Latar Belakang Kedai Kopi ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Perumnas Simalingkar Kota Medan )

B A B I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kedai kopi bagi masyarakat di Medan khususnya di Perumnas Simalingkar merupakan tempat dimana masyarakat berkumpul untuk sekedar melepas lelah, tempat mengawali hari sebelum melaksanakan aktivitas rutin,atau menghabiskan waktu yang dianggap bermanfaat dibandingkan melakukan kegiatan seperti tidur , jalan-jalan tanpa tujuan dan sebagainya. Kebiasaan masyarakat Medan yang sering berada di kedai kopi menimbulkan opini negatif dari kebanyakan orang yang ada di kota Medan ini khususnya di Simalingkar , masyarakat mempertanyakan “ apakah yang dilakukan mereka disaat berada di kedai kopi ? ” pertanyaan itu penting untuk di jawab . Dalam hal ini penulis yang juga sering menghabiskan waktu di kedai kopi melihat bahwa aktifitas di kedai kopi merupakan sebuah dinamika yang menjelaskan bahwa disana telah terbentuk berbagai opini publik , salah satunya aktifitas kedai kopi terhadap masyarakat di kota Medan khususnya Simalingkar . Kedai kopi merujuk kepada sebuah organisasi 1 1 http:id.wikipedia.orgwikiOrganisasi yang secara pokok menyediakan kopi atau minuman panas lainnya. Dari suatu pengamatan langsung, kedai kopi banyak memberikan layanan sebagai pusat-pusat interaksi sosial , kedai kopi dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkumpul, berbicara, bermain, menghibur satu sama lain, atau membuang waktu, baik secara individu atau dalam kelompok kecil . Bahkan kedai kopi menjadi tempat tidur Universitas Sumatera Utara yang nyaman bagi pengunjungnya. Ngopi adalah ungkapan terhadap orang yang ingin menikmati kopi atau minuman lainnya atau sekedar duduk-duduk diwarung kopi dan mengobrol sesama pengunjung kedai kopi . Melihat kejadian yang ada di kedai kopi kini muncul menjadi sebuah identitas yang melekat bagi para penikmatnya, tidak hanya tingkat kenikmatan semata, gaya hidup dan gaya yang khas , tetapi kini fungsinya semakin mendapatkan hati masyarakat. Selain terjangkau harganya, nilai yang nyata di kedai kopi juga menjadi hiburan yang tak tergantikan dari kehidupan masyarakat. Bukan hanya di Simalingkar saja kedai kopi dijadikan sebagai wadah atau tempat yang nyaman selain rumah untuk berkomunikasi , bersenang-senang , santai ataupun beristirahat sejenak . Di lain daerah di kota Medan juga memiliki penilaian tersendiri terhadap kedai kopi bahkan di daerah Indonesia lainnya . Kedai kopi menjadi tanda yang mengukuhkan keberadaan baru bagi masyarakat, melalui bertemunya beragam orang , suku , agama , lembaga, status sosial dan bahkan identitas yang multikultur. Dalam pandangan yang lebih luas, kedai kopi juga bagian dari subkultur yang mempertemukan berbagai budaya dan identitas baru. Tetapi ngopi “juga bukan sekadar soal keakraban, didalamnya kerap terjadi pertukaran informasi , wacana, dan pengembangan wawasan, bahkan hiburan sekalipun . Pada awalnya ngopi “ hanyalah aktifitas mengisi waktu luang dan tempat untuk istirahat dari kepenatan ”. Namun perkembangannya kini kedai kopi menjadi sebuah tempat yang penting untuk menghabiskan waktu luang maupun waktu beraktifitas sehari - hari . Dari berbagai suku yang berbeda kedai kopi memiliki peran yang benar – benar memberikan ruang untuk berkreasi , berdiskusi Universitas Sumatera Utara , hiburan walaupun muncul konflik – konflik kecil didalamnya . Tetapi dalam beberapa hal, kedai kopi juga didirikan dengan latar belakang yang berbeda . Lebih jauh lagi, aktifitas kedai kopi ini, membentuk kultur dan kebiasaan baru dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial. Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang biasa dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan dimana saja. Namun bagi kalangan tertentu menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi manis dan pahit, tetapi bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang akan berdampak lebih luas. Misalnya para eksekutif muda akan menikmati secangkir kopi dengan menjalankan aktifitas dengan relasi bisnisnya. Begitu juga dengan mahasiswa, menikmati secangkir kopi hanya bermakna jika dilakukan di kedai kopi yang diselingi dengan diskusi kecil. Dan orang tua sekalipun menjadikan kedai kopi salah satu daya tarik yang tidak lepas dari kehidupan sehari – hari bahkan kedai kopi menjadi rumah kedua bagi mereka . Penikmat kopi juga beragam, mulai dari buruh bangunan hingga para pejabat. Tidak ada sekat dalam hal siapa