Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan hubungan atau korelasi yang besar antara Uji Homoskedastisitas Uji homoskedastisitas ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai Y Definisi Operasional Dalam penelitian ini peubah yang diduga berpengaru

R 2 = JKT JKG JKT JKR − = 1 dimana : JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKT = Jumlah Kuadrat Total JKG = Jumlah Kuadrat Galat

d. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan hubungan atau korelasi yang besar antara

satu variabel bebas dengan variabel bebas lainnya, sehingga variabel tersebut tidak dapat menjelaskan atau mempengaruhi variabel tak bebas. Pengujian adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan uji Marquardt dan dapat dilihat dari nilai VIF Variance Inflation Factor pada masing-masing variabel-variabel bebas. Besarnya VIF dapat dihitung dengan persamaan: VIF Xi = 1 1 2 i X R − dimana: Xi = variabel ke-i yang diuji. Jika nilai VIF 10 maka variabel tersebut memiliki masalah multikolinearitas Jika nilai VIF 10 maka variabel tersebut tidak mengalami multikolinearitas

e. Uji Homoskedastisitas Uji homoskedastisitas ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai Y

bervariasi dalam satuan yang sama baik untuk error term yang tinggi ataupun untuk error term yang rendah. Untuk menguji asumsi ini, dibuat plot antara standardized residual dengan Y. Jika tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut maka dikatakan bahwa data tersebut homogen.

4.6 Definisi Operasional Dalam penelitian ini peubah yang diduga berpengaruh terhadap tingkat

produktivitas kerja karyawan adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, jumlah pengeluaran, jumlah pendapatan keluarga diluar penghasilan sebagai buruh pengolahan, jumlah pendapatan pokok buruh pengolahan, status kerja, alokasi waktu kerja, sistem bekerja, tunjangan, bonus akhir tahun, cuti tahunan, kepuasan kompensasi yang diterima, hubungan atasan dan bawahan serta hubungan sesama karyawan. Adapun pengukuran peubah-peubah tersebut di atas akan dilakukan sebagai berikut : 1. Tingkat produktivitas kerja karyawan, yaitu perbandingan antara berat kering teh dalam kilogram yang dapat dihasilkan per hari kerja efektif yang dihitung selama bulan Juli 2005. 2. Jenis kelamin, merupakan ukuran nominal. Dalam analisis regresi, jenis kelamin dinyatakan dalam bentuk variabel dummy. Variabel dummy diberi nilai 1 untuk jenis kelamin laki-laki dan nilai 0 untuk jenis kelamin perempuan. 3. Usia, merupakan angka yang menunjukkan usia karyawan sejak dilahirkan sampai tahun dilakukannya penelitian, satuan yang digunakan adalah tahun. 4. Tingkat pendidikan formal, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah diperoleh karyawan, satuan yang digunakan adalah tahun. 5. Status kerja, merupakan jenjang atau pangkatan kerja. Dalam analisis regresi, status kerja dinyatakan dalam bentuk variabel dummy. Variabel dummy diberi nilai 1 untuk status kerja karyawan tetap dan nilai 0 untuk status kerja karyawan tidak tetap. 6. Sistem bekerja merupakan cara bekerja dalam sehari. Dalam analisis regresi, sistem bekerja dinyatakan dalam bentuk variabel dummy. Variabel dummy diberi nilai 1 untuk sistem kerja borongan dan nilai 0 untuk sistem kerja harian. 7. Pengalaman kerja, merupakan angka yang menunjukkan lamanya karyawan berkecimpung secara aktif dalam bekerja di bagian pengolahan, satuan yang digunakan adalah tahun. 