66.90 55.14 54.46 Antar KabKota 33.10 44.86 45.54 Dinamika Perubahan Disparitas Regional Di Pulau Jawa Sebelum Dan Setelah Kebijakan Otonomi Daerah

0.121 0.114 0.111 0.110 0.118 0.127 0.098 0.092 0.096 0.090 0.090 0.069 0.063 0.056 0.214 0.210 0.202 0.200 0.187 0.190 0.154 0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 1986 1990 1993 1997 2000 2003 2007 Tahun In d e k s T h e il E n tr o p y A ntar Pro vinsi A ntar KabKo ta dalam P ro vinsi Ketimpangan To tal Gambar 5.20. Dinamika Perubahan Besarnya Derajat Disparitas Antar Provinsi di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Menggunakan Indeks Theil Entropy Ditinjau dari besarnya persentase dekomposisi indeks Theil entropy lihat Tabel 5.16, dapat diketahui bahwa sumber disparitas yang berasal dari disparitas antar provinsi menyumbangkan persentase lebih besar dibandingkan disparitas antar kabupatenkota dalam provinsi. Namun, apabila dilihat pola kecenderungannya dari tahun ke tahun, dapat diketahui bahwa persentase dekomposisi indeks Theil entropy yang berasal dari disparitas antar provinsi nilainya menurun hingga tahun 2003, namun pada tahun 2007 angka tersebut kembali menunjukkan adanya peningkatan Gambar 5.21. Tabel 5.16. Persentase Dekomposisi Indeks Theil Entropy Berdasarkan Disparitas Antar Provinsi dan Disparitas Antar KabupatenKota dalam Provinsi di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Dekomposisi Disparitas Indeks Theil Entropy Disparitas Provinsi 1986 1990 1993 1997 2000 2003 2007 Antar Provinsi 1

