Sumber: Kementan, 2014
Gambar 4. Perkembangan Harga Bawang Merah Periode Januari-Desember Tahun 2012-2013
2.3. Kebijakan Terkait Bawang Merah
Bahan pangan merupakan kebutuhan dasar konsumsi masyarakat Indonesia. Kurangnya ketersediaan bahan pangan dan gejolak harga yang tidak wajar sangat
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Bawang merah merupakan salah satu bahan pangan yang seringkali mengalami gejolak harga. Tingginya frekuensi
gejolak terhadap ketersediaan dan harga bawang merah mengharuskan pemerintah melakukan intervensi pasar melalui perangkat-perangkat kebijakan yang dimiliki
sehingga ketersediaan dan harga bawang merah terkendali pada tingkat fluktuasi yang wajar. Perangkat kebijakan dapat menyentuh produsen, konsumen,
distribusi, ataupun tata niaganya yang diterbitkan pada berbagai hirarki peraturan, baik pusat maupun daerah.
Beberapa kebijakan yang menyangkut bawang merah antara lain adalah Peraturan Kementerian Perdagangan Permendag Nomor 30 tahun 2012 tentang
ketentuan impor produk hortikultura. Dalam kebijakan tersebut disebutkan bahwa impor produk hortikultura hanya dapat dilakukan apabila produksi dan pasokan
produk hortikultura di dalam negeri belum mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat.
Pada tahun 2013 kebijakan tersebut direvisi menjadi Peraturan Kementerian Perdagangan Permendag Nomor 47 tahun 2013 yang berisi bahwa untuk
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000
Rpk g
2012 2013
importasi komoditas cabai dan bawang merah segar untuk konsumsi akan dilakukan dengan menggunakan harga referensi. Jika harga cabai dan bawang
merah berada di bawah harga referensi, maka impor kedua komoditas tersebut ditunda sampai harga kembali mencapai harga referensi. Sebaliknya jika harga
kedua komoditas tersebut telah melampaui harga referensi, maka akan dipertimbangkan untuk importasi guna memastikan pasokan di pasar. Harga
referensi akan ditetapkan oleh tim pemantau harga produk hortikultura yang anggotanya dibentuk oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang perdagangan dan terdiri dari unsur instansi terkait. Harga referensi bawang merah dan cabai dapat dievaluasi sewaktu-waktu oleh tim pemantau
harga.
2.4. Penelitian Terdahulu
Susanti 2006 melakukan penelitian mengenai peramalan permintaan cabai merah di Pasar Induk Kramat Jati PIKJ Jakarta. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder menurut deret waktu time series dan data primer. Hasil penelitian ini adalah: 1. Permintaan cabai merah di PIKJ
berfluktuasi mengikuti suatu pola musiman tertentu karena tergantung pada jumlah pasokan dari daerah penghasil cabai merah, 2. Metode peramalan terbaik
yang sesuai untuk memperkirakan permintaan cabai merah di masa mendatang di PIKJ adalah metode ARIMA atau Box Jenkins, 3. Harga rata-rata berpengaruh
nyata terhadap permintaan cabai merah di PIKJ. Stato 2007 melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi fluktuasi harga bawang merah dan peramalannya di PIKJ. Hasil dari penelitian ini adalah: 1. Fluktuasi harga bawang merah meningkat tiap
tahunnya mengikuti pola musiman tertentu. Trend penurunan dan peningkatan harga bawang merah berkaitan dengan pola produksi bawang merah yang
mengalami panen puncak pada bulan Juni hingga September dan mengalami masa kosong panen pada bulan Februari hingga bulan Mei, 2. Metode peramalan terbaik
dan sesuai untuk meramalkan harga bawang merah di masa mendatang di PIKJ adalah metode ARIMA atau Box Jenkins, 3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata
terhadap fluktuasi harga bawang merah yaitu pasokan impor bawang merah, harga