a. Setiap 2 tahun harus menyelesaikan 80 jam pendidikan
b. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam hal yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara c. Sedikitnya 20 jam dari 80 jam tersebut harus diselesaikan dalam 1 tahun dari
periode 2 tahun. Secara kolektif Auditor harus memiliki kemampuan dan keahlian dengan ukuran
sebagai berikut: a. Pengetahuan tentang SPKN
b. Pengetahuan umum tentang entitas, program, dan kegiatan yang diperiksa c. Keterampilan berkomunikasi
d. Keterampilan yang memadai untuk pemeriksaan yang dilaksanakan Secara individual auditor harus memiliki keahlian khusus di bidang akuntansi dan
auditing, serta memahami PABU yang berkaitan dengan entitas.
2.1.3. Komitmen Organisasi
Menurut Mowday et al dalam Trisnaningsih 2007:21 komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran goal yang
ingin dicapai organisasi. Menurut Simanjuntak 2005:1 komitmen adalah kesanggupan untuk
bertanggungjawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepada seseorang, komitmen tidak ada hubungannya sama sekali dengan bakat, kepintaran atau talenta. Dengan
komitmen yang kuat akan memungkinkan seseorang bisa mengeluarkan sumber daya
Universitas Sumatera Utara
fisik, mental dan spiritual tambahan yang bisa diperoleh, sebaliknya tanpa komitmen maka pekerjaan-pekerjaan besar akan sulit terlaksana.
Menurut Conduit dan Mavondo dalam Trisnaningsih 2007:19 komitmen organisasi adalah karakteristik pekerja yang diharapkan dalam organisasi, yang secara
umum didefinisikan sebagai keterkaitan antara individu-individu dan organisasi yang dicirikan oleh keterlibatan para pekerja, upaya dan loyalitas organisasi. Loyalitas
individu terhadap organisasi mendorong percepatan pencapaian sasaran organisasi. Selanjutnya menurut Mathieu dan Zajak dalam Trisnaningsih 2007:19
mengatakan bahwa komitmen organisasi merupakan keterkaitan individu dengan organisasi, sehingga individu tersebut ”merasa memiliki” organisasinya. Bentuk
komitmen organisasi yang diduga memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja adalah komitmen affective. Komitmen affective disifati oleh: a kepercayaan yang
kuat terhadap tujuan dan nilai organisasi, b keinginan untuk melakukan tugas dengan baik dan bekerja untuk kepentingan organisasi.
Komitmen organisasi cenderung didefinisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku. Menurut Ferris dan Aranya dalam Trisnaningsih 2007:10
komitmen organisasi menyangkut tiga sikap yaitu, rasa mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan
kepada organisasi. Pandangan tentang komitmen organisasional yaitu, affective dan continuence. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa komitmen organisasi
affective berhubungan dengan satu pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen organisasi continuance berhubungan secara positif
Universitas Sumatera Utara
dengan pengalaman dan secara negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial.
Vendenberg dalam Trisnaningsih 2007:10 Komitmen adalah sebagai penerimaan karyawan atas nilai-nilai organisasi identification, keterlibatan secara
psikologis psychological immerson, dan loyalitas affection attachment. Komitmen merupakan sebuah sikap dan perilaku yang saling mendorong reinforce antara satu
dengan yang lain. Karyawan yang komit terhadap organisasi akan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif terhadap lembaganya, karyawan akan memiliki jiwa untuk
tetap membela organisasinya, berusaha meningkatkan prestasi, dan memiliki keyakinan yang pasti untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen
karyawan terhadap organisasinya adalah kesetiaan karyawan terhadap organisasinya, juga akan menumbuhkan loyalitas serta mendorong keterlibatan diri karyawan dalam
mengambil berbagai keputusan. Oleh karenanya komitmen akan menimbulkan rasa ikut memiliki sense of belonging bagi karyawan terhadap organisasi.
Dalam melaksanakan fungsinya auditor Inspektorat memiliki komitmen organisasi yaitu melaksanakan pengawasan keuangan negara. Pengawasan adalah
segala tindakan atau aktivitas untuk menjamin agar pelaksanaan suatu aktivitas tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Tujuan utama pengawasan bukan
untuk mencari kesalahan, melainkan mengarahkan pelaksanaan aktivitas agar rencana yang telah ditetapkan dapat terlaksana secara optimal. Sedangkan ditemukannya
kesalahan merupakan akibat terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Oleh karena yang dimaksud pengawasan keuangan negara tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
mencakup pelaksanannya saja, namun sudah harus dimulai sejak tahap penyusunan sampai dengan tahap pertanggungjawaban keuangan negara tersebut.
Pada hakekatnya, mekanisme pengawasan keuangan negara dapat dibedakan atas dua hal yaitu pengawasan intern dan pengawasan ekstern. Pengawasan melalui
lembaga-lembaga pengawasan intern dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP, Inspektorat Jenderal DepartemenUnit Pengawasan
Lembaga dan Badan Pengawasan Daerah Bawasda untuk Daerah Tingkat I II Propinsi dan KodyaKabupaten. BPKP berfungsi melakukan koordinasi atas seluruh
pengawasan intern Pemerintah. Pengawasan ekstern dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRDPRD, media masa beserta lembaga atau anggota masyarakat lainnya. Seperti diketahui bahwa untuk memeriksa tanggung
jawab tentang keuangan negara diadakan oleh BPK yang keberadaannya diatur dengan Undang-Undang, maka hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK
tersebut harus diberitahukan kepada DPR. Menteri Dalam Negeri 2007:3 Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah hasil kegiatan Inspektorat Bawasda antara lain : 1. Laporan hasil pemeriksaan Inspektorat Provinsi disampaikan kepada Gubernur
dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan BPK Perwakilan. 2. Laporan hasil pemeriksaan Inspektorat KabupatenKota disampaikan kepada
BupatiWalikota dengan tembusan kepada Gubernur dan BPK Perwakilan.
Universitas Sumatera Utara
Bagi kepala daerah, hasil pemeriksaan Inspektorat merupakan informasi atas pelaksanaan APBD yang menjadi tanggungjawab organisasi perangkat daerahnya
SKPD dan SKPKD. Selanjutnya, kepala daerah akan menindaklanjuti hasil pemeriksaan Inspektorat sebagai upaya untuk menyesuaikan, memperbaiki, dan
menyempurnakan pengelolaan APBD pada organisasi perangkat daerahnya. Dari tinjauan manajemen, Inspektorat menjalankan fungsi pengawasan kepala
daerah. Dengan demikian baik atau buruknya hasil pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat sesungguhnya mencerminkan kualitas kepala daerah menjalankan fungsi
pengawasan yang menjadi tanggung jawabnya.
2.1.4. Motivasi Kerja