peminat kopi. Ini membuktikan bahwa kedai kopi mempunyai potensi kultural yang dapat menggiring masyarakat ke arah pembauran sosial. Ini tidak lepas dari salah satu manfaat kedai kopi yaitu sebagai tempat menemukan ide dan gagasan. Bahkan, bagi para penikmat kopi, kedai kopi adalah sumber informasi dan inspirasi. Bagi pecinta kopi, menikmati kopi dengan racikan sendiri di rumah atau di tempat kerja akan terasa berbeda ketika mereka menikmati kopi di kedai kopi. Entah karena racikannya atau suasananya, kita tidak tahu. Tetapi kemungkinan, faktor kejadian ini adalah bagaimana situasi dan kondisi dalam menikmati kopi Universitas Sumatera Utara mempengaruhi rasa dalam ngopi itu sendiri. Dan yang aneh lagi adalah masing- masing kedai kopi memiliki kekhasan rasa tersendiri yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Berangkat dari realitas itulah, kebiasaan ngopi bagi masyarakat Indonesia bukanlah menjadi sebuah realitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Akan tetapi, lebih dari itu ngopi menjadi sebuah gaya hidup life style masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang seiring waktu telah berubah menjadi kebutuhan masyarakat inilah yang nantinya bisa menjadi sebuah subkultur tersendiri di masyarakat Indonesia. Apalagi interaksi sosial yang terjadi di kedai kopi membuat suasana menjadi hidup dan malahan membuat betah meskipun terjadi konflik kecil yang mewarnai aktifitas yang ada di kedai kopi . Dari obrolan kecil hingga obrolan yang memanas kerap terjadi di kedai kopi . Permainan kartu dan catur menjadi hiburan tersendiri bagi penikmat kedai kopi untuk mengisi kekosongan . Bahkan tidak jarang orang yang baru pulang kerja menyempatkan waktu nya terlebih dahulu di kedai kopi hanya sekedar minum kopi dan ngobrol sesama pengunjung . Hal yang tak kalah menariknya yaitu keberadaan kedai kopi secara tidak langsung mempunyai efek terhadap kegiatan masyarakat di suatu tempat , misalnya dalam hal etos kerja . Memang bila di kaji lebih jauh , tinggi rendahnya etos kerja masyarakat ditentukan oleh pribadi demi pribadi dari masyarakat tersebut . Namun jika kita mau jujur , keberadaaan kedai kopi bagi sebahagian masyarakat akan berakibat turunnya etos kerja . Selain sisi negatifnya , kedai kopi juga mempunyai sisi positif . Banyak contoh yang bisa diurutkan sebagai sisi positif kedai kopi . Program pemerintah , Universitas Sumatera Utara obrolan politik , obrolan ekonomi , dan sosial dijadikan bahan obrolan dan perdebatan di kedai kopi . Kedai kopi pada dasarnya adalah tempat dimana penjual minuman kopi dan pembeli minuman kopi ataupun sesama pembeli minuman kopi bertemu , bubuk kopi dan gula telah diseduh dan dihidangkan di meja , maka kedai kopi memperlihatkan peranan dan fungsinya , bukan hanya sekedar mendapatkan segelas kopi yang harganya tiga ribu sampai enam ribu rupiah per gelas . Tetapi juga sebagai suatu media interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ataupun dengan penjual minuman kopi . Di pasar atau di toko , penjual dan pembeli ataupun sesama pembeli saling bertemu . Tapi pertemuan dan interaksi berlangsung dalam waktu relatif singkat . Setelah semua selesai belanja dipesan dan dibayar , maka berakhirlah interaksi mereka . Tidak lah demikian halnya dengan di kedai kopi , yang antara pembeli dan penjual dan antara sesama pembeli terlibat komunikasi yang relatif panjang , dan bahkan ada kemungkinan perbincangan tersebut terulang lagi untuk esok harinya . Adanya tenggang waktu yang cukup lama antara penjual dan pembeli dan antara pembeli dan pembeli membuat kedai kopi mempunyai keunikan tersendiri . Kedai kopi dengan segala kesederhanaannya telah memperlihatkan peranan dan fungsinya sebagai sarana interkasi sosial yang sangat potensial . Fungsi sosial kedai kopi sebagai pusat kegiatan ekonomi dapat dilihat dalam perubahan – perubahan yang terjadi dibidang produksi , konsumsi , dan distribusi . Kedai kopi dapat juga dikatakan sebagai pusat kebudayaan dalam Universitas Sumatera Utara lingkup yang sederhana , dalam hal ini dapat dilihat pada perubahan – perubahan sosial budaya sebagai akibat dari pembaruan dan pembauran . Dengan demikian terlihat bahwa kedai kopi bukan hanya tempat berjual beli semata , namun juga mempunyai fungsi lain bagi masyarakat yang bersangkutan . Alasan – alasan itu lah menjadi daya tarik kedai kopi yang begitu mempesona bagi penikmatnya . Dari siang hingga malam kedai kopi membuat cerita yang tidak pernah habis untuk di perbincangkan .

1.2. Tinjauan Pustaka