Gambar 5.49. Grafik Persentase Dekomposisi Indeks Theil Entropy pada
Kawasan Kabupaten vs Kota Perkotaan di Pulau Jawa Tahun 1986-2007
5. Disparitas Antara Kawasan Pesisir dan Non Pesisir
Secara formal definisi kawasan pesisir tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan  dan  Perikanan  Nomor:  KEP.34MEN2002  tentang  Pedoman  Umum
Penataan  Ruang  Pesisir  dan  Pulau-pulau  Kecil.  Dalam  keputusan  tersebut, kawasan pesisir didefinisikan sebagai daerah pertemuan antara  darat dan laut: ke
arah darat kawasan pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air  yang  masih  dipengaruhi  sifat-sifat  laut  seperti  pasang  surut,  angin  laut,  dan
perembesan  air  asin;  sedangkan  ke  arah  laut  mencakup  bagian  laut  yang  masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran
air  tawar,  maupun  yang  disebabkan  karena  kegiatan  manusia  di  darat  seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Definisi tersebut juga menunjukkan bahwa
tidak  terdapat  garis  batas  nyata  kawasan  pesisir.  Batas  kawasan  hanyalah  garis khayal  yang  letaknya  ditentukan  oleh  kondisi  dan  situasi  setempat,  pada  tempat
yang  landai  garis  batas  ini  dapat  berada  jauh  dari  garis  pantai,  dan  sebaliknya untuk  wilayah  pantai  yang  terjal.  Mengacu  pada  definisi  sebagaimana  yang
diuraikan  di  atas,  maka  di  dalam  penelitian  ini  pengkategorian  kawasan  pesisir adalah  kabupatenkota  yang  wilayahnya  atau  sebagian  wilayahnya  berbatasan
langsung  dengan  laut  dan  mempunyai  garis  pantai.  Sedangkan  kabupatenkota yang tidak memenuhi kriteria tersebut dikategorikan dalam kawasan non pesisir.
Perlunya  mengkaji  dan  membandingkan  bentuk-bentuk  disparitas  antara kawasan pesisir dan non pesisir di Pulau Jawa dalam penelitian ini adalah adanya
dugaan  bahwa  karakteristik  wilayah  merupakan  salah  satu  faktor  yang
49.93 51.52
53.93 57.51
61.21 64.50
64.87 50.07
48.48 46.07
42.49 38.79
35.50 35.13
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
1986 1990
1993 1997
2000 2003
2007
Tahun P
e rs
e n
ta s
e
Antar Kaw asan Kab vs Kota
Antar KabKota dalam Kaw asan
Sebelum OTDA
Setelah OTDA
mempengaruhi  terjadinya  disparitas  antar  wilayah,  sebagaimana  yang diungkapkan oleh Murty 2000  yang membenarkan bahwa karakteristik wilayah
yang  tampak  dari  perbedaan  distribusi  sumberdaya  alam,  sumberdaya  pertanian, topografi,  iklim,  curah  hujan,  sumberdaya  mineral  dan  variasi  spasial  lainnya
menjadi faktor-faktor utama penyebab disparitas pembangunan. Dilihat  dari  jumlah  penduduknya  Tabel  5.40  dan  Gambar  5.50,  dapat
diamati  bahwa  jumlah  penduduk  pada  kedua  kawasan  terus  mengalami peningkatan  dari  tahun  1986  hingga  tahun  2007,  dimana  jumlah  penduduk  di
kawasan pesisir lebih banyak dibandingkan dengan di kawasan non pesisir.
Tabel 5.40. Jumlah Penduduk Kawasan Pesisir dan Non Pesisir di Pulau Jawa
Tahun 1986-2007 jiwa
Tahun Pesisir
Non Pesisir Jumlah
1986 56,471,247
44,592,549 101,063,796
1990 60,165,328
46,134,764 106,300,092
1993 62,710,373
49,291,034 112,001,407
1997 64,418,626
52,901,932 117,320,558
2000 67,301,637
54,576,921 121,878,558
2003 70,077,372
56,985,023 127,062,395
2007 71,232,244
59,953,971 131,186,215
Sumber: Sensus Penduduk SP dan Supas Survei Penduduk Antar Sensus. Statistik Indonesia, BPS.
Gambar 5.50.
Dinamika  Pertumbuhan  Jumlah  Penduduk  Kawasan  Pesisir  dan Non Pesisir di Pulau Jawa Tahun 1986-2007
Besarnya persentase rata-rata jumlah penduduk di masing-masing kawasan dari  tahun  1986-2007  Tabel  5.41,  menunjukkan  bahwa  proporsi  jumlah
penduduk  di  kawasan  pesisir  dan  non  pesisir  di  Pulau  Jawa  tidak  jauh  berbeda, dengan  nilai  rata-rata  masing-masing  adalah  sebesar  55.44  dan  44.56 dalam
hal  ini  jumlah  penduduk  di  kawasan  pesisir  sedikit  lebih  tinggi  dibandingkan dengan kawasan non pesisir.
- 10,000,000
20,000,000 30,000,000
40,000,000 50,000,000
60,000,000 70,000,000
80,000,000
1986 1990
1993 1997
2000 2003
2007 Tahun J
u m
la h
P e
n d
u d
u k
ji w
a
Pesisir Non Pesisir
Tabel 5.41. Persentase Jumlah Penduduk Kawasan Pesisir dan Non Pesisir
terhadap Jumlah Penduduk Total Pulau Jawa Tahun 1986-2007
Tahun Pesisir
Non Pesisir
1986 55.88
44.12 1990
56.60 43.40
1993 55.99
44.01 1997
54.91 45.09
2000 55.22
44.78 2003
55.15 44.85
2007 54.30
45.70
Rata-rata 55.44
44.56
Sumber: Sensus Penduduk SP dan Supas. Statistik Indonesia, BPS diolah.
Sementara itu, dilihat dari besarnya laju pertumbuhan penduduknya Tabel 5.42,  dapat  diamati  bahwa  dari  tahun  ke  tahun  periode  1986-2007  perubahan
laju  pertumbuhan  penduduk  bersifat  sangat  dinamis.  Namun,  dari  nilai  rata- ratanya  dapat  diketahui  bahwa  laju  pertumbuhan  penduduk  di  kawasan  pesisir
Jawa  masih  lebih  rendah  dari  laju  pertumbuhan  penduduk  di  kawasan  non
pesisirnya, dimana masing-masing nilainya sebesar 1.17 dan 1.47. Tabel 5.42.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kawasan Pesisir dan Non Pesisir di Pulau Jawa Tahun 1986-2007 dalam
Tahun Pesisir
Non Pesisir Total Jawa
1986-1990 1.64
0.86 1.30