Obrolan Tentang Politik Kedai Kopi ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Perumnas Simalingkar Kota Medan )

membuat setiap orang di kedai kopi akan berbicara, baik sedikit, ungkapan setuju maupun menolak sebuah pendapat. Disinilah muncul sebuah istlah “enak tak enak yang penting ngopi”. Yang diartikan bahwa enak tidak enak setiap orang yang berada di kedai kopi wajib memesan kopi dan ikut dalam obrolan kedai kopi. Ngopi sendiri memiliki makna dibalik istilahnya. Makna tersebut disepakati bahkan benar benar dipahami para pengunjung maupun pemilik kedai kopi. Ngopi memiliki makna “ngobrol sambil minum kopi”. Sebuah makna yang sederhana, dimana setiap tegukan kopi harus diselingi dengan obrolan - obrolan yang tenutnya tidak kalah hangat dengan kopi yang diminum. Banyak sekali obrolan - obrolan yang terjadi di kedai kopi, tidak hanya itu permainan seperti catur , kartu domino , dan kartu remi menjadi tambahan yang ada di kedai kopi. Obrolan tersebut coba di klasifikasikan dalam beberapa topik yang paling sering dibahas. Topik - topik tersebut adalah tentang politik, ekonomi, tentang kehidupan pribadi dan olahraga khususnya sepakbola. Topik topik ini dideskripsikan selanjutnya.

3.2. Obrolan Tentang Politik

Obrolan tentang politik selalu menarik bagi masyarakat. Hal ini biasa menjadi bahan obrolan yang menurut mereka seru untuk diceritakan. Bahannya bisa tentang apa saja yang berkaitan dengan politik seperti pilkada,caleg, sampai masalah korupsi. Permasalahan bangsa Indonesia yang kompleks menjadi bahan yang selalu diobrolakan. Bak sebuah topik utama obrolan tentang kisruh masalah korupsi dan dinamika yang ada di dalamnya terasa menarik. Ibarat sebuah sinetron maupun Universitas Sumatera Utara film, persoalan bangsa ini seperti memiliki alur yang meruncing seakan rugi apabila ketinggalan sedikit saja. Obrolan tentang politik ini bisa terlihat dimana saja, di kantor, diangkot di kedai kedai atau dimana saja tempat orang berkumpul.begitu pula di kedai kopi. Obrolan politik juga menjadi bahan utama yang begitu berperan dalam menjadikan kedai kopi menjadi ramai . Sore selalu memberi kehangatan ketika mulai menyapa dengan matahari teduhnya. Kehangatan itu juga terlihat di kedai kopi. Hangat kopi dan gorengan yang menemani sebuah obrolan sore dan sapaan - sapaan serta tawa - tawa lepas pengunjung menambah riuh dan semaraknya kedai kopi. Padahal kedai itu hanya diisi oleh beberapa orang saja. Tidak sampai lima belas orang yang ada dan beraktifitas di dalamnya sore itu, namun keadaan yang seru turut dirasakan oleh pengunjung kedai kopi. Obrolan yang seru itu berkaitan dengan berita korupsi yang dilakukan oleh anggota dewan. Ada perasaan marah, jengkel , ada pula yang acuh tak acuh dan lain sebagainya. Semua diluapkan dalam pukulan meja, tudingan dan tunjukan kea rah televisi tanda tidak suka dengan perbuatan yang ada. Setiap pengunjung juga sudah merasa maklum dengan kondisi negara ini , hingga perdebatan pun di mulai. Saat itu adalah masa masa penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka korupsi oleh KPK. Tak heran perasaan jengkel dan sumpah serapah terlontar ketika menyaksikan tayangan tersebut. Saat itu Pak Sinulingga 54 tahun mengungkapkan komentarnya. Hah, sekarang mau apalagi kau Nas,udah jadi tersangka kau. Tepatilah janjimu itu. Gantung lah diri mu di Monas Universitas Sumatera Utara yang pernah kau bilang itu , jangan banyak cakap kau, ikan kakap ikan gabus juga kau Nas. Ekspresi marah ini menuntut janji anas terdahulu yang menyatakan bahwa ia siap untuk digantung di Monas jika ia terbukti korupsi. Ekspresi menuntut janji ini terasa riuh sore itu. Berbagai umpatan sanggahan pun mewarnai jalannya tayangan tersebut. Misalnya yang diungkapkan oleh Pak Supriadi 50 tahun : Sabar dulu pak, ini belum selesai bisa jadi ini kongkalikong sama Demokrat biar naek ratingnya pas pemilu nanti. Dibalas oleh pak Thalim 46 tahun Alah, palingan ini isu aja, nanti juga ilang sendiri itu. Tapi kita tunggu aja janjinya si Anas jelebau itu. Gak suka aku liat mukanya itu,muka orang licik, penjahat kelas kakap. Mantap kali KPK ini, gas terus marlae, jangan takut mengungkapkan kebenaran Ungkapan ini menggambarkan ketidakpuasan mereka dengan hasilnya. Mereka