Tetapi  oleh  karena  tampungan  dalam  sumur  harus  penuh  baru  kemudian terjadi  peresapan,  maka event t
1
terjadi  terlebih  dahulu  baru event  t
2
, meskipun besarnya t
1
= t
2
Qi.t
1
= f.k.H.t
2 .....................................................................................
2.34 Pada  rentang  waktu t
2
,  gambar  c,  d  dan  e  yang  mana  proses  resap Qo sedang berlangsung, bersamaan dengan itu debit input Qi tetap  mengisi tampungan
untuk  diresapkan  pada  rentang  waktu  seterusnya  secara  berurutan. Demikian seterusnya Qi dan Qo saling bekerja secara kontinyu selama rentang waktu t.
Pada akhir durasi t, debit masukan Qi telah berhenti mengisi tampungan dan debit resap Qo bekerja menghabiskan sisa volume sumur resapan. Gambar e, f dan g
menunjukan debit Qi sudah tidak mengisi tampungan, maka tinggal proses peresapan menghabiskan sisa tampungan.
2.6.4 Komponen-komponen  Proses Peresapan
Komponen-komponen dalam proses resapan diantaranya,yaitu:
a. Debit masukan Qi = Q.
Debit masukan adalah volume air yang mengalir masuk ke dalam sumur resapan tiap satuan waktu. Apabila sumur resapan dimaksudkan sebagai sarana drainase
limpasan permukaan akibat hujan, maka debit masukan Qi adalah debit limpasan permukaan  dari  suatu  luasan tertentu.  Jika  sumur  resapan  itu  adalah  sarana
drainase  bangunan  tempat  tinggal,  maka  debit  masukan Qi adalah  berupa  debit air yang terkumpul dari permukaan penutup atap.
Besarnya  debit  masukan  dapat  ditentukan  dengan  perencanaan  empiris berdasarkan  data hujan  yang  direkam.  Meskipun  kenyataannya  besarnya  debit
dari awal hujan sampai akhir hujan adalah tidak tetap, akan tetapi dapat diambil nilai dominan sebagai pedoman perencanaan. Besarnya debit masukan ini sangat
tergantung pada intensitas hujan yang terjadi dan liuas bidang tangkapan hujan. Intensitas  hujan  bergantung  pada  tinggi  curah  hujan  dan  durasinya,  sedangkan
permukaan penangkap hujan dipengaruhi oleh luas dan koefisien pengalirannya. Penentuan besarnya debit masukan Qi secara empiris yang bersifat praktis untuk
luasan yang relatif kecil sebagaimana rumah tinggal adalah menggunakan metode rasional, dimana  debit  masuk  ke  sumur  resapan  Qi = debit  banjir metode
rasional Q. Berikut ini disajikan rumus metode rasional untuk menghitung debit banjir pada suatu kawasan tertentu akibat limpasan air hujan Bedient dan Huber,
1988, yaitu: Q =
k . C. I. A...............................................2.35 di  mana Q = Debit banjir cfs  atau m³detik, C = Koefisien pengaliran
permukaan,  yang  besarnya    1, I = Intensitas hujan in.hr  atau mmjam, A = Luas bidang tangkapan hujan ac atau ha dan
k = faktor konversi = 0,00278
faktor konversi ha-mmjam ke m³detik. Luasan  bidang  tangkapan  hujan  untuk  bangunan  tempat  tinggal  adalah  berupa
luas atap yang diukur secara horizontal. Untuk koefisien pengaliran C, apabila tidak  diukur  langsung  pada  medan  pengaliran  yang  dimaksud,  maka  dapat
digunakan  perkiraan  nilai  koefisien  C  secara  empiris  berdasarkan  hasil penelitian yang dilampirkan pada Tabel 2.13.
Tabel 2. 12 Nilai Koefisien Aliran Permukaan C untuk Berbagai Permukaan
Jenis Permukaan Koef.Aliran
Permukaan   C 1. Bussines
Daerah kota 0.70 - 0.95
Daerah pinggiran 0.50 - 0.70
2. Perumahan
Daerah Single Family 0.30 - 0.50
Multiunit terpisah-pisah 0.40 - 0.60
Multiunit tertutup 0.60 - 0.75
Sub Urban 0.25 - 0.40
Daerah rumah-rumah Apartemen
0.50 - 0.70
3. Kawasan Industri
Daerah  industri ringan 0.50 - 0.80
Daerah  industri berat 0.60 - 0.90
4. Atap 0.75 - 0.95
5. Pertamanan; kuburan
0.10 - 0.25
6. Jalan 0.70 – 0.95
7. Aspal 0.75 - 0.95
8. Beton
0.80 - 0.95
9. Batu 0.70 - 0.85
Sumber: Maduto, Drainase Perkotaan Volume I, 1997
b. Durasi Debit Masukan  t