dapat diketahui bahwa sumber disparitas yang berasal dari disparitas antar kawasan between regions memiliki persentase yang lebih rendah dibandingkan
disparitas dalam kawasan within regions. Hal ini berarti bahwa derajat disparitas antar kabupatenkota dalam masing-masing kawasan mempunyai nilai yang lebih
besar dominan dibandingkan dengan disparitas antar kedua kawasan tersebut, dimana disparitas antar kabupatenkota dalam kawasan metropolitan berkontribusi
lebih besar dalam menyumbangkan disparitas within regions dibandingkan disparitas antar kabupatenkota dalam kawasan non metropolitan Gambar 5.30.
Tabel 5.23. Persentase Dekomposisi Indeks Theil Entropy pada Kawasan
Metropolitan dan Non Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986- 2007 dalam
Dekomposisi Disparitas Indeks Theil Entropy
Disparitas Kawasan
1986 1990
1993 1997
2000 2003
2007 Antar Kawasan
1
43.78 38.40
39.22 42.31
35.74 34.89
33.66 Antar KabKota
Dalam Kawasan
1
56.22 61.60
60.78 57.69
64.26 65.11
66.34
Metropolitan
2
70.91 76.20
74.54 71.92
70.74 72.93
75.47 Non Metropolitan
2
29.09 23.80
25.46 28.08
29.26 27.07
24.53
Disparitas Total 100.00
100.00 100.00
100.00 100.00
100.00 100.00
Sumber: Hasil Analisis. Keterangan: 1 Persentase terhadap disparitas total.
2 Persentase terhadap disparitas antar kabupatenkota dalam kawasan.
33.66 34.89
35.74 42.31
39.22 38.40
43.78 66.34
65.11 64.26
57.69 60.78
61.60 56.22
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
1986 1990
1993 1997
2000 2003
2007
Tahun P
e rs
e n
ta s
e
A ntar Kawasan metropo litan vs ROJ
A ntar KabKo ta dalam Kawasan
Gambar 5.30. Grafik Persentase Dekomposisi Indeks Theil Entropy pada
Kawasan Metropolitan dan Non Metropolitan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007
Sebelum OTDA
Setelah OTDA
3. Disparitas Antara Kawasan Jabodetabek dan Non Jabodetabek
Kawasan metropolitan terbesar di Pulau Jawa, bahkan di Indonesia saat ini adalah Kawasan Jabodetabek. Menurut UU 262007 tentang Penataan Ruang,
kawasan metropolitan merupakan kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan
jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya satu juta jiwa. Kawasan Jabodetabek tumbuh dan berkembang dengan Jakarta sebagai
kawasan perkotaan inti, sedangkan kawasan di sekitarnya Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi berfungsi sebagai hinterland-nya. Besarnya pengaruh
Kawasan Jabodetabek bagi perkembangan Pulau Jawa, bahkan mengingat peranannya yang begitu strategis dalam konstelasi pembangunan nasional,
memperkuat dugaan bahwa salah satu penyebab terjadinya disparitas antar wilayah di Pulau Jawa adalah semakin terpolarisasinya pembangunan di kawasan
tersebut. Alasan itulah yang menyebabkan mengapa disparitas antara Kawasan Jabodetabek dan Non Jabodetabek juga dikaji dalam penelitian ini.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kawasan Jabodetabek merupakan kawasan metropolitan yang terdiri dari gabungan beberapa kawasan
perkotaan dengan inti dan plasma yang memiliki keterkaitan fungsional. Bahkan, karena populasi penduduk di kawasan ini yang jumlahnya lebih dari
sepuluh juta jiwa, maka Jabodetabek bukan lagi disebut kawasan metropolitan, melainkan kawasan megapolitan. Tabel 5.24 dan Gambar 5.31 berikut ini
menyajikan secara rinci data dan dinamika pertumbuhan jumlah penduduk di Kawasan Jabodetabek dan Non Jabodetabek di Pulau Jawa tahun 1986-2007.
Tabel 5.24. Jumlah Penduduk Kawasan Jabodetabek dan Non Jabodetabek di
Pulau Jawa Tahun 1986-2007 jiwa
Tahun Jabodetabek
Non Jabodetabek Jumlah
1986 15,392,096
85,671,700 101,063,796
1990 16,563,089
89,737,003 106,300,092
1993 18,696,185
92,745,051 111,441,237
1997 20,997,337
96,323,221 117,320,558
2000 21,316,943
100,864,939 122,181,882
2003 22,616,078
104,446,317 127,062,395
2007 24,398,393
106,787,822 131,186,215
Sumber: Sensus Penduduk SP dan Supas Survei Penduduk Antar Sensus. Statistik Indonesia, BPS.
20,000,000 40,000,000
60,000,000 80,000,000
100,000,000 120,000,000
1986 1990
1993 1997
2000 2003
2007 Tahun J
u m
la h
P e
n d
u d
u k
ji w
a
Jabodetabek Non Jabodetabek
Gambar 5.31. Dinamika Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kawasan Jabodetabek
dan Non Jabodetabek di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Besarnya persentase rata-rata jumlah penduduk pada masing-masing
kawasan tahun 1986-2007 Tabel 5.25, menunjukkan bahwa rata-rata jumlah penduduk yang menghuni Kawasan Jabodetabek adalah sekitar 17.05 dari total
penduduk Pulau Jawa, sedangkan sisanya 82.95 tinggal di luar Jabodetabek. Sementara itu, ditinjau dari besarnya laju pertumbuhan penduduk Tabel 5.26,
dapat diamati bahwa dari tahun ke tahun besarnya laju pertumbuhan penduduk, baik di Kawasan Jabodetabek maupun di Kawasan Non Jabodetabek berfluktuatif.
Namun, yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa besarnya laju pertumbuhan penduduk di Kawasan Jabodetabek selalu lebih tinggi dibandingkan di Kawasan
Non Jabodetabek, dengan nilai laju pertumbuhan rata-rata masing-masing adalah
sebesar 2.30 dan 1.10. Tabel 5.25.
Persentase Jumlah Penduduk Kawasan Jabodetabek dan Non Jabodetabek terhadap Jumlah Penduduk Total di Pulau Jawa
Tahun 1986-2007
Tahun Jabodetabek
Non Jabodetabek
1986 15.23
84.77 1990
15.58 84.42
1993 16.78
83.22 1997
17.90 82.10
2000 17.45
82.55 2003
17.80 82.20
2007 18.60
81.40
Rata-rata 17.05
82.95
Sumber: Sensus Penduduk SP dan Supas. Statistik Indonesia, BPS diolah.
Tabel 5.26. Laju Pertumbuhan Penduduk Kawasan Jabodetabek dan Non
Jabodetabek di Pulau Jawa Tahun 1986-2007
Tahun Jabodetabek
Non Jabodetabek Total Jawa
1986-1990 1.90
1.19 1.30
1990-1993 4.29
1.12 1.61
1993-1997 3.08
0.96 1.32
1997-2000 0.51
1.57 1.38
2000-2003 2.03
1.18 1.33
2003-2007 1.97
0.56 0.81
Rata-rata 2.30
1.10 1.29
Sumber: Sensus Penduduk SP dan Supas Survei Penduduk Antar Sensus. Statistik Indonesia, BPS diolah.
Besarnya nilai PDRB di masing-masing kawasan Tabel 5.27 dan dinamika pertumbuhannya dari tahun 1986-2007 Gambar 5.32 menunjukkan
adanya disparitas pada kedua kawasan tersebut, dimana Kawasan Jabodetabek dengan jumlah penduduk sekitar 17 dari total penduduk Jawa, berkontribusi
lebih dari dua pertiga bagian PDRB yang disumbangkan oleh Kawasan Non Jabodetabek yang notabene dihuni oleh jumlah penduduk yang jauh lebih banyak.
Tabel 5.27. Besarnya Produk Domestik Regional Bruto PDRB Tanpa Migas
Atas Dasar Harga Konstan Kawasan Jabodetabek dan Non
Jabodetabek di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 Juta Rupiah
Tahun Jabodetabek
Non Jabodetabek Jumlah
1986 134,845,404
212,368,440 347,213,844
1990 185,800,580
277,524,662 463,325,242
1993 242,104,290
347,236,418 589,340,708
1997 356,785,990
461,435,763 818,221,753
2000 319,198,056
438,993,407 758,191,463
2003 370,645,459
494,419,644 865,065,103
2007 469,870,330
602,809,860 1,072,680,190
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto KabupatenKota di Indonesia 1986-2007. Keterangan: Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan telah distandarisasi.
Gambar 5.32.
Dinamika Pertumbuhan PDRB Kawasan Jabodetabek dan Non Jabodetabek di Pulau Jawa Tahun 1986-2007
100,000,000 200,000,000
300,000,000 400,000,000
500,000,000 600,000,000
700,000,000
1986 1990
1993 1997
2000 2003
2007 Tahun P
D R
B ju
ta r
u p
ia h
Jabodetabek Non Jabodetabek
Dari Tabel 5.28 dapat dilihat bahwa besarnya persentase kontribusi PDRB yang disumbangkan oleh Kawasan Jabodetabek semakin meningkat dari tahun ke
tahun, dimana persentase rata-ratanya mencapai 41.77. Sebaliknya, besarnya persentase kontribusi PDRB Kawasan Non Jabodetabek semakin lama cenderung
makin menurun dengan persentase rata-rata sebesar 58.23.
Tabel 5.28. Persentase PDRB Kawasan Jabodetabek dan Non Jabodetabek
terhadap PDRB Total di Pulau Jawa Tahun 1986-2007
Tahun Jabodetabek
Non Jabodetabek
1986 38.84
61.16 1990
40.10 59.90
1993 41.08
58.92 1997
43.61 56.39
2000 42.10
57.90 2003
42.85 57.15
2007 43.80
56.20
Rata-rata 41.77
58.23
Sumber: PDRB KabupatenKota di Indonesia. Tahun 1986-2007 BPS, diolah.
Dari besarnya laju pertumbuhan ekonomi di masing-masing kawasan dari tahun 1986-2007 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.29 di bawah ini, dapat
diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Kawasan Jabodetabek lebih tinggi dibandingkan Kawasan Non Jabodetabek dengan nilai rata-rata masing-masing
sebesar 6.66 dan 5.39. Hal ini semakin memperkuat dugaan akan besarnya dominansi Kawasan Jabodetabek terhadap pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa.
Adapun dinamika perubahan laju pertumbuhan ekonomi di Kawasan Jabodetabek dan Non Jabodetabek tahun 1986-2007 disajikan secara grafis pada Gambar 5.33.
Tabel 5.29. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jabodetabek dan Non
Jabodetabek di Pulau Jawa Tahun 1986-2007
Tahun Jabodetabek
Non Jabodetabek
Total Jawa
1986-1990 9.45
7.67 8.36
1990-1993 10.10
8.37 9.07
1993-1997 11.84
8.22 9.71
1997-2000 -3.51
-1.62 -2.45
2000-2003 5.37
4.21 4.70
2003-2007 6.69
5.48 6.00
Rata-rata 6.66
5.39 5.90