Uji Ekonomi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI HARGA

taraf nyata α = 5. Hal ini menunjukkan bahwa lag jumlah konsumsi bawang merah di Indonesia berpengaruh terhadap harga riil bawang merah di Indonesia sehingga perubahan dari jumlah konsumsi bawang merah di Indonesia akan memengaruhi harga riil bawang merah di Indonesia. Peningkatan jumlah konsumi bawang merah di Indonesia sebesar 1.000 ton maka harga riil bawang merah di Indonesia meningkat sebesar 47,7 Rpkg. Jumlah konsumsi bawang merah di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri olahan makanan. Adanya penimbunan yang dilakukan oleh distributor dan pedagang besar dapat menyebabkan jumlah persediaan bawang merah di Indonesia tidak dapat memenuhi jumlah konsumsi bawang merah di Indonesia. Adanya kesenjangan gap antara jumlah konsumsi dan jumlah stok yang ada menyebabkan harga riil bawang merah di Indonesia dapat mengalami peningkatan Rachmat et al 2012. 3 Selisih Harga Riil Bawang Merah Internasional Tahun t dengan t-1 Variabel selisih harga riil bawang merah internasional memiliki nilai koefisien sebesar 5,1707 dengan nilai probabilitas t-stat sebesar 0,1936 lebih kecil dari taraf nyata 20. Hal ini menunjukkan bahwa selisih harga riil bawang merah internasional tahun t dengan t-1 berpengaruh terhadap harga riil bawang merah di Indonesia sehingga perubahan dari harga riil bawang merah internasional akan memengaruhi harga riil bawang merah di Indonesia. Peningkatan harga riil bawang merah internasional sebesar 1.000 USTon menyebabkan harga riil bawang merah di Indonesia meningkat sebesar 5.170,7 Rpkg. Harga riil bawang merah internasional mempunyai korelasi yang positif dengan harga riil bawang merah di Indonesia. Hal ini dikarenakan ketika harga riil bawang merah internasional yang masuk mengalami penurunan maka harga riil bawang merah di Indonesia pun akan mengalami penurunan. Tujuannya adalah agar bawang merah di Indonesia dapat bersaing dengan bawang merah impor dari segi harga jual Stato, 2007. 4 Lag Harga Riil Bawang Merah di Indonesia Variabel lag harga riil bawang merah di Indonesia memiliki nilai probabilitas sebesar 0,1023 berpengaruh nyata pada taraf nyata α = 10, kondisi ini menunjukkan bahwa harga riil bawang merah di Indonesia memerlukan tenggat waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan diri dalam merespon perkembangan situasi ekonomi bawang merah domestik dan dunia.

c. Uji Ekonometrika

Hubungan antara variabel eksogen dan variabel endogen dilakukan pengujian terhadap model yaitu, uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Hasil uji normalitas didapatkan nilai Jarque-Bera sebesar 26,34 lebih besar dari taraf nyata α = 5, artinya kenormalan data telah terpenuhi. Hasil uji autokorelasi didapatkan nilai Durbin Watson statistik sebesar 1,512 dengan rumus statistik dh didapatkan nilai statistik Durbin-h sebesar 0,4349 dengan demikian model regresi tidak mengalami pelanggaran asumsi autokorelasi karena nilai Dh berada diantara -1,96 sampai 1,96 - 1,96 ≤ h hitung ≤ 1,96. Untuk perbandingan, uji autokorelasi dapat juga dilakukan dengan melakukan uji LM- test. Hasil pengujian LM-test diketahui bahwa nilai probabilitas Chi-Square sebesar 0,9069 lebih besar dari α = 5, artinya tidak ada gejala autokorelasi pada model. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White. Hasil dari uji White didapatkan bahwa nilai probabilitas Chi-Square sebesar 0,1825 lebih besar dari taraf nyata α = 5, artinya model sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas. Pengujian multikolinearitas dengan melihat nilai Variance Inflation Factors VIF yang menunjukkan bahwa tidak ada nilai VIF dari variabel-variabel bebas dalam model ini yang lebih dari 10. Hasil dari pengujian VIF dapat disimpulkan bahwa tidak adanya kasus multikolinearitas yang serius dalam model. Berdasarkan keempat pengujian ini dapat dibuktikan bahwa model yang digunakan tidak melanggar asumsi metode OLS, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini baik untuk digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi harga bawang merah di Indonesia. Adapun hasil uji statistik dan ekonometrika dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, 7, 8, dan 9.

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan : 1. Perkembangan harga bawang merah di Indonesia selama Juni 2009 – Mei 2014 menunjukkan adanya kecenderungan yang meningkat dengan pola yang fluktuatif. Rata-rata pertumbuhan harga bernilai positif sebesar 3,161. Harga bawang merah di Indonesia diramalkan akan berfluktuasi dan cenderung meningkat pada periode Juni 2014-Mei 2015. Rata-rata laju perubahan harga bawang merah diprediksi sebesar 2,01. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga riil bawang merah di Indonesia adalah selisih jumlah penawaran bawang merah di Indonesia tahun t dengan t-1, lag jumlah konsumsi bawang merah di Indonesia, selisih harga riil bawang merah internasional tahun t dengan t- 1, dan lag harga riil bawang merah di Indonesia.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu : 1. Pemerintah perlu melakukan pengawasan terhadap distribusi bawang merah ke pasar sehingga tidak ada lagi spekulasi yang dilakukan oleh distributor dan pedagang besar. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan stabilisasi harga bawang merah di Indonesia. 2. Pemerintah dapat bekerjasama dengan petani dalam mengatur pola tanam antar wilayah melalui sosialisasi kepada petani agar produksi bawang merah di Indonesia dapat berjalan secara kontinyu dan stabil dari bulan ke bulan sehingga fluktuasi harga bawang merah dapat diperkecil. 3. Salah satu faktor yang memengaruhi harga bawang merah di Indonesia adalah jumlah produksi bawang merah di Indonesia. Oleh karena itu, faktor-faktor yang memengaruhi produksi bawang merah di Indonesia