Pengukuran Produktivitas Kerangka Pemikiran Teoritis .1 Produktivitas

masukan input yang diberikan. Selain itu produktivitas dapat diartikan sebagai ukuran tingkat efisiensi dan efektivitas sumberdaya yang digunakan selama proses produksi berlangsung dengan membandingkan jumlah yang dihasilkan dengan setiap atau seluruh sumber-sumber masukan yang digunakan. Konsep produktivitas terbagi dalam dua tingkatan yaitu makro dan mikro. Konsep produktivitas pada tingkat makro bertujuan untuk pembangunan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat, sedangkan konsep produktivitas pada tingkat mikro mencakup produktivitas, tingkat modal, produksi, organisasi, penjualan dan produk yang bertujuan menghasilkan suatu perkembangan atau pertumbuhan melalui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba Sinungan, 2005.

3.1.2 Pengukuran Produktivitas

Pelaksanaan pengukuran produktivitas penting untuk membantu mengidentifikasi beberapa bidang bagi tindakan perbaikan terhadap perencanaan, pengalokasian sumberdaya, dan pengendalian manajemen Ravianto, 1986. Lingkup pengukuran produktivitas menurut Reksasudharma 1989 dibedakan dalam empat tingkat yaitu : 1. Ruang lingkup nasional atau tingkat ekonomi makro, dimana dalam lingkup ini faktor tenaga kerja sumberdaya manusia, modal, sumberdaya alam, manajemen dan input lainnya diperhitungkan dalam menghasilkan output untuk negara secara keseluruhan. 2. Ruang lingkup industri atau tingkat sektoral, yang hanya memperhitungkan faktor-faktor yang berkaitan dengan suatu sektor misalnya sektor pertanian, industri atau jasa. 3. Ruang lingkup badan usaha atau organisasi atau tingkat mikro. Dalam tingkat ini banyak kemungkinan untuk memperhitungkan hubungan timbal balik antara faktor yang diukur sehingga dapat diperbandingkan dengan badan usaha atau organisasi lain. 4. Ruang lingkup pekerjaan perorangan atau tingkat parsial. Perhitungan untuk tingkat ini dipengaruhi oleh lingkup pekerjaan atau ketersediaan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengukuran harus pula menjangkau faktor motivasi kerja, walaupun sulit dalam pelaksanaannya. Pengukuran produktivitas menurut Manullang 1990 dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1. Indeks Produktivitas Indeks produktivitas adalah rasio indeks keluaran dengan indeks masukan. Perhitungan indeks produktivitas memperlihatkan baik tingkat produktivitas maupun perubahan yang terjadi dalam perjalanan waktu time series. Perubahan yang diukur dari tahun ke tahun dapat diungkapkan dalam bentuk persentase maupun indeks. Perubahan persentase dilakukan dengan membagi selisih antara produktivitas periode dasar dengan tingkat periode dasar. 2. Produktivitas dengan Pengukuran Nilai Tambah Jika nilai tambah digunakan sebagai ukuran keluaran, maka perlu dibuat secara terpisah indeks harga, baik untuk nilai keluaran maupun untuk bahan- bahan yang digunakan sebagai masukan sesuai dengan perubahan-perubahan harga tercatat. Hal ini perlu karena nilai tambah merupakan hasil pengurangan penjualan dengan masukan antara, dimana variabel-variabel ini dipengaruhi oleh perubahan harga. 3. Produktivitas apabila ditinjau dari sisi masukannya dapat dibedakan atas dua jenis yaitu produktivitas parsial dan produktivitas total. a. Produktivitas Parsial Merupakan rasio dari total output dengan salah satu jenis input. Produktivitas parsial = n I O dimana : I n = input ke-n P O,I n = produktivitas dari input ke-n b. Produktivitas Total Merupakan hasil dari total output dengan kumpulan seluruh input yang dikorbankan untuk menghasilkan output total. Produktivitas total dapat menjadi alat diagnostik yang berharga untuk tingkat perusahaan atau unit operasi, misalkan untuk melihat kontribusi dari faktor modal, tenaga kerja dan input lainnya pada pertambahan hasil atau pertumbuhan produktivitas. Produktivitas Total = I Total O Total dimana : O = output I = input Sampai saat ini, tenaga kerjalah yang lazim dijadikan faktor pengukur produktivitas. Hal ini disebabkan karena biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya terbesar untuk pengadaan produk atau jasa dan karena masukan pada sumberdaya manusia lebih mudah dihitung daripada masukan pada faktor-faktor lain seperti modal Kussriyanto, 1986. 3.1.3 Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu Simanjuntak, 1985. Secara sederhana, produktivitas tenaga kerja merupakan keberhasilan tenaga kerja dalam menghasilkan produk dalam satuan waktu tertentu Ravianto, 1985. Menurut Sinungan 2005, produktivitas tenaga kerja merupakan hal yang sangat menarik karena mengukur hasil kerja manusia dengan segala masalahnya. Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan atau per orang per jam kerja diterima secara luas, namun dari sudut pandang atau pengawasan harian, pengukuran tersebut pada umumnya tidaklah memuaskan, karena adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja jam, hari atau tahun, pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar. Ravianto 1986 menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah jumlah produk atau nilai uang nilai tambah terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi suatu produk. Bila jumlah produk dibandingkan terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan, maka ukuran tersebut dinamakan physical labor productivity . Jika yang dibandingkan adalah nilai tambah produk terhadap jumlah penggunaan tenaga kerja, maka dinamakan value added labor productivity . Bila ingin mengukur hubungan antara pertumbuhan daya produksi dengan tingkat harga atau antara produktivitas tenaga kerja dengan tingkat upah, maka akan lebih baik bila digunakan physical productivity index. Rumus dasar bagi pengukuran produktivitas adalah keluaran dibagi masukan. Rumus dasar ini banyak digunakan dalam pengukuran physical labor productivity . Ravianto 1986 menuliskan rumus yang sering digunakan dalam pengukuran physical labor productivity sebagai berikut : Masukan Keluaran = , ker , ker , , , dll ja jam karyawan jumlah ja tenaga Jumlah dll area unit ton dalam keluaran Jumlah 3.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Simanjuntak 1985, produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijaksanaan pemerintah. Faktor tersebut terdiri dari pendidikan, ketrampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, hubungan industrial, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesempatan untuk berprestasi dan kebijaksanaan pemerintah di bidang produksi, investasi, perijinan, teknologi, moneter, fiskal, harga,distribusi dan lain-lain. Menurut Ravianto 1986, produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : 1. Latar belakang pendidikan dan pelatihan. 2. Alat-alat produksi dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi. 3. Value system, nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat atau juga faktor lingkungan hidup tenaga kerja modern atau tradisional, statis atau dinamis, kuat tidaknya ikatan keluarga, mobilitas tenaga kerja, motivasi dan lain-lain. 4. Lingkungan pekerjaan dan iklim kerja. 5. Derajat kesehatan kesehatan lingkungan, nilai gizi makanan, sanitasi dan tersedianya air bersih. 6. Tingkat upah minimal yang berlaku. Tingkat upah yang terlalu rendah tidak memungkinkan untuk mampu bekerja produktif malas akibat kurang gizi. Melalui pendekatan sistem, Simanjuntak 1985 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu : 1. Kualitas atas kemampuan tenaga kerja yang dapat dipengaruhi oleh pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, sikap mental dan kondisi fisik seseorang. 2. Sarana pendukung tenaga kerja, mencakup lingkungan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja. Lingkungan kerja meliputi kesehatan dan keselamatan kerja, sarana produksi dan teknologi, sedangkan kesejahteraan tenaga kerja tercermin dalam sistem upah dan jaminan sosial. 3. Supra sarana yang meliputi kebijakan pemerintah, hubungan industrial Pancasila dan kemampuan dalam mencapai kerja yang optimal. Dalam teori human capital, peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui investasi sumberdaya manusia SDM. Investasi sumberdaya manusia dapat dilakukan dalam bentuk: 1 pendidikan dan latihan, 2 migrasi, dan 3 perbaikan gizi dan kesehatan Simanjuntak, 1985. Pendidikan dan latihan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan SDM. Hubungan pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat penghasilan. Pendidikan yang lebih tinggi mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi, dan oleh sebab itu memungkinkan penghasilan yang lebih tinggi juga. Latihan sebagai salah satu aspek human capital, dapat dilakukan di dalam maupun di luar pekerjaan. Latihan luar pekerjaan umunya bersifat formal. Latihan di dalam pekerjaan juga akan meningkatkan produktivitas kerja seseorang dan biasanya diukur dalam bentuk pengalaman kerja. Penerapan lain dari teori human capital adalah di bidang migrasi atau perpindahan penduduk. Asumsi dasar adalah bahwa seseorang mau untuk berusaha pindah kerja dari satu tempat ke tempat lain untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar. Besarnya arus pendapatan yang seyogyanya diterima selama hidupnya di tempat asal merupakan penghasilan yang dikorbankan untuk memperoleh arus pendapatan yang jumlahnya lebih besar di tempat tujuan Simanjuntak, 1985. Perbaikan gizi dan kesehatan juga sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja. Oleh karena itu, investasi yang dilakukan untuk perbaikan gizi dan kesehatan dapat dipandang sebagai salah satu aspek human capital. Cara yang praktis untuk perbaikan gizi tenaga kerja adalah dengan memperbaiki sistem pengupahan mereka sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup minimumnya termasuk gizi minimumnya.

3.1.5 Analisis Regresi Linear Berganda