8. Alokasi waktu kerja adalah lamanya karyawan bekerja di pabrik selama sehari, satuan yang digunakan adalah jam per hari. 9. Jumlah pendapatan pokok adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh buruh pengolahan diluar tunjangan yang didapat per bulan. Satuan yang digunakan adalah ratus ribu rupiah per tahun. 10. Jumlah pendapatan diluar adalah jumlah pendapatan keluarga yang diperoleh per bulan selain dari pendapatan sebagai buruh pengolahan, seperti usaha rumah tangga lainnya. Satuan yang digunakan adalah ratus ribu rupiah per tahun. 11. Tunjangan gaji berupa uang yang diberikan pihak perkebunan setiap bulannya kepada buruh tetap. Satuan yang digunakan adalah ratus ribu rupiah per tahun. 12. Bonus akhir tahun berupa bonus yang diberikan pihak perkebunan setiap akhir tahun kepada karyawan. Besarnya bonus yang diterima disesuaikan dengan jumlah keuntungan yang diterima pihak perkebunan setiap tahunnya. Satuan yang digunakan adalah ratus ribu rupiah per tahun. 13. Jumlah tanggungan keluarga, menunjukkan jumlah jiwa yang masih menjadi tanggung jawab dan dibiayai secara rutin oleh responden, baik yang merupakan keluarga inti maupun keluarga sanak lainnya. Satuan yang digunakan adalah orang. 14. Jumlah pengeluaran rata-rata per bulan, jumlah ini dihitung dengan menjumlahkan uang yang dikeluarkan untuk konsumsi, baik pangan maupun sandang ataupun berupa barang-barang dan jasa, yang dikeluarkan selam satu bulan. Satuan yang digunakan adalah ratus ribu rupiah per tahun. 15. Persepsi kepuasan kompensasi yang diterima, menyatakan bagaimana karyawan menilai tentang kompensasi yang diterimanya setiap bulan. 16. Persepsi hubungan atasan-bawahan, menyatakan tingkat kedekatan antara atasan dan bawahan. 17. Hubungan sesama karyawan menyatakan tanggapan atau persepsi tingkat kedekatan diantara sesama karyawan buruh pabrik. V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara VIII PT Perkebunan Nusantara VIII selanjutnya disingkat PTPN VIII didirikan berdasarkan akta notaris Harun Kamil, SH No. 41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan oleh menteri kehakiman RI dengan SK. No.C2- 8336.HT.01.01 Tahun 1996 tanggal 8 Agustus sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 13 Tahun 1996 tentang peleburan Perusahaan Perseroan Persero PTPN XI, Perusahaan Perseroan Persero PTPN XII dan Perusahaan Perseroan Persero PTPN XIII, menjadi PTPN VIII. Pada awalnya PTPN VIII merupakan perusahaan-perusahaan perkebunan swasta dan negara. Pada tahun 1870 pemerintah Hindia Belanda melalui Undang- Undang pemberian HGU memberikan izin kepada pihak swasta untuk membuka usaha di bidang perkebunan. Setelah Undang-Undang tersebut diberlakukan, mulailah berdiri perkebunan-perkebunan swasta berupa maskapai-maskapai perkebunan Cultuur Maatschaapijen yang berbentuk PT pada saat itu NV yaitu Nammloze Venootschap . Untuk kronologis lebih jelas mengenai riwayat singkat berdirinya PTPN VIII adalah sebagai berikut: Periode 1957-1960 Berdasarkan penetapan Penguasa Militer T.T III No. 3812SPM1957, tanggal 20 Desember 1957 perusahaan perkebunan di Jawa Barat dikelompokkan ke dalam 5 unit perusahaan perkebunan, dengan unit-unit sebagai berikut: 1. Unit Bandung I-21 kebun; eks 4 kebun eks N.V. Parakansalak dan 17 kebun eks Perkebunan Tunggal. 2. Unit Bandung II-21 kebun; eks N.V. Tiedeman Van Kerchem. 3. Unit Bandung III-17 kebun; eks N.V. Watering Loeber. 4. Unit Jakarta I-18 kebun. 