2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas kerja buruh bagian pengolahan di PTPN VIII Kebun Rancabali ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk dapat menjawab permasalahan yang dihadapi oleh PTPN VIII Kebun Rancabali di atas, maka perlu dianalisis faktor-faktor produktivitas kerja
karyawan, khususnya buruh bagian pengolahan sehingga tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis karakteristik umum karyawan khususnya buruh bagian pengolahan di PTPN VIII Kebun Rancabali.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja buruh bagian pengolahan di PTPN VIII Kebun Rancabali, dan seberapa besar
produktivitas kerjanya.
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan
sebagai berikut: 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi PTPN VIII Kebun Rancabali dalam
mengambil keputusan ataupun menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan upaya pengembangan sumberdaya manusianya di masa yang akan datang
terutama yang berkaitan dengan produktivitas kerja karyawan, sehingga dapat membantu dalam pencapaian tujuan bersama baik perusahaan maupun
karyawan.
2. Bagi penulis sendiri diharapkan dapat menambah wawasan mengenai aspek sumberdaya manusia dan berguna untuk melatih kemampuan penulis dalam
mengidentifikasi masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PTPN VIII yang berstatus Badan Usaha Milik Negara BUMN, khususnya PTPN VIII Kebun Rancabali yang
mengusahakan komoditi teh.Dari hasil survey di lapang, diketahui bahwa bagian yang berhubungan langsung dengan pengolahan teh adalah bagian pemeberan,
pelayuan, penyalinan, penggilingan, pengeringan, sortasi dan pengepakan. Penelitian ini menitikberatkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja buruh bagian pengolahan di PTPN VIII Kebun Rancabali.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Komoditi Teh Tanaman teh Camellia sinensis L. termasuk famili Theaceae. Tanaman
teh ini diperkirakan berasal dari daerah Asia Tenggara. Teh diperkenalkan pertama kali oleh pedagang Belanda sebagai komoditas perdagangan di Eropa
pada tahun 1610 M dan menjadi minuman populer di Inggris sejak 1664 M. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis mulai dari pantai
sampai pegunungan dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Teh ditanam pada ketinggian lebih dari 2.000 m dpl. Namun, perkebunan
teh umumnya dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim sejuk. Meskipun dapat tumbuh subur di dataran rendah, tanaman teh tidak akan
memberikan hasil dengan mutu yang baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh, semakin tinggi mutunya Tim Penulis PS, 1993.
Tanaman teh berbentuk pohon, tingginya bisa mencapai belasan meter, namun tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas sampai tinggi 90-120 cm
untuk memudahkan pemetikan. Tanaman teh pada umumnya harus mencapai umur empat tahun untuk dapat dipetik secara terus menerus, dan memberikan
hasil daun teh yang cukup besar selama kurang lebih 40 tahun, baru kemudian dilakukan peremajaan Tim Penulis PS, 1993.
Berdasarkan sistem pengolahan, teh dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Teh Hitam Teh hitam diolah melalui proses fermentasi. Teh ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Teh Orthodox, teh yang diolah melalui proses pelayuan sekitar 16 jam, penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi, hingga berbentuk teh jadi.
b. Teh CTC Cutting, Tearing, dan Curling, teh yang diolah melalui perajangan, penyobekan dan penggilingan daun basah menjadi bubuk
kemudian dilanjutkan dengan fermentasi, pengeringan, sortasi hingga berbentuk teh jadi.
2. Teh Hijau Teh hijau diolah tanpa melalui proses fermentasi. Teh ini dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu : a. Teh Hijau murni, teh diolah melalui pelayuan sekitar 3 menit,
selanjutnya dilakukan penggilingan, sortasi, dan berbentuk teh jadi. b. Teh oolong, teh diolah melalui semi pelayuan selama 6-9 jam, selanjutnya
diproses menjadi teh hijau. c. Teh gunga, teh oolong yang diberi aroma tertentu, seperti bunga melati.
Pengolahan teh hitam menurut urutan kegiatannya dibagi ke dalam empat tahap utama, yaitu: 1 Tahap pelayuan pucuk, 2 Tahap penggilingan, sortasi
basah dan fermentasi, 3 Tahap pengeringan, 4 Tahap sortasi kering, penyimpanan dan pengepakan. Pelayuan merupakan langkah pertama dalam
pengolahan teh hitam. Setelah daun dipetik, proses fisiologis dan biokimia pada jaringan masih terjadi tetapi prosesnya agak berbeda. Tolak ukur yang
menandakan akhir pelayuan didasarkan pada kandungan air daun yang dikenal
dengan istilah derajat layu. Setelah daun menjadi layu, dilakukan proses penggulungan.
Proses fermentasi teh adalah proses oksidasi enzimatis senyawa polifenol daun teh. Selama proses fermentasi ini pucuk akan mengalami perubahan warna
menjadi merah tembaga. Oksidasi enzimatis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, kelembaban, kadar substrat dan aktivitas enzim. Pengeringan
bertujuan untuk mengurangi kadar air sampai di bawah 5 dan menonaktifkan enzim-enzim. Pengeringan dilakukan dengan mengalirkan udara panas di atas
bubuk teh sehingga terjadi pemindahan kalor udara ke teh basah untuk menguapkan sebagian dari kandungan air. Tahap sortasi kering bertujuan untuk:
1 membersihkan teh kering dari potongan tangkai tua, serat dan benda asing, dan 2 memisahkan teh menurut ukuran partikel dan bentuknya menjadi jenis-jenis
bermutu. Di pasaran, ada beberapa jenis produk teh, diantaranya teh panili yaitu teh
hitam dengan ekstrak panili, teh herbal herbal tea yaitu teh dengan tambahan ramuan rempah tertentu, dan lemon tea. Beragamnya produk teh tergantung pada
tradisi suatu daerah atau negara. Di Jawa Tengah, teh dengan aroma bunga melati disajikan dengan gula, sedangkan di Jawa Barat disajikan tanpa gula. Di India, teh
disajikan dengan susu, sedangkan masyarakat eropa Timur menyukai seduhan teh yang kental.Teh bukan sekedar sebagai minuman semata, teh terbukti bermanfaat
bagi kesehatan dibanding dengan kopi ataupun soft drink. Manfaat teh sudah sejak lama diketahui, baik sebagai pengurang resiko hipertensi dan stroke.
2.2 Konsep Manajemen Sumberdaya Manusia