63.80 66.90

63.11 55.14

55.21 54.46

56.74 Antar KabKota

Dalam Provinsi 1

36.20 33.10

36.89 44.86

44.79 45.54

43.26 DKI Jakarta 2 9.12 12.07 15.72 16.23 17.09 18.92 18.36 Jawa Barat 2 15.52 13.37 13.14 20.67 18.68 18.78 19.44 Jawa Tengah 2 12.41 12.53 14.03 12.58 11.01 10.85 10.25 DI Yogyakarta 2 0.77 0.64 0.63 0.59 0.60 0.63 0.54 Jawa Timur 2 62.18 61.39 56.48 49.92 46.27 43.62 43.29 Banten 2 6.35 7.20 8.12 Disparitas Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber: Hasil Analisis. Keterangan: 1 Persentase terhadap disparitas total. 2 Persentase terhadap disparitas antar kabupatenkota dalam provinsi. Banten masih termasuk dalam Provinsi Jawa Barat. Sebelum OTDA Setelah OTDA Gambar 5.21. Grafik Persentase Dekomposisi Indeks Theil Entropy Berdasarkan Disparitas Antar Provinsi dan Disparitas Antar KabupatenKota dalam Provinsi di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 2. Disparitas Antara Kawasan MetropolitanMegapolitan di Pulau Jawa dan Kawasan Non Metropolitan Rest of JavaROJ Disparitas pembangunan antar wilayah yang terjadi di Pulau Jawa diduga juga diakibatkan oleh munculnya kawasan metropolitanmegapolitan yang kemudian berkembang pesat menjadi pusat-pusat pertumbuhan di Pulau Jawa. Kawasan metropolitanmegapolitan tersebut antara lain: 1 Kawasan Jabodetabek Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Tangerang, serta Kabupaten dan Kota Bekasi; 2 Kawasan Bandung Raya Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi; 3 Kawasan Kedungsepur Kabupaten Kendal, Kabupaten SemarangUngaran, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kota Semarang, dan Kota Salatiga; 4 Kawasan Kartamantul Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul; dan 5 Kawasan Gerbangkertosusila Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten dan Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Lamongan. Dalam penelitian ini, dilakukan pembandingan untuk melihat besarnya disparitas pembangunan antar wilayah, khususnya antara kawasan metropolitanmegapolitan di Pulau Jawa dengan kawasan lain sisanya rest of JavaROJ. Ditinjau dari jumlah penduduknya Tabel 5.17, dapat diketahui bahwa dari waktu ke waktu jumlah penduduk baik di kawasan metropolitan maupun di kawasan non metropolitan di Pulau Jawa mengalami peningkatan. Pada tahun 1986, penduduk kawasan metropolitan di Pulau Jawa jumlahnya sekitar 32 juta 56.74 54.46 55.21 55.14 63.11 66.90 63.80 43.26 45.54 44.79 44.86 36.89 33.10 36.20 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 1986 1990 1993 1997 2000 2003 2007 Tahun P e rs e n ta s e A ntar P ro vinsi A ntar KabKo ta dalam P ro vinsi Sebelum OTDA Setelah OTDA jiwa, sedangkan sisanya yang menghuni kawasan non metropolitan jumlahnya mencapai 69 juta jiwa. Pada kondisi tahun 2007, jumlah penduduk kawasan metropolitan di Pulau Jawa telah meningkat menjadi sekitar 46 juta jiwa, sedangkan penduduk kawasan non metropolitan sisanyaROJ berjumlah 84 juta jiwa. Dari data tersebut, nampak bahwa besarnya jumlah penduduk di kawasan non metropolitan adalah dua kali lipat dari jumlah penduduk di kawasan metropolitan. Secara grafis, dinamika pertumbuhan jumlah penduduk di kawasan metropolitan dan non metropolitan di Pulau Jawa ROJ dapat dilihat pada Gambar 5.22. Tabel 5.17. Jumlah Penduduk Kawasan Metropolitan dan Non Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 jiwa Tahun Metropolitan Non Metropolitan Jumlah 1986 32,012,531 69,051,265 101,063,796 1990 34,292,716 72,007,376 106,300,092 1993 37,480,661 74,520,745 112,001,407 1997 40,259,723 77,060,835 117,320,558 2000 41,736,227 80,445,655 122,181,882 2003 44,389,456 82,672,939 127,062,395 2007 46,769,034 84,417,181 131,186,215 Sumber: Sensus Penduduk SP dan Supas Survei Penduduk Antar Sensus. Statistik Indonesia, BPS. 