5. Unit Jakarta II-22 kebun. Periode 1960-1963 Pada tahun 1960 diadakan penggabungan perusahaan dalam lingkup PPN lama dan PPN baru dengan satu lembaga Badan Pimpinan Umum Urusan Perkebunan Negara BPU-PPN di Jakarta dengan perwakilan BPU-PPN di daerah. Periode 1963-1968 Pada tahun 1963 diadakan reorganisasi dengan tujuan agar pengelolaan perkebunan lebih tepat guna, dengan pembentukan BPU per budidaya, di Jawa Barat terdiri dari: 1. PPN Aneka Tanaman VII Sebagian eks Jabar II dan Jabar III – Teh dan Kina 2. PPN Aneka Tanaman VIII Sebagian eks Jabar II dan Jabar III– Teh dan Kina 3. PPN Aneka Tanaman IX Sebagian eks Jabar II dan Jabar III – Teh dan Kina 4. PPN Aneka Tanaman X Sebagian eks Jabar II dan Jabar III – Teh dan Kina 5. PPN Aneka Tanaman XI Sebagian eks Jabar II dan Jabar III – Teh dan Kina 6. PPN Aneka Tanaman XII Sebagian eks Jabar II dan Jabar III – Teh dan Kina Periode 1968-1971 Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas Perusahaan Perkebunan Negara PPN, berdasarkan PP No. 13 Tahun 1968, 88 unit PPN yang ada disederhanakan menjadi 28 Perusahaan Negara Perkebunan PNP. Termasuk kebun-kebun yang ada di Jawa Barat diciutkan menjadi 68 kebun, yaitu menjadi: 1. PNP XI berkedudukan di Jakarta, yang meliputi perkebunan-perkebunan eks PPN karet X dan XI 24 kebun. 2. PNP XII berkedudukan di Bandung, yang meliputi beberapa perkebunan eks karet XI, XII dan sebagian eks Antan VII dan VIII 24 kebun. 3. PNP XIII berkedudukan di Bandung, yang meliputi beberapa perkebunan eks karet XII, eks Antan IX dan X 20 kebun. Periode 1971-1996 10 Maret 1996 Sejak tahun1971 PNP di Jawa Barat dan Sumatera Selatan berubah bentuk hukumnya menjadi PT Perkebunan Persero, yaitu PTP XI, XII dan XIII pada tahun 1971, PTP X pada tahun 1980 dan PTP XIV pada tahun 1981. Selanjutnya pada tanggal 2 Mei 1974 diadakan peletakan batu pertama pembangunan pabrik teh oleh H.O Adiwinata, H.A.D Sastrawinata dan H.R Yusuf Argadipraja sebagai Direksi PTP XII. Kurang lebih satu tahun pembangunan pabrik dilaksanakan, dan baru pada tahun 1975 berdirilah Perkebunan Rancabali sebagai penggabungan dari sebagian areal pemekaran kebun Sinumbra dan Rancasuni. Meskipun telah berdiri selama kurang lebih satu tahun, namun pabrik teh ini baru diresmikanpada tanggal 7 Juli 1976 oleh Presiden Soeharto yang sekaligus menandakan beroperasinya pabrik teh Rancabali. Periode Penggabungan Tahapan awal penggabungan kebun-kebun PTP XI, PTP XII dan PTP XIII dimulai sejak 1 April 1994 dan berlangsung sampai dengan tanggal 10 Maret 1996. Pada periode ini pengelolaan ketiga perusahaan ditangani satu manajemen Direksi, terdiri dari Direktur Utama, Direktur Produksi, Direktur Komersil, Direktur Umum dan Pengembangan, dibantu oleh 3 orang kuasa Direksi. Periode Peleburan Sejak tanggal 11 Maret 1996 PTP XI, PTP XII dan PTP XIII, dilebur menjadi PTPN VIII yang berkantor pusat di Jl. Sindang Sirna No. 4 Bandung, Jawa Barat. 5.2 Wilayah Kerja dan Kondisi Fisik Kebun Rancabali Perkebunan Rancabali merupakan salah satu kebun milik PTPN VIII yang terletak di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Daerah Tk. II Bandung Provinsi Jawa Barat. Perkebunan ini bergerak dalam usaha pengelolaan teh. Dengan menempati luas lahan sebesar 1688,86 Ha, Perkebunan Rancabali terbagi menjadi lima afdeling. Berikut ini disajikan luas areal dari masing-masing afdeling di kebun Rancabali. Tabel 6. Nama Afdeling dan Luas Areal Perkebunan Rancabali Tahun 2005 Nama Afdeling Luas Areal Ha Rancabali I, Desa Patengan Kecamatan Rancabali 348,35 Rancabali II, Desa Patengan Kecamatan