BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, pengarang berusaha mengungkapkan suka duka
kehidupan masyarakat yang mereka rasakan atau mereka alami. Selain itu karya sastra menyuguhkan potret kehidupan dengan menyangkut persoalan sosial dalam
masyarakat, setelah mengalami pengendapan secara intensif dalam imajinasi pengarang, maka lahirlah pengalaman kehidupan sosial tersebut dalam bentuk karya
sastra. Dengan hadirnya karya sastra yang membicarakan persoalan manusia, antara
karya sastra dengan manusia memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Sastra dengan segala ekspresinya merupakan pencerminan dari kehidupan manusia. Adapun
permasalahan manusia merupakan ilham bagi pengarang untuk mengungkapkan dirinya dengan media karya sastra. Hal ini dapat dikatakan bahwa tanpa kehadiran
manusia, baik manusia sebagai sastrawan maupun sebagai penikmat sastra. Mencermati hal tersebut, jelaslah manusia berperan sebagai pendukung yang sangat
menentukan dalam kehidupan sastra. Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra
merupakan segala sesuatu yang ditulis dan tercetak. Selain itu, karya sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya
fiksi Wellek dan Werren, 1995: 3-4 .
Sebagai hasil imajinatif, sastra berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, juga guna menambah pengalaman batin bagi para pembacanya. Membicarakan yang
memiliki sifat imajinatif, kita berhadapan dengan tiga jenis genre sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa adalah novel. Novel sebagai cerita tentang
suatu pencarian yang tergradasi akan nilai-nilai yang otentik adalah nilai-nilai yang mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan meskipun hanya secara implisit
tidak eksplisit Goldman dalam Faruk, 1994: 79. Novel sebagai bentuk karya sastra merupakan jalan hidup yang di dalamnya
terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia tokoh Siswantoro 2005:29. Novel merupakan prosa fiksi yang berisi tentang kehidupan
tokohnya dari awal hingga akhir. Prosa fiksi menurut Aminudin 2002:66 yaitu kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan,
latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Novel sendiri merupakan gambaran
hidup tokoh yang menceritakan hampir keseluruhan perjalanan hidup tokoh. Penokohan serta karakter tokoh dalam novel digambarkan dengan lengkap atau jelas
oleh pengarang. Setiap tokoh juga diberi gambaran fisik dan kejiwaan yang berbeda- beda sehingga cerita tersebut seperti nyata atau menjadi hidup. Dari segi kejiwaan,
sastra bisa dipelajari dan ditelaah dengan menggunakan teori psikologi. Manusia merupakan mahluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan
pribadi. Kebutuhan-kebutuhan yang membawanya menjadi manusia yang beraktualisasi diri. Ketika manusia ingin mengaktualisasikan dirinya, kebutuhan-
kebutuhan yang lebih rendah harus terpenuhi dahulu atau paling tetap diperhatikan.
Jadi, kalau ia lapar, ia harus berusaha mencari makan; Kalau ia merasa tidak aman, ia harus mencari perlindungan; kalau ia merasa terkucil dan kesepian, ia harus mencari
teman. Namun demikian, bukan berarti manusia yang dikatakan mampu
mengaktualisasikan dirinya, ia adalah manusia sempurna. Banyak kelemahan yang dapat ditemui. Mereka sering didera perasaan cemas dan bersalah, merasa cuek dan
pelupa, bahkan ada juga yang terlalu baik pada orang lain. Diantara mereka juga ada yang terlalu suntuk, selalu serius, dingin, dan sama sekali tidak memiliki rasa humor.
Tetapi, ketika orang-orang yang berusaha mengaktualisasikan dirinya tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, orang yang berusaha mengaktualisasikan
dirinya akan mengalami depresi, penderitaan, kekecewaan, kecurigaan, dan sinisme. Oleh karena itu, banyak ditemukan manusia yang berusaha selalu bertindak membuat
pilihan dalam hidupnya menurut caranya yang terbaik, namun tidak sedikit dari mereka yang gagal. Kesulitan demikian merupakan tantangan bagi yang
mengaktualisasikan dirinya. Wujud aktualisasi diri berdasarkan indikator aktualisasi diri, menurut Poduska
2002 : 165 yaitu, yang pertama pada pertumbuhan yang mandek, yaitu depresi, cemas, takut, obsesi, tidak aman, tidak mampu, rasa bersalah, dan harapan. Kedua,
pemeliharaan, yaitu frustasi, bimbang, ketergantungan, jengkel, sakit hati, marah, dan tidak puas. Ketiga, pertumbuhan sehat, yaitu perhatian, penghargaan, kepercayaan,
merawat, dan pemenuhan. Peneliti memilih novel Skandal karya Shusaku Endo, karena novel ini
memiliki cerita yang tokoh utamanya mengalami proses aktualisasi diri. Dimana
tokoh utamanya adalah ”Suguro” yang berprofesi sebagai seorang pengarang yang mencapai kepuncakan dari karya-karyanya, dengan kepopulerannya sebagai seorang
pengarang dia pun mengalami proses aktualisasi diri dengan pendekatan psikologi yang dialami tokoh Suguro dengan tiga indikator aktualisasi diri; Pertama,
Pertumbuhan mandek, yaitu merasa takut, cemas dan tidak aman. Dengan bermula datang seorang wanita yang bernama Itoi, menghampirinya dalam pesta
penganugerahan atas karya-karyanya, tokoh suguro mengalami masalah dalam kehidupannya. Nona Itoi mengaku mengenal Suguro dan mengatakan sering
berkunjung kekawasan mesum di Shinjuku, Tokyo. Kedua, Pemeliharaan, yaitu Suguro merasa marah, suatu hari lukisan potret yang mirip dengan wajah Suguro
pun dipamerkan di sebuah galeri murahan di sana. Suguro pun merasa jengkel terhadap reporter yang bernama Kobari, karena sebagai seorang pengarang yang
beragama katolik, dan membuat sebuah novel yang selalu jauh dari kehidupan yang salah dan sex, Suguro dicurigai sebagai pengarang yang tidak sejati. Dan ada yang
tidak percaya terhadap novel-novel Suguro, seorang reporter bernama Kobari mencoba mencari kebenaran si tokoh utama “Suguro”. Ketiga, Pertumbuhan sehat,
yaitu Suguro merupakan sosok tokoh yang perhatian, sebagai orang yang murah hati dan menjadi penyelamat bagi tokoh yang benama Morita Mitsu seorang gadis yang
bertemu dengannya di taman Shinjuku, ia memberikan pekerjaan kepada gadis itu, selain itu ia juga memiliki istri yang selalu ada disampingnya walaupun ia tidak
sedekat nyonya Naruse, perempuan yang ia kenal di tempat pameran dimana ada potret dirinya yang misterius itu.
Dengan adanya wujud aktualisasi diri yang tergambar dari tokoh utama ”Suguro” seperti diatas. Penulis tertarik untuk menganalisis teks dengan kajian
psikologi yang menunjukkan indikator wujud aktualisasi diri yang dominan dari tokoh Suguro dalam novel ”Skandal” karya Shusaku Endo. Maka dari itu penulis
memilih judul skripsi ini ” Aktualisasi Diri tokoh utama Suguro dalam novel ”Skandal” karya Shusaku Endo”. Dengan harapan dapat memberikan
informasi kepada pembaca tentang wujud aktualisasi diri tokoh Suguro yang digambarkan Shusaku Endo dalam novel Skandal ini.
1.2 Perumusan Masalah