I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi unggulan Indonesia, karena potensi sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia sebagai salah satu
negara agraris di dunia dan juga merupakan salah satu sumber penambah devisa bagi negara. Selain itu sub sektor pertanian merupakan penghasil utama
komoditas ekspor non migas Indonesia. Salah satu sektor pertanian yang telah lama dikenal oleh pasar internasional dan dunia adalah sub sektor perkebunan
khususnya tanaman teh yang banyak diminati oleh para negara pengimpor sektor perkebunan dunia.
Indonesia merupakan salah satu negara produsen sekaligus eksportir utama teh dunia. Komoditi teh dari Indonesia dewasa ini diekspor ke 128 negara dengan
10 negara pengimpor terbesar yaitu: Inggris, Rusia, Malaysia, Pakistan, AS, Jerman, Polandia, Belanda, Australia dan Arab Saudi.
1
Produksi teh Indonesia di pasaran dunia rata-rata 165,068 juta kg selama periode 1999-2003. Hal ini
menjadikan Indonesia sebagai produsen teh terbesar kelima setelah India, Cina, Srilangka dan Kenya seperti yang terlihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Teh juta kg di lima Negara Produsen Utama Tahun 1999-2003
Tahun Negara
1999 2000
2001 2002
2003 Rata-rata
India 824,408
846,483 853,710
847,107 869,721
848,286 Cina
675,871 683,324
701,699 685,683
703,512 690,018
Srilangka 284,149
306,794 296,301
303,914 299,613
298,154 Kenya
248,818 236,286
294,631 297,481
298,735 275,190
Indonesia 161,003
164,568 166,992
165,212 167,564
165,068
Sumber: BPS, 2004
1. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, BPS, Periode Januari-Desember 2003
Perkembangan ekspor teh Indonesia ke mancanegara selama kurun waktu enam tahun terakhir 1998-2003 ini cenderung berfluktuasi dari tahun ke
tahun. Volume ekspor tertinggi Indonesia dicapai pada tahun 2000 yaitu sebesar 102.223 ton sedangkan volume ekspor terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu
sebesar 63.892 ton. Tetapi nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar US 108,364 juta, hal ini sangat dipengaruhi oleh nilai tukar dollar
Amerika yang berlaku di Indonesia saat itu. Data selengkapnya mengenai perkembangan total ekspor teh dari tahun 1998-2003 dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini. Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Teh Indonesia Tahun 1998-2003
Tahun Volume ton
Nilai juta US Perubahan Nilai
1998 63.892
108,364 -
1999 94.048
92,016 84,91
2000 102.223
108,144 117,53
2001 94.974
94,685 87,55
2002 95.457
98,024 103,53
2003 89.748
91,831 93,68
Sumber: Buletin BPS, 2004
Produksi teh Indonesia saat ini dihasilkan dari 13 provinsi, yaitu dari seluruh provinsi di Sumatera, seluruh provinsi di Jawa kecuali DKI Jakarta dan
dua provinsi di Sulawesi yaitu Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Diantara 13 provinsi tersebut hanya tiga provinsi yang menguasai produksi teh dalam
negeri yaitu provinsi Jawa Barat, Sumatera Utara dan Jawa Tengah. Provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama dalam produksi teh, hal ini
disebabkan karena kondisi lahan dan iklimnya yang cocok untuk budidaya tanaman teh. Produksi teh yang dihasilkan oleh provinsi Jawa Barat berasal dari
Perkebunan Rakyat PR, Perkebunan Besar Negara PBN dan Perkebunan Besar Swasta PBS.