Rancabali 262,03 Rancabali III, Desa Patengan Kecamatan Rancabali 345,26 Rancasuni, Desa Patengan Kecamatan Rancabali 365,14 Cibitu, Desa Sukaresmi Kecamatan Rancabali 368,08 Total 1688,86 Sumber: Laporan Bagian Tanaman PTPN VIII Kebun Rancabali, 2005 Perkebunan Rancabali termasuk kebun dataran tinggi yang terletak pada ketinggian antara 1100 – 1800 m dpl, dengan keadaan lereng bervariasi dari datar, landai sampai curam. Kemudian iklim Perkebunan Rancabali tergolong daerah basah dengan rata-rata hujan per tahun 4.039 mm. Memiliki temperatur terendah dan tertinggi sepanjang tahun antara 4 º C sampai dengan 27 º C dengan kelembaban antara 50 sampai dengan 90. 5.3 Struktur Organisasi PTPN VIII Kebun Rancabali Perkebunan Rancabali dipimpin oleh seorang Administratur. Dalam pelaksanaan tugasnya, Administratur dibantu oleh beberapa karyawan operasional yaitu: Sinder Kepala, Sinder Pabrik, Sinder Teknik, Sinder TUK dan Sinder Afdeling. Adapun tugas dan tanggung jawab serta wewenang dari masing-masing adalah sebagai berikut: 1. Administratur Administratur adalah karyawan operasional yang membantu direksi melaksanakan pengelolaan perusahaan di bidang produksi. Tugas pokok administratur adalah melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran tugas pekerjaan sebagai unit produksi dengan berpedoman pada Rencana Jangka Panjang RJP, menyusun rencana kerja dan rencana anggaran belanja, mengelola kebun berdasarkan rencana kerja, RAB, kebijaksanaan dan peraturan Direksi. Selain mempunyai tugas dan tanggung jawab, administratur juga mempunyai wewenang yaitu wewenang untuk mengatur pelaksanaan tugas pekerjaannya dalam rangka mengelola perkebunan secara efektif dan efisien, termasuk melakukan koordinasi dengan perkebunan-perkebunan lain dan bagian-bagian lain di kantor direksi, memformulasikan kebijakan mutu serta sasaran mutu perusahaan, menyusun struktur organisasi SMM ISO 9001- 2000 dan menetapkan tugas, wewenang, tanggung jawab dan kualifikasi masing-masing jabatan, menjamin sasaran mutu dan perencanaan mutu yang ditetapkan pabrik. Administratur bertanggung jawab langsung kepada Direksi PTPN VIII. 2. Sinder Kepala Sinder kepala mempunyai tugas pokok mengelola perkebunan yang ada dalam ruang lingkup tugasnya dengan berpedoman kepada policy direksi dan kebijakan yang telah digariskan oleh administratur serta Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan RKAP yang telah disahkan. Tugas-tugas lain merupakan penjabaran dari tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh sinder kepala adalah memimpin para kepala bagian dan mengawasi staf personil bagian kebun, mengusahakan dengan sebaik-baiknya bahwa policy direksi dan kebijaksanaan administratur dalam bidang kultur teknis dilaksanakan dalam batas waktu yang telah ditentukan, menyusun RKAP dalam bidang rencana produksi, rencana pemeliharaan kebun, dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Sinder kepala dalam melaksanakan berbagai tugasnya bertanggung jawab kepada administratur. 3. Sinder Afdeling Sinder afdeling adalah karyawan operasional yang membantu sinder kepala dalam melaksanakan tugasnya. Sinder afdeling bertugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan dan kelancaran pekerjaan di bidang pengelolaan tanaman di setiap afdeling dengan berpedoman kepada RKAP, Permintaan Modal Kerja PMK, RJP, petunjuk administratur dan kebijakan-kebijakan direksi. Sinder afdeling mempunyai wewenang untuk mengatur pelaksanaan tugas pekerjaannya secara efektif dan efisien, termasuk melakukan koordinasi dengan sinder afdeling yang lain serta dengan perkebunan lain dengan sepengetahuan administratur, mengikuti perkembangan produksi, pemeliharaan tanaman dan selalu mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Sinder afdeling bertanggung jawab atas kelancaran tugas pekerjaannya kepada administratur atau sinder kepala. 