Allen 1994 melakukan penelitian mengenai peramalan ekonomi pada komoditas pertanian. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa metode ARIMA
adalah metode terbaik untuk meramalkan harga komoditas pertanian walaupun terdapat beberapa kasus model data yang didapatkan sangat mempengaruhi
metode terbaik peramalan time series sehingga metode ARIMA belum tentu
menjadi metode terbaik untuk meramalkan harga komoditas pertanian tertentu. Tabel 5. Persamaan dan Perbedaan Antara Penelitian Penulis dan Penelitian
Terdahulu
Sumber: Penulis 2014
NO Penulis
Persamaan Perbedaan
1 Susanti 2006
metode peramalan ARIMA dan menggunakan data sekunder
objek penelitian harga bawang
merah di
Indonesia 2
Stato 2007 objek penelitian bawang merah
tujuan yaitu meramalkan harga bawang merah dan
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya di
Indonesia
3 Miranti 2013
metode peramalan ARIMA dan menggunakan data sekunder.
objek penelitian bawang merah.
4 Ariningsih dan
Tentamia 2004 objek penelitian bawang merah
dan tujuan menganalisis faktor- faktor
yang mempengaruhi
permintaannya. metode
menggunakan model
regresi linear
berganda. 5
Firdaus 2007 Menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi harga bawang merah dan meramalkan harga
bawang merah di 6 kota besar di Indonesia.
menggunakan metode
ARIMA dan
objek penelitian hanya bawang
merah. 6
Irawan 2007 Menganalisis fluktuasi harga
sayuran termasuk
bawang merah.
objek penelitian hanya bawang merah.
7 Abdullah 2012
Menggunakan metode ARIMA dalam melakukan peramalan.
objek penelitian bawang merah.
8 Jarret dan Kyper
2011 Menggunakan metode ARIMA
dalam melakukan peramalan. objek penelitian bawang
merah. 9
Allen 1994 Menggunakan metode ARIMA
dalam melakukan peramalan objek penelitian hanya
bawang merah
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu sebagai acuan alur berfikir dalam melakukan penelitian. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori harga, metode Box Jenkins ARIMA metode analisis regresi linear berganda.
3.1.1. Teori Harga
Harga merupakan nilai dari suatu barang atau jasa yang terbentuk dari interaksi antara permintaan dan penawaran. Harga suatu komoditi dan kuantitas
yang akan diminta berhubungan secara negatif, dengan faktor lain tetap sama atau ceteris paribus
. Semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu akan semakin besar, sebaliknya semakin tinggi harga
semakin rendah jumlah yang diminta Lipsey, 1995. Permintaan suatu barang atau jasa menunjukkan adanya jumlah barang atau
jasa yang diminta oleh konsumen kepada produsen pada suatu tingkat harga tertentu. Adapun faktor-faktor yang dapat memengaruhi jumlah permintaan adalah
harga barang tersebut, harga barang lain, jumlah penduduk, pendapatan, dan selera. Perubahan sepanjang kurva permintaan dapat disebabkan oleh salah satu
variabel, yaitu perubahan harga barang tersebut yang menyebabkan pergeseran kuantitas atau jumlah barang atau jasa yang diminta yang menyebabkan
pergeseran harga barang atau jasa. Pergeseran kurva permintaan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor selain harga barang atau jasa tersebut seperti harga
barang lain, jumlah penduduk, pendapatan, dan selera. Pergeseran kurva permintaan menyebabkan perubahan satu variabel tidak diikuti oleh variabel lain.
Misalnya, pergeseran kurva ke kanan akan menaikkan kuantitas atau jumlah permintaan atas suatu barang atau jasa tanpa harus diikuti penurunan tingkat
harga, sebaliknya pergeseran kurva permintaan ke kiri akan menurunkan kuantitas atau jumlah permintaan atas suatu barang tanpa harus diikuti kenaikan tingkat
harga. Ilustrasi mengenai perubahan harga komoditas pertanian dari sisi permintaan dapat dilihat pada Gambar 5.
Harga D
1
D S
P
1
E
1
P E
Q Q
1
Jumlah
Sumber: Djojodipuro, 1991
Gambar 5. Ilustrasi Perubahan Harga Komoditas dari Sisi Permintaan
Permintaan komoditas pertanian umumnya bersifat inelastis. Hal ini disebabkan oleh elastisitas pendapatan dari permintaan komoditas pertanian
rendah, yaitu kenaikan pendapatan hanya menimbulkan kenaikan yang kecil atas permintaan. Komoditas pertanian merupakan komoditas penting yang digunakan
setiap hari sehingga naik turunnya harga pada komoditas pertanian tidak berpengaruh cukup besar terhadap jumlah permintaan.
Penawaran suatu barang atau jasa menunjukkan adanya jumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada suatu tingkat harga
tertentu. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi penawaran suatu barang atau jasa adalah harga barang tersebut, harga faktor produksi, tingkat teknologi, pajak,
dan subsidi. Perubahan sepanjang kurva penawaran disebabkan oleh salah satu variabel, yaitu perubahan harga komoditas di pasar yang menyebabkan pergeseran
kuantitas atau jumlah barang yang ditawarkan produsen. Pergeseran kurva penawaran disebabkan oleh pengaruh faktor-faktor selain harga barang atau jasa
tersebut. Pergeseran kurva penawaran menyebabkan perubahan satu variabel tidak diikuti oleh variabel lain. Misalnya, pergeseran kurva ke kanan akan menaikkan
kuantitas atau jumlah penawaran atas barang atau jasa tanpa harus diikuti kenaikan tingkat harga yang diharapkan, sebaliknya pergeseran kurva penawaran