Awal Mula Kedai Kopi

BAB II GAMBARAN UMUM KEDAI KOPI

2.1. Awal Mula Kedai Kopi

Awalnya kedai kopi yang ada dijalan kopi IV Perumnas Simalingkar Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan ini berdiri karena pemilik kedai kopi belum memiliki pekerjaan yang tetap . Pemiliki yang bernama Bapak Prapta yang biasa dipanggil sama masyarakat setempat , memiliki lahan tanah yang besar dan kelebihan itu membuat Bapak Prapta mempunyai ide untuk membuka kedai kopi . Apalagi di lingkungan di daerah tersebut belum memiliki tempat umum untuk bersantai dan bercengkrama sesama penduduk setempat . Oleh karena itu lah bapak Prapta membuka kedai kopi yang berukuran sekitar 18 – 15 meter yang ada didepan rumahnya. Walaupun dengan bahan – bahan yang sederhana seperti kayu atau papan , bambu , dan jerami . Tetapi dengan keinginan yang tinggi bapak Prapta dan dibantu sama anak-anaknya maka jadi lah sebuah wadah atau tempat untuk bersantai untuk meminum kopi dan sejenisnya di tempat umun serta dapat bercengkrama sesama penduduk setempat. Apalagi pada waktu itu masyarakatnya belum saling kenal . sehingga dengan adanya kedai kopi tersebut dapat dijadikan sebagai tempat berkumpul atau menikmati waktu luang yang ada. Kedai kopi Bapak Prapta pada saat itu menjadi primadona bagi masyarakat sekitar , bagaimana tidak kedai kopi yang tempatnya nyaman , jauh dari kota , aman dan fasilitas yang memadai seperti televisi , alat permainan catur dan kartu dan bangku yang memanjang yang dapat dijadikan tempat tidur saat dibutuhkan . Dari kalangan atas , kalangan menengah , dan kalangan bawah berbaur menjadi Universitas Sumatera Utara satu tanpa membedakan strata sosial penikmat kedai kopi ini . Dari muda hingga tua , dari berbagai suku , agama tidak menjadi halangan untuk berkumpul , berbincang , dan bermain kartu bersama . Hal ini lah mengapa sampai saat ini kedai kopi Bapak Prapta yang menjadi satu-satunya kedai kopi yang ada di jalan kopi ini masih bertahan sampai sekarang walaupun penjualnya kini telah berbeda. Kedai kopi ini memiliki nilai historis bagi kalangan masyarakat yang ada di Simalingkar . Dari peristiwa penggerebekan kasus perjudian kecil dan besar hingga tempat memakai narkoba , kedai kopi ini dianggap kebanyakan masyarakat sekitar lebih banyak kegiatan negatifnya daripada kegiatan positifnya. Situasi ini membuat Bapak Prapta mengalami pasang surut dalam menjalani usahanya tersebut. Padahal banyak juga kegiatan yang positif dan bermanfaaat , interaksi sosial antara pemuda dan bapak-bapak terjalin harmonis. Pengetahuan semakin bertambah dengan adanya dialog – dialog kecil dari masalah sosial , ekonomi dan politik . Dengan bertambahnya umur Bapak Prapta yang semakin tua dan bisnis usaha kedai kopi tidak lagi menjadi daya tarik yang dianggap dulu menjadi tambahan pendapatan ekonomi untuk kebutuhan sehari – hari kini menjadi rendah. Apalagi anak – anak Bapak Prapta ini telah beranjak dewasa membuat keputusannya untuk menekuni bisnis kedai kopi ini semakin bulat untuk berhenti dan menutup kedai kopi ini. Karena memiliki tanah yang luas , Bapak Prapta lebih memilih untuk bercocok tanam dan memelihara hewan ternak untuk menghabisi masa tuanya. Dan kedai kopi ini sebahagian tanahnya dijadikan rumah untuk tempat tinggal , dan kini hanya memiliki sepertiga bangunan kedai kopi dulu , kini tetap dipertahankan bangunan lamanya untuk kedai kopi . Walaupun kondisi dan Universitas Sumatera Utara luasnya kini berkurang , tetapi tetap mempertahankan bangunan tradisional yang dulu pernah menjadi kedai kopi saat pemiliknya menjalankan usahanya ini. Dengan rentang waktu yang lumayan lama , sekitar 5 tahun kedai kopi ini kosong dan tidak berfungsi dengan semestinya . Karena banyak permintaan dan pertanyaan dari masyarakat setempat khususnya bapak – bapak dan anak muda , pada tahun 2005 kedai kopi ini diaktifkan lagi oleh pemiliknya dengan menyewakan kepada orang lain untuk menjalani usaha kedai kopi lagi. Dengan kondisi lama dan hanya memperbaiki meja dan bangku panjang , tetap mempertahankan suasana yang sederhana dan nyaman . Sampai saat ini , kedai kopi masih beroperasi yang kini penjualnya berbeda yaitu pasangan suami istri , Mas Agus dan Kak Girik yang biasa dipanggil oleh masyarakat setempat . Yang dahulunya kedai kopi lebih banyak berfungsi tempat bermain judi dan narkoba sehingga citra negatif masih melekat . Kini masyarakatnya lebih baik sehingga citra negatif itu hilang dengan berjalannya waktu karena kedai kopi kini menjadi tempat yang nyaman buat siapa saja karena aktifitasnya lebih banyak kegiatan yang bermanfaat seperti berdiskusi , minum kopi bersama-sama dan beristirahat . Apabila kedai kopi ramai maka ada kegiatan bermain kartu dengan kesenangan semata , bukan bermain judi seperti dulu yang pernah terjadi. Kedai kopi ini menjadi primadona bagi penikmatnya , disaat kedai kopi ini tutup sehari saja maka pelanggan akan merasa kehilangan . Karena kedai kopi ini merupakan tempat yang begitu penting bagi penikmatnya untuk menghabiskan waktu . Bagi penikmatnya kedai kopi sudah menjadi rumah kedua bagi mereka . Alasan yang bermacam – macam dari tempatnya nyaman , strategis karena disampingnya ada pematang sawah yang membuat angin lebih terasa di tubuh , Universitas Sumatera Utara dan banyak alasan lainnya yang tidak dapat di ungkapkan dengan kata – kata karena sudah merasa menjadi bagian yang penting bagi penikmat kedai kopi tidak terkecuali penulis . Kedai kopi yang dulu di kenal dengan sebutan kedai kopi Prapta kini berubah menjadi kedai kopi Girik , bagi pelanggan lama yang tidak lagi bertempat tinggal di Simalingkar tetap saja menyebutnya kedai kopi Prapta .

2.2. Kondisi Kedai Kopi