0.121 0.114
0.111 0.110
0.118 0.127
0.098 0.092
0.096 0.090
0.090 0.069
0.063 0.056
0.214 0.210
0.202 0.200
0.187 0.190
0.154
0.000 0.050
0.100 0.150
0.200 0.250
1986 1990
1993 1997
2000 2003
2007 Tahun
In d
e k
s T
h e
il E
n tr
o p
y
A ntar Pro vinsi A ntar KabKo ta dalam P ro vinsi
Ketimpangan To tal
Gambar 5.20. Dinamika Perubahan Besarnya Derajat Disparitas Antar
Provinsi di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Menggunakan Indeks
Theil Entropy Ditinjau dari besarnya persentase dekomposisi indeks Theil entropy lihat
Tabel 5.16, dapat diketahui bahwa sumber disparitas yang berasal dari disparitas antar provinsi menyumbangkan persentase lebih besar dibandingkan disparitas
antar kabupatenkota
dalam provinsi.
Namun, apabila
dilihat pola
kecenderungannya dari tahun ke tahun, dapat diketahui bahwa persentase dekomposisi indeks Theil entropy yang berasal dari disparitas antar provinsi
nilainya menurun hingga tahun 2003, namun pada tahun 2007 angka tersebut kembali menunjukkan adanya peningkatan Gambar 5.21.
Tabel 5.16. Persentase Dekomposisi Indeks Theil Entropy Berdasarkan Disparitas
Antar Provinsi dan Disparitas Antar KabupatenKota dalam Provinsi
di Pulau Jawa Tahun 1986-2007
Dekomposisi Disparitas Indeks Theil Entropy
Disparitas Provinsi
1986 1990
1993 1997
2000 2003
2007 Antar Provinsi
1
63.80 66.90
63.11 55.14
55.21 54.46
56.74 Antar KabKota
Dalam Provinsi
1
36.20 33.10
36.89 44.86
44.79 45.54
43.26
DKI Jakarta
2
9.12 12.07
15.72 16.23
17.09 18.92
18.36 Jawa Barat
2
15.52 13.37
13.14 20.67
18.68 18.78
19.44 Jawa Tengah
2
12.41 12.53
14.03 12.58
11.01 10.85
10.25 DI Yogyakarta
2
0.77 0.64
0.63 0.59
0.60 0.63
0.54 Jawa Timur
2
62.18 61.39
56.48 49.92
46.27 43.62
43.29 Banten
2
6.35 7.20
8.12
Disparitas Total 100.00
100.00 100.00
100.00 100.00
100.00 100.00
Sumber: Hasil Analisis. Keterangan: 1 Persentase terhadap disparitas total.
2 Persentase terhadap disparitas antar kabupatenkota dalam provinsi. Banten masih termasuk dalam Provinsi Jawa Barat.
Sebelum OTDA
Setelah OTDA
Gambar 5.21. Grafik Persentase Dekomposisi Indeks Theil Entropy Berdasarkan
Disparitas Antar Provinsi dan Disparitas Antar
KabupatenKota dalam Provinsi di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 2. Disparitas Antara Kawasan MetropolitanMegapolitan di Pulau Jawa dan
Kawasan Non Metropolitan Rest of JavaROJ
Disparitas pembangunan antar wilayah yang terjadi di Pulau Jawa diduga juga diakibatkan oleh munculnya kawasan metropolitanmegapolitan yang
kemudian berkembang pesat menjadi pusat-pusat pertumbuhan di Pulau Jawa. Kawasan metropolitanmegapolitan tersebut antara lain: 1 Kawasan Jabodetabek
Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Tangerang, serta Kabupaten dan Kota Bekasi; 2 Kawasan Bandung Raya
Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi; 3 Kawasan Kedungsepur Kabupaten Kendal, Kabupaten SemarangUngaran, Kabupaten
Demak, Kabupaten Grobogan, Kota Semarang, dan Kota Salatiga; 4 Kawasan Kartamantul Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul; dan
5 Kawasan Gerbangkertosusila Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten dan Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan
Kabupaten Lamongan. Dalam penelitian ini, dilakukan pembandingan untuk melihat besarnya disparitas pembangunan antar wilayah, khususnya antara
kawasan metropolitanmegapolitan di Pulau Jawa dengan kawasan lain sisanya rest of JavaROJ.
Ditinjau dari jumlah penduduknya Tabel 5.17, dapat diketahui bahwa dari waktu ke waktu jumlah penduduk baik di kawasan metropolitan maupun di
kawasan non metropolitan di Pulau Jawa mengalami peningkatan. Pada tahun 1986, penduduk kawasan metropolitan di Pulau Jawa jumlahnya sekitar 32 juta
56.74 54.46
55.21 55.14
63.11 66.90
63.80
43.26 45.54
44.79 44.86
36.89 33.10
36.20
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00
1986 1990
1993 1997
2000 2003
2007
Tahun P
e rs
e n
ta s
e
A ntar P ro vinsi A ntar KabKo ta
dalam P ro vinsi
Sebelum OTDA
Setelah OTDA
jiwa, sedangkan sisanya yang menghuni kawasan non metropolitan jumlahnya mencapai 69 juta jiwa. Pada kondisi tahun 2007, jumlah penduduk kawasan
metropolitan di Pulau Jawa telah meningkat menjadi sekitar 46 juta jiwa, sedangkan penduduk kawasan non metropolitan sisanyaROJ berjumlah 84 juta
jiwa. Dari data tersebut, nampak bahwa besarnya jumlah penduduk di kawasan non metropolitan adalah dua kali lipat dari jumlah penduduk di kawasan
metropolitan. Secara grafis, dinamika pertumbuhan jumlah penduduk di kawasan metropolitan dan non metropolitan di Pulau Jawa ROJ dapat dilihat pada
Gambar 5.22.
Tabel 5.17. Jumlah Penduduk Kawasan Metropolitan dan Non Metropolitan di
Pulau Jawa Tahun 1986-2007 jiwa
Tahun Metropolitan
Non Metropolitan
Jumlah
1986 32,012,531
69,051,265 101,063,796
1990 34,292,716
72,007,376 106,300,092
1993 37,480,661
74,520,745 112,001,407
1997 40,259,723
77,060,835 117,320,558
2000 41,736,227
80,445,655 122,181,882
2003 44,389,456
82,672,939 127,062,395
2007 46,769,034
84,417,181 131,186,215
Sumber: Sensus Penduduk SP dan Supas Survei Penduduk Antar Sensus. Statistik Indonesia, BPS.
10,000,000 20,000,000
30,000,000 40,000,000
50,000,000 60,000,000
70,000,000 80,000,000
90,000,000
1986 1990
1993 1997
2000 2003
2007
Tahun J
u m
la h
P e
n d
u d
u k
ji w
a
Metropolitan Non Metropolitan
Gambar 5.22. Dinamika Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kawasan Metropolitan
dan Non Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Dari besarnya persentase rata-rata jumlah penduduk baik di kawasan
metropolitan maupun di kawasan non metropolitan di Pulau Jawa ROJ tahun 1986-2007 Tabel 5.18, dapat diketahui bahwa kawasan metropolitan dihuni
sekitar 33.78 penduduk Pulau Jawa, sedangkan penduduk Jawa sisanya 66.22 menghuni kawasan non metropolitan ROJ.
Tabel 5.18. Persentase Jumlah Penduduk Kawasan Metropolitan dan Non
Metropolitan terhadap Jumlah Penduduk Total di Pulau Jawa Tahun 1986-2007
Tahun Metropolitan
Non Metropolitan
1986 31.68
68.32 1990
32.26 67.74
1993 33.46
66.54 1997
34.32 65.68
2000 34.16
65.84 2003
34.94 65.06
2007 35.65
64.35
Rata-rata 33.78
66.22
Sumber: Sensus Penduduk SP dan Supas. Statistik Indonesia, BPS diolah.
Ditinjau dari besarnya laju pertumbuhan penduduk Gambar 5.23, dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun, besarnya laju pertumbuhan penduduk baik di
kawasan metropolitan maupun di kawasan non metropolitan di Pulau Jawa ROJ berfluktuatif, dimana proporsi penduduk metropolitan secara relatif terus
meningkat.
Gambar 5.23. Laju Pertumbuhan Penduduk Kawasan Metropolitan dan Non
Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Dari besarnya nilai PDRB di masing-masing kawasan juga menunjukkan
adanya disparitas pembangunan antar wilayah di Pulau Jawa. Dari Tabel 5.19 dapat dilihat bahwa kawasan metropolitan yang jumlah penduduknya hanya
separuh dari jumlah penduduk kawasan non metropolitan, justru menyumbangkan PDRB dua kali lipat lebih besar dari kawasan non metropolitan. Dari fakta ini,
dapat diamati besarnya pengaruh kawasan-kawasan metropolitan tersebut dalam sistem perekonomian di Pulau Jawa, terutama terkait dengan peranan strategisnya
sebagai pusat-pusat pertumbuhan.
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
1986-1990 1990-1993
1993-1997 1997-2000
2000-2003 2003-2007
Tahun L
a ju
P e
rt u
m b
u h
a n
P e
n d
u d
u k
M etropo litan Non M etro po litan
Total Jawa
Tabel 5.19. Besarnya Produk Domestik Regional Bruto PDRB Tanpa Migas
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kawasan Metropolitan dan
Non Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Juta Rupiah
Tahun Metropolitan
Non Metropolitan
Jumlah
1986 204,120,925
143,092,919 347,213,844
1990 280,520,848
182,804,394 463,325,242
1993 364,975,234
224,365,474 589,340,708
1997 531,890,663
286,331,090 818,221,753
2000 474,603,021
283,588,442 758,191,463
2003 549,496,647
315,568,456 865,065,103
2007 686,648,760
386,031,430 1,072,680,190
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto KabupatenKota di Indonesia 1986-2007. Keterangan: Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000.
Gambar 5.24 di bawah ini menampilkan secara grafis dinamika pertumbuhan PDRB baik di kawasan metropolitan maupun kawasan non
metropolitan di Pulau Jawa ROJ dari tahun 1986 hingga tahun 2007, dimana pertumbuhan PDRB kawasan metropolitan selalu lebih tinggi dibandingkan
kawasan non metropolitan ROJ.
100,000,000 200,000,000
300,000,000 400,000,000
500,000,000 600,000,000
700,000,000 800,000,000
1986 1990
1993 1997
2000 2003
2007 Tahun P
D R
B ju
ta r
u p
ia h
Metropolitan Non Metropolitan
Gambar 5.24. Dinamika Pertumbuhan PDRB Kawasan Metropolitan dan
Non Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Gambar 5.25 berikut ini menampilkan besarnya persentase kontribusi
PDRB masing-masing kawasan terhadap nilai PDRB total di Pulau Jawa tahun 1986-2007. Dari Gambar 5.25, dapat diamati bahwa besarnya persentase
kontribusi PDRB yang disumbangkan oleh kawasan metropolitan semakin meningkat dari tahun ke tahun, dimana persentase rata-ratanya mencapai 62.34,
sedangkan rata-rata persentase kontribusi PDRB yang disumbangkan kawasan non metropolitan terhadap PDRB total di Pulau Jawa hanya sekitar 37.66.
Sumber: PDRB KabupatenKota di Indonesia BPS, diolah.
Gambar 5.25. Persentase Besarnya Kontribusi PDRB Kawasan Metropolitan dan
Non Metropolitan terhadap Nilai PDRB Total di Pulau Jawa Tahun 1986-2007
Dari besarnya laju pertumbuhan ekonomi di masing-masing kawasan dari tahun 1986-2007 Tabel 5.20, dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi
di kawasan metropolitan lebih tinggi dibandingkan kawasan non metropolitan dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 6.46 dan 5.07.
Tabel 5.20. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Metropolitan dan Non
Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007
Tahun Metropolitan
Non Metropolitan
Total Jawa
1986-1990 9.36
6.94 8.36
1990-1993 10.04
7.58 9.07
1993-1997 11.43
6.90 9.71
1997-2000 -3.59
-0.32 -2.45
2000-2003 5.26
3.76 4.70
2003-2007 6.24
5.58 6.00
Rata-rata 6.46
5.07 5.90