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 80,000,000 90,000,000 1986 1990 1993 1997 2000 2003 2007 Tahun J u m la h P e n d u d u k ji w a Metropolitan Non Metropolitan Gambar 5.22. Dinamika Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kawasan Metropolitan dan Non Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Dari besarnya persentase rata-rata jumlah penduduk baik di kawasan metropolitan maupun di kawasan non metropolitan di Pulau Jawa ROJ tahun 1986-2007 Tabel 5.18, dapat diketahui bahwa kawasan metropolitan dihuni sekitar 33.78 penduduk Pulau Jawa, sedangkan penduduk Jawa sisanya 66.22 menghuni kawasan non metropolitan ROJ. Tabel 5.18. Persentase Jumlah Penduduk Kawasan Metropolitan dan Non Metropolitan terhadap Jumlah Penduduk Total di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Tahun Metropolitan Non Metropolitan 1986 31.68 68.32 1990 32.26 67.74 1993 33.46 66.54 1997 34.32 65.68 2000 34.16 65.84 2003 34.94 65.06 2007 35.65 64.35 Rata-rata 33.78 66.22 Sumber: Sensus Penduduk SP dan Supas. Statistik Indonesia, BPS diolah. Ditinjau dari besarnya laju pertumbuhan penduduk Gambar 5.23, dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun, besarnya laju pertumbuhan penduduk baik di kawasan metropolitan maupun di kawasan non metropolitan di Pulau Jawa ROJ berfluktuatif, dimana proporsi penduduk metropolitan secara relatif terus meningkat. Gambar 5.23. Laju Pertumbuhan Penduduk Kawasan Metropolitan dan Non Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Dari besarnya nilai PDRB di masing-masing kawasan juga menunjukkan adanya disparitas pembangunan antar wilayah di Pulau Jawa. Dari Tabel 5.19 dapat dilihat bahwa kawasan metropolitan yang jumlah penduduknya hanya separuh dari jumlah penduduk kawasan non metropolitan, justru menyumbangkan PDRB dua kali lipat lebih besar dari kawasan non metropolitan. Dari fakta ini, dapat diamati besarnya pengaruh kawasan-kawasan metropolitan tersebut dalam sistem perekonomian di Pulau Jawa, terutama terkait dengan peranan strategisnya sebagai pusat-pusat pertumbuhan. 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 1986-1990 1990-1993 1993-1997 1997-2000 2000-2003 2003-2007 Tahun L a ju P e rt u m b u h a n P e n d u d u k M etropo litan Non M etro po litan Total Jawa Tabel 5.19. Besarnya Produk Domestik Regional Bruto PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kawasan Metropolitan dan Non Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Juta Rupiah Tahun Metropolitan Non Metropolitan Jumlah 1986 204,120,925 143,092,919 347,213,844 1990 280,520,848 182,804,394 463,325,242 1993 364,975,234 224,365,474 589,340,708 1997 531,890,663 286,331,090 818,221,753 2000 474,603,021 283,588,442 758,191,463 2003 549,496,647 315,568,456 865,065,103 2007 686,648,760 386,031,430 1,072,680,190 Sumber: Produk Domestik Regional Bruto KabupatenKota di Indonesia 1986-2007. Keterangan: Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000. Gambar 5.24 di bawah ini menampilkan secara grafis dinamika pertumbuhan PDRB baik di kawasan metropolitan maupun kawasan non metropolitan di Pulau Jawa ROJ dari tahun 1986 hingga tahun 2007, dimana pertumbuhan PDRB kawasan metropolitan selalu lebih tinggi dibandingkan kawasan non metropolitan ROJ. 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 700,000,000 800,000,000 1986 1990 1993 1997 2000 2003 2007 Tahun P D R B ju ta r u p ia h Metropolitan Non Metropolitan Gambar 5.24. Dinamika Pertumbuhan PDRB Kawasan Metropolitan dan Non Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Gambar 5.25 berikut ini menampilkan besarnya persentase kontribusi PDRB masing-masing kawasan terhadap nilai PDRB total di Pulau Jawa tahun 1986-2007. Dari Gambar 5.25, dapat diamati bahwa besarnya persentase kontribusi PDRB yang disumbangkan oleh kawasan metropolitan semakin meningkat dari tahun ke tahun, dimana persentase rata-ratanya mencapai 62.34, sedangkan rata-rata persentase kontribusi PDRB yang disumbangkan kawasan non metropolitan terhadap PDRB total di Pulau Jawa hanya sekitar 37.66. Sumber: PDRB KabupatenKota di Indonesia BPS, diolah. Gambar 5.25. Persentase Besarnya Kontribusi PDRB Kawasan Metropolitan dan Non Metropolitan terhadap Nilai PDRB Total di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Dari besarnya laju pertumbuhan ekonomi di masing-masing kawasan dari tahun 1986-2007 Tabel 5.20, dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi di kawasan metropolitan lebih tinggi dibandingkan kawasan non metropolitan dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 6.46 dan 5.07. Tabel 5.20. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Metropolitan dan Non Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Tahun Metropolitan Non Metropolitan Total Jawa 1986-1990 9.36 6.94 8.36 1990-1993 10.04 7.58 9.07 1993-1997 11.43 6.90 9.71 1997-2000 -3.59 -0.32 -2.45 2000-2003 5.26 3.76 4.70 2003-2007 6.24 5.58 6.00 Rata-rata 6.46

5.07 5.90