4. Sinder Pabrik Sinder pabrik adalah karyawan operasional yang membantu administratur dalam melaksanakan tugas di unit kerja pengolahan. Tugas pokok sinder pabrik adalah melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran tugas di bidang pengolahan sesuai dengan RKAP, PMK, petunjuk administratur dan kebijkan direksi, serta berkewajiban melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan pengolahan bahan mentah dari kebun sampai menjadi hasil akhir, menjamin mutu produk sesuai dengan keinginan pelanggan dan bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran mutu yang telah ditetapkan. Sinder pabrik mempunyai wewenang mengatur pelaksanaan tugas pekerjaannya secara efektif dengan melaksanakan tindakan perbaikan apabila terjadi ketidaksesuaian selama proses pengolahan, memelihara pelaksanaan dan kinerja Sistem Manajemen Mutu SMM ISO 9001-2000, meninjau prosedur sistem mutu dan instruksi kerja ISO 9001-2000. Sinder pabrik bertanggung jawab kepada administratur. 5. Sinder Teknik Sinder teknik berkewajiban menyelenggarakan dan menyelesaikan pekerjaan- pekerjaan, persoalan-persoalan yang berhubungan dengan bidang teknik kendaraan, mesin-mesin, teknik umum, dll serta menjamin kelancaran proses pengolahan. Sinder teknik mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan seluruh mesin dan peralatan, melaksanakan administrasi teknik dengan cara yang “up to date”, sesuai dengan kebijaksanaan administratur. Sinder teknik dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh asisten teknik dan pembantu lainnya. Sinder teknik bertanggung jawab kepada administratur. 6. Sinder Tata Usaha dan Keuangan TUK Sinder TUK adalah karyawan operasional yang membantu administratur dalam melaksanakan tugas pekerjaan di unit kerja administrasi. Sinder TUK berkewajiban menyelenggarakan dan menyelesaikan pekerjaan persoalan yang berhubungan dengan TU Personalia, Keuangan dan Pergudangan sesuai dengan kebijakan administratur, menyelenggarakan pelatihan karyawan sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta memantau persediaan dan kebutuhan barang bahan, dan membantu administratur membina pekerjaan petugas pemeriksa intern kebun. Dalam menjalankan tugasnya sinder TUK dibantu oleh petugas dan pembantu lainnya menurut kebutuhan. Sinder TUK bertanggung jawab kepada administratur. Jumlah tenaga kerja yang berada di lingkungan Perkebunan Rancabali terus mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perkebunan. Pada bulan Juli 2005 jumlah tenaga kerja di lingkungan perkebunan Rancabali sebesar 2.701 tenaga kerja, yang uraiannya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini: Tabel 7. Daftar Tenaga Kerja PTPN VIII Kebun Rancabali Pimpi nan Gol IIIA - IVD Karya-wan Gol IB -IID Karyaw an Gol IA Ho norer KLM Uraian L L P L P L P L P Administratur 1 Sinder Kepala 1 Sinder Asisten: - Kebun 5 - Pengolahan 3 - Teknik 2 - TUK 1 Pelaksana 200 6 70 7 56 3 8 10 55 2 66 Total 13 206 1270 18 1212 Sumber: Bagian Umum PTPN VIII Kebun Rancabali, 2005

5.4 Sistem Pengupahan Karyawan pelaksana buruh bagian pengolahan di PTPN VIII Kebun