Produksi dan produktivitas PBN mengalami fluktuasi dalam perkembangannya, dimana selama tahun 1999-2003 produksi dan produktivitas
PBN mengalami penaikan dan penurunan. Angka penurunan terjadi pada tahun 2002 sebesar 6,84 persen, sedangkan peningkatan produksi dan produktivitas teh
terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 12,12 persen dan pada tahun 2003 sebesar 0,74 persen. Dari ketiga jenis perkebunan tersebut, PBN menempati posisi
pertama dengan jumlah produksi terbesar disusul PR dan yang terkecil dalam jumlah produksi adalah PBS. Hal ini dikarenakan umur tanaman teh yang masih
muda serta perawatan yang kurang maksimal terhadap tanaman teh tersebut. Akan tetapi, produksi tidak hanya ditentukan oleh luas dan banyaknya pokok tanaman,
tapi juga oleh tingkat produktivitas tenaga kerja, baik itu pemetik ataupun buruh bagian pengolahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Teh Indonesia Menurut Status Pengusahaan 1999-2003
Status Pengusahaan Tahun
1999 2000
2001 2002
2003 Perkebunan Rakyat
Luas lahan Ha 65.348 67.147 67.575 66.339 67.735
Produksi Ton 34.561 39.743 40.228 44.837 44.915
Produktivitas TonHa 0,529
0,588 0,593
0,676 0,652
Trend Produktivitas -
11,15 0,85
14,00 -3,55
Perkebunan Besar Negara
Luas lahan Ha 56.148 54.863 50.273 51.814 52.217
Produksi Ton 86.099 85.103 87.427 83.937 85.216
Produktivitas TonHa 1,533
1,551 1,739
1,620 1,632
Trend Produktivitas -
1,17 12,12
-6,84 0,74
Perkebunan Besar Swasta
Luas lahan Ha 35.493 35.174 33.021 32.634 32.507
Produksi Ton 40.343 39.992 39.337 36.438 37.433
Produktivitas TonHa 1,137
1,136 1,191
1,117 1,152
Trend Produktivitas -
0,09 4,84
-6,21 3,13
Sumber : Statistik Indonesia BPS, 2004
Penurunan produksi dan produktivitas teh dirasakan oleh semua perkebunan besar di Indonesia, termasuk perkebunan besar negara ataupun
perkebunan besar swasta di Jawa Barat. Salah satu perkebunan besar negara yang terdapat di Jawa Barat adalah PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Rancabali
yang juga merasakan dampak dari penurunan tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan produksi dan mutu teh khususnya di PTPN VIII
Kebun Rancabali sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas teh bagi provinsi Jawa Barat. Tingkat produktivitas merupakan suatu ukuran yang
dapat menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam persaingan di dunia usaha, dimana keberadaan suatu perusahaan tergantung dari tinggi rendahnya
produktivitas perusahaan. Terdapat beberapa kunci atau unsur-unsur penting yang dapat
meningkatkan produktivitas total perusahaan yaitu tenaga kerja, modal, produksi, organisasi dan pemasaran, dimana unsur yang paling mampu memberikan
keuntungan terbesar adalah tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja merupakan tenaga penggerak dalam perusahaan, baik untuk produksi, organisasi
ataupun pemasaran sehingga bila tenaga kerja yang dimiliki berkualitas, maka hasil yang didapat pun akan maksimal. Salah satu kontribusi penting yang
diberikan tenaga kerja kepada perusahaan adalah jasanya. Hasil yang diperoleh akibat curahan kerja dari tenaga kerja adalah prestasi kerja yang akan memberikan
nilai tambah bagi perusahaan. Melalui produktivitas kerja, perusahaan dapat mengukur besarnya kontribusi yang diberikan oleh tenaga kerja Kussriyanto,
1986.
Karyawan yang berperan besar terhadap kegiatan operasional pada suatu perusahaan perkebunan teh adalah karyawan dasar buruh. Kedudukan karyawan
non staf terutama buruh sangat penting dalam struktur produksi perkebunan, hal ini disebabkan karena berbagai tugas fisik yang dilakukan oleh buruh merupakan
bagian penting dalam suatu proses produksi di suatu perkebunan. Tanpa adanya dukungan karyawan dasar maka secara otomatis proses produksi akan terhenti.
1.2 Perumusan Masalah