berharap sesuatu menjadi jelas dan kebenaran dapat segera terwujud. Obrolan itu terus berjalan seru ditemani kopi dan gorengan yang tak henti diseruput dan dilahap oleh pengunjung dengan mata yang tak bergerak memandang layar televisi. Selepas tayangan tentang Anas, obrolan masih berlangsung di kedai kopi. Obrolan masih berlangsung dengan berbagai argumen yang mengemuka. Semua memberikan pendapatnya. Seolah olah ini sidang paripurna, padahal hanya obrolan obrolan kedai kopi. Pak Rajab 44 tahun mengungkapkan : Universitas Sumatera Utara Kadang aku miris liat negeri ini. Pada gak sadar orang itu. Menyengsarakan rakyat aja. Percuma sekolah tinggi tinggi tapi gak bermoral, mending kayak kita ya kan kerja bangunan tapi jujur. Pak munir 39 tahun memberikan sanggahan seperti berikut “ Alah jon,karena gak ada kesempatan ajanya kita ini, coba ada mungkinpun korupsi juga kita. Siapa yang tahan sama godaan duit ini. Hepeng mangatur negaraon jon, haha. Kemudian dijawab oleh Pak Rajab 44 tahun Hei lek, agak kau jaga muncung kau. Duit itu bisa dicari ah. Tapi jujur itu susah. Kita memang tak makan bangku sekolahan tapi tahulah kita yang mana hak kita yang mana yang bukan. Obrolan berkembang terus ke beberapa aspek yang lain melalui celetukan dan sanggahan - sanggahan, seolah arus yang berjalan terus obrolan berjalan tak pernah putus. Seperti ungkapan Pak Muslim 48 tahun : Itulah, kalau liat berita berita di tv itu rasanya aku udah gak percaya lagi sama orang orang yang diatas itu. Golput ajalah nanti. Gak ada yang betol orang itu semua. Mukanya kayak orang baek baek, ganteng rupanya kelakuannya kayak binatang. Amangoi amangoi. Ungkapan dari pak Muslim tesebut berdasarkan kekecewaan beliau dengan perbuatan para pejabat. Namun ungkapan beliau mendapat tanggapan dari Bang Mangatas 32 tahun yang merupakan salah satu tim sukses calon legislatif. Ah janganlah gitu om, janganlah gara gara orang tu korupsi kita jadi gak percaya terus golput. Masih adanya om yang bagus yang bersih, Cuma biasanya yang bagus bagus itu gak pernah masuk tv. Kayak calon kita ini misalnya sambil memberikan kartu nama kepada pengunjung kedai kopi Universitas Sumatera Utara Dijawab oleh Bang Topik 35 tahun : Ah, kalau kau lah tas tas, macam memancing diair keruh hahaha. Siapa lagi itu yang mau kau kenalkan tuh.liat-liat situasi juga lah lek , ada juga kawan – kawan kita yang sering duduk ngopi sama di kedai ini . tapi tergantung orang nya itu kekmana dia , mau milih siapa ya kan Dijawab oleh Bang Mangatas 32 tahun: Ia juga memang lek , tapi kan namanya juga tim sukses lek.Mau ga mau kan harus dukung dan cari simpatisan lek. Tst tau sama tau aja lah kita lek sambil tertawa kecil . Dari percakapan diatas terlihat perubahan percakapan yang menjurus kearah pemilihan umum yang tidak lama lagi akan di langsungkan . Pemilihan yang akan berlangsung yakni pemilihan wakil rakyat. Disitu terlihat seorang tim sukses tengah mencoba menawarkan dan memperkenalkan calonnya kepada pengunjung kedai kopi. Dan pelanggan tetap kedai kopi Girik ini , juga ada yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif walaupun daerah pemilihannya berbeda yaitu Pak Mustapa Karo – Karo dan Indra Mada Ritonga . Sehingga obrolan semakin panas . Dan salah satu anggota obrolan masalah caleg ini dengan bijaksana membuat suasana agar menjadi lebih lunak . Pak Sinulingga 54 tahun mengatakan : Nah, sekarang kita nya ini . Kita kan punya pilihan masing - masing , lagian pun daerah pemilihan kawan – kawan kita ini yang mau maju kan beda , ya kita sebagai kawan di kedai ini ya saling mendukung aja buat yang terbaik buat kawan kita . Universitas Sumatera Utara Gambar 6 . Salah Satu CALEG yang Sering Nongkrong di Kedai Kopi Girik Tentang pemilu , memang memberikan sebuah ruang yang berbeda di kedai kopi Girik. Saat itu berbagai caleg akan datang untuk sekadar menyapa markombur atau membagikan kartu nama dan memberikan spanduk . Saat itulah janj - janji mulai diumbar dan pengunjung yang lainnya akan memperhatikan dengan seksama . Suasana obrolan yang biasanya lepas seakan menjadi sedikit berbau politis , sehingga pancing – memancing pertanyaan tentang apa yang akan ditawarkan. Walaupun caleg yang sering ngopi di kedai Girik ini bisa dikatakan punya pendukung di sini , tetap saja pembahasan calon yang lain menjadi topik yang hangat untuk di perbincangkan di kedai kopi ini . Kehadiran caleg menjadi hal yang dinanti di kedai kopi. Dimana mereka dapat melihat langsung calonnya dan melihat apa program yang ditawarkan. Universitas Sumatera Utara Analisa demi analisa dan pertanyaan kritis biasa menghiasi. Tidak jarang para caleg tersebut membagi buah tangan berupa uang kepada pengunjung dengan dalih hadiah sambil berharap dipilih pada saat pemilu. Seperti ungkapan si pemilik kedai Girik 38 tahun : Kalau pada masa masa kampanye gini, banyak tuh yang datang kesini. Purak puraknyalah minum kopi, merasakan kegiatan masyarakat, bagi bagi kartu nama sampai bagi bagi uang. Tapi kulihat orang orang ini gak bodoh juga. Waktu ada caleg disini habis juga orang itu bertanya Tanya soal program, soal apa yang bisa dia kasih. Girik benar benar memperhatikan bagaimana perangai para pengunjungnya. Setelah caleg itu pulang obrolan biasanya masih berlangsung. Bisa kembali menghujat sang caleg bisa juga mendukung caleg tersebut hal ini sesuai dengan ungkapan pak Munir 39 tahun : Ah, gak sor aku sama calon yang dibawa mangatas itu, agak agak bermuka dua dia, tadi dia bilang mau membantu masyarakat sini, mengembangkan perekonomian, tapi keknya tak punya pengalaman dia. Ah payanhlah nanti bisa bisa beli kucing dalam karung kita. Hal ini ditambahkan oleh pak Rajab 44 tahun : Botul itu nir, akupun tak sor juga. Belum apa apa udah kasih duit dia..haha tapi boleh jugalah untuk uang rokok kita ini Asik mendengarkan obrolan di kedai kopi, bukan orang Medan kalau nggak banyak omong. Topiknya selalu topik yang lagi ngetren. Apalagi kalau bukan politik pilkada Sumut. Benar ataupun tidak yang penting ngomong. Bahkan ada yang sekedar menumpahkan unek-unek. Begitulah keunikan Ngopi di Kedai kopi Girik , kopinya secangkir ngobrolnya bisa berjam-jam . Universitas Sumatera Utara Kali ini mereka tengah membicarakan kandidat calon gubernur. Ini yang harus diwaspadai para kontestan. Kayaknya orang-orang sekarang sudah pada pintar. Dan kayaknya para calon pimpinan Sumut ini tidak cukup hanya tebar pesona, tebar baleho, tebar sepanduk dan tebar banner dan tebar yang lain. Bahasan mereka begitu kritis. tidak terbayang, obrolan mereka sampai tingkat eveluasi. yang paling sering dibahas adalah Pak Gatot dengan Efendi Simbolon. Apakah dua calon ini yang terkuat, sampai mengabaikan tiga calon lainnya. Dan itulah warung kopi membuktikan. Bahasan mereka tidak hanya siapa Pak Gatot dan siapa Efendi Simbolon. Atau partai apa yang mendukungnya, siapa orang-orang dibelakang mereka. Tapi sampai mundur kebelakang, mengapa dulu Pak Gatot menang?, bagaimana caranya menang? Kenapa Efendi tiba tiba muncul sebagai calon?,. Bahkan sampai bahas KPU Jatim yang tidak berjalan sewajarnya. Pak Edy 51tahun Bila kita sudah mengenal seperti apa para incumbent yang kemarin menjadi wakil kita di gedung dewan maka perlu dilirik orang2 baru dikancah politik Gresik mudah2an ada yang layak untuk dipilih Pak Rajab 44 tahun Betul Bang Edy, kita juga perlu melihat siapa dan partai mana yang berkepentingan Pak Munir 39 tahun Kita hanya prihatin dengan pergolakan politik di negara kita yang menghalalkan segala cara. Ini yang kita waspadai dan kita hindari. Subhanallah apa yang tdk dikorupsi? Girik 38 tahun bulan kampanye, banyak robinhood Universitas Sumatera Utara Pak Thalim 46 tahun masih belum ada robinhood sejati di negeri ini.. Kak Girik 38 tahun semua abal abal Obrolan obrolan tentang politik ini selalu panjang dan menarik, saling medukung dan bantah sudah menjadi pemandangan yang biasa dalam obrolan. Dengan demikian obrolan tentang politik menjadi topik yang selau menjadi menu utama terutama saat - saat ada isu yang tengah membesar ataupun mendekat masa masa pemilhan umum. Politik di negeri ini ibarat “sandal” bisa kotor bisa juga bersih , tergantung dari pribadinya masing - masing . Pemberitaan media mau itu elektronik , cetak ataupun online tidak lepas dari masalah politik dinegeri ini . Ibarat ‘sayur tanpa garam’ itu lah yang terjadi di kedai kopi , tanpa perbincangan masalah politik kedai kopi terasa suasana menjadi hambar .

3.3. Obrolan Tentang Ekonomi