Koefisien Permeabilitas TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa sistem klasifikasi berdasarkan tekstur tanah telah dikembangkan sejak dulu oleh berbagai organisasi guna memenuhi kebutuhan mereka sendiri, beberapa dari sistem-sistem tersebut masih dipakai hingga saat ini, sistem klasifikasi berdasar tekstur tanah yang dikembangkan oleh departemen pertanian amerika USDA. Sistem ini didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah seperti diterangkan oleh sistem USDA, yaitu:  Pasir : butiran dengan diameter 2,0 - 0,05 mm  Lanau : butiran dengan diameter 0,05 - 0,002 mm  Lempung : butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm

2.4 Koefisien Permeabilitas

Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Pada ilmu tanah, permeabilitas didefenisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat. Proses pengisian air pada sumur resapan untuk mengalami peresapan merupakan imbuhan buatan artificial recharge. Oleh karena dalam proses itu semata-mata karena pengaruh gravitasi bumi, maka sifat tanah sebagai media peresap akan memiliki arti yang sangat penting. Dalam kaitannya dengan masalah ini, maka sifat fisik tanah akan menjadi parameter utama. Sifat fisik tanah untuk mengalirkan air dalam bentuk rembesan itu ditunjukan dengan koefisien permeabilitas. Koefesien permeabilitas coefficient of permeability mempunyai satuan yang sama seperti kecepatan. Isilah koefesien permebilitas sebagian besar digunakan oleh para ahli teknik tanah geoteknik. Para ahli geologi menyebutnya sebagai konduktivitas hidrolik. Bilamana satuan inggris digunakan, koefesien permeabilitas dinyatakan dalam ftmenit atau fthari, dan total volume dalam ft 3 . Dalam satuan SI, koefisien permeabilitas dinyatakan dalam cmdetik, dan total volume dalam cm 3 . Koefisien permeabilitas tanah tergantung pada beberapa faktor, yaitu kekentalan cairan, distribusi ukuran pori-pori, distribusi ukuran butir, angka pori, kekasaran permukaan butiran tanah dan derajat kejenuhan tanah. Pada tanah lempung, struktur tanah memegang peranan penting dalam menentukan koefisien permeabilitas. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sifat rembesan tanah lempung adalah konsentrasi ion dan ketebalan lapisan air yang menempel pada butiran lempung. Harga koefisien permeabilitas K untuk tiap-tiap tanah adalah berbeda-beda. Beberapa koefisien permeablitas diberikan dalam Tabel 2. 2. Tabel 2. 2 Harga Koefisien Permeabilitas pada Umumnya Jenis tanah k cmdetik ftmenit Kerikil bersih 1.00 - 100 2.00 - 200 Pasir kasar 1.00 – 0.01 2.00 - 0.02 Pasir halus 0.01 – 0.001 0.02 – 0.002 Lanau 0.001 – 0.00001 0.002 – 0.00002 Lempung Kurang dari 0.000001 Kurang dari 0.000002 Sumber: Buku Mekanika Tanahh Jilid I Das, 1985 Penentuan harga koefisien permeabilitas k suatu tanah bisa didapat dari pengujian laboratorium ataupun pengujian di lapangan. Untuk menentukan koefisien permeabilitas di laboratorium dapat dilakukan dengan: a Pengujian tinggi energy tetap constant head permeability test b Pengujian tinggi energy jatuh falling head permeability test c Penelitian secara tidak langsung dari pengujian konsolidasi d Pengujian kapiler horizontal Sedangkan untuk menentukan koefisien permeabilitas di lapangan dapat dilakukan dengan: a Uji pemompaan pumping test b Uji perlokasi auger hoole test Uji koefisien permeabilitas tanah yang dilaksanakan di laboratorium, yaitu: a Constant Head Permeability Test Percobaan ini dilakukan dengan pemberian tegangan tetap. Sampel tanah yang di pakai adalah tanah yang memiliki daya rembes besar, misalnya pasir. Untuk menentukan nilai k, kita langsung mengukur banyaknya air yang masuk dan keluar dari tanah tersebut dalam jangka waktu tertentu. Gambar 2. 6 Alat Constant Head Permeability Test Setelah data-data hasil percobaan dicatat , kemudian koefisien rembesan dihitung dengan turunan rumus: Q masuk = Q keluar Q masuk = A.V.k  Aki.t Q keluar = T L A h k       Maka, K = . . . .......................................................2.8 di mana Q = Volume air yang dikumpulkan cm , As = Luas penampang sampel tanah cm , t = waktu detik, dan h = i.L b Falling Head Permeability Test Untuk percobaan ini, tegangan yang diberikan terhadap contoh tanah tidak tetap. Sampel yang dipakai adalah tanah yang daya rembesnya kecil, misalnya lempung. Pada cara ini, air yang masuk ke sampel tanah melalui pipa berdiameter kecil. Untuk menentukan nilai k dilakukan dengan mengukur penurunan ketinggian air pada pipa tersebut sehingga tegangan air tidak tetap. Gambar 2. 7 Skema Proses Alat Falling Head Permeability Test Jumlah air yang mengalir melalui contoh tanah pada waktu t yaitu; Q = . . As Ls h k Debit masuk Qi = Debit keluar Qo A L h k . = -a dt dh tinggi air berkurang dt = . . k As Ls a        h dh  t dt = . . k As L a           2 1 1 h h dh h t = . . k A Ls a   2 1 ln h h  t = . . k As Ls a             e h h log log 2 1 t = 2,303 . . K As Ls a log 2 1 h h maka, K = 2,303 . As . t Ls a log 2 1 h h ............................................ 2.9 di mana K = Koefisien permeabilitas tanah cmdetik, a = Luas penampang pipa cm , L = Panjang sampel tanah cm, A = Luas penampang sampel tanah cm , t = Interval penurunan ke detik, = Ketinggian mula-mula air pada interval waktu tertentu cm, dan = Ketinggian akhir air pada interval waktu tertentu cm

2.5 Analisis Hidrologi