pikiran atau perilakunya tercela atau jahat. Mungkin merasa menyesal atau malu karena perilaku sendiri, dan mempunyai suatu
keinginan untuk mengaku atau bertobat, sehingga bertindak menunjukkan penyesalan atau keinginan dihukum.
8 Harapan
Jika seseorang menganggap sesuatu menjadi benar dalam ketiadaan bukti, mengantisipasi cara seseorang bertingkah laku atau meramalkan hasil dari situasi
yang mempunyai harapan. Hal ini didasarkan pada anggapan dimana dapat tumbuh untuk bergantung atau bersandar diri.
b. Pemeliharaan 1