Kondisi ini belum sesuai dengan SPKN yang mengharuskan auditor secara individu dan kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
melaksanakan kinerjanya sebagai auditor. BPK RI 2009:12 Standar Umum dalam SPKN mengatur tentang persyaratan pemeriksa dan organisasi pemeriksa yang antara
lain :
a. Persyaratan KemampuanKeahlian atau Kompetensi b. Independensi
c. Penggunaan Kemahiran Profesional Secara Cermat dan Seksama atau Due
Profesional Care d. Pengendalian Mutu atau Quality Assurance
Untuk mencapai keempat syarat tersebut dibutuhkan komitmen auditor baik secara individu maupun organisasi. Alasan yang mendasari diperlukannya komitmen
yang tinggi pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi terlepas dari yang dilakukan secara perorangan.
Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat, jika profesi mewujudkan standar kerja dan perilaku yang tinggi dan memenuhi semua
kebutuhan. Pemahaman komitmen profesional ini sangatlah penting agar tercipta kondisi kerja yang kondusif sehingga organisasi dapat berjalan secara efisien dan
efektif, dan bisa menumbuhkan motivasi sehingga kinerja auditor meningkat. Motivasi kerja merupakan proses atau faktor yang mendorong orang untuk
bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu. Moekijat dalam Chandra 2006:24 proses motivasi mencakup tiga hal, yaitu: pengenalan dan penilaian kebutuhan yang
Universitas Sumatera Utara
belum terpuaskan, penentuan tujuan yang akan menentukan kepuasan serta penentuan tindakan yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan. Motivasi penting karena
dengan motivasi diharapkan setiap individu bekerja keras dan antusias untuk mencapai hasil kerja yang tinggi. Motivasi kerja secara umum dapat diidentifikasikan
sebagai serangkaian kekuatan penggerak yang muncul dari dalam dan diluar diri masing-masing individu. Kedua kekuatan itu menimbulkan minat kerja dan
berhubungan dengan tingkah laku dan menentukan arah, intensitas dan durasi dari tingkah laku atau kebiasaan individual, Hasibuan 2001:34. Dengan adanya
motivasi, seorang akan merasa mempunyai dorongan khusus untuk menyelesaikan suatu pekerjaan menuju tercapainya efektivitas organisasi. Ketika seorang pegawai
memiliki motivasi untuk berprestasi, seseorang akan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan mencapai kinerja yang yang optimal, namun ketika orang
menganggap bahwa melaksanakan pekerjaan hanya sebagai suatu rutinitas maka mereka cenderung statis dalam bekerja atau dinilai dengan kinerja yang buruk.
Menurut BPK RI 2009:73 supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain seperti tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan agar
pemeriksaan dapat dicapai. Unsur supervisi meliputi pemberian instruksi kepada staf, pemberian informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan
review atas pekerjaan yang dilakukan, dan pemberian kerja lapangan on the job training yang efektif. Supervisi merupakan hal yang penting, sesuai dengan kutipan
AECC Accounting Education Change Commission dalam Martamin 2006:17, AECC telah menerbitkan Issue Statement No.4 yang berisi AECC Recommendations
Universitas Sumatera Utara
Early Work Experience yang mendorong pemberdayaan akuntan melalui tindakan supervisi yang tepat akan menumbuhkan intrinsik motivation. Adanya tindakan
supervisi dan tumbuhnya motivasi kerja sangat menentukan prestasi kerja kinerja. Larkin dan Schweikart dalam Chandra 2006:26 kinerja seringkali identik dengan
kemampuan ability seorang auditor bahkan berhubungan dengan komitmen terhadap profesi.
Kinerja audit yang diharapkan dari auditor Inspektorat adalah audit kinerja keuangan dan administrasi sehingga diperlukan keahlian dan pengetahuan tertentu
yang spesifik. Dalam melaksanakan audit, auditor juga dituntut mempunyai perilaku yang baik sehingga pelaksanaan audit dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat.
Disamping perilaku serta keahlian dan pengetahuan teknis, profesi auditor juga membutuhkan kemampuan audit yang baik baik audit reguler maupun audit khusus,
sehingga hasil audit mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan saran yang direkomendasikan pun bertujuan semata-mata untuk perbaikan. Hasil audit yang
relevan, kompeten, material dan cukup adalah cermin kerja audit yang baik. Seorang auditor dituntut untuk melaksanakan audit secara profesional dan independen.
Profesionalisme seorang auditor membawa konsekuensi tanggungjawab yaitu semangat dalam melaksanakan tugas untuk selalu menaati kode etik yang bisa jadi
menimbulkan kesulitan dalam mengambil keputusan atau kesimpulan audit. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban
profesionalnya; memberikan opini yang objektif, tidak bias dan tidak dibatasi; dan melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan manajemen
Universitas Sumatera Utara
atau ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Konstruksi pembentuk profesionalisme dan independensi tersebut dibangun oleh standar kompetensi
berkaitan dengan tugas-tugas yang akan dikerjakan, konteks tempat pekerjaan yang dilakukan, kriteria kinerja yang spesifik, dan sifat-sifat khusus yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan dengan baik. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka penelitian berfokus terhadap
pengaruh kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi, dan motivasi kerja dengan tindakan supervisi sebagai variabel moderating terhadap kinerja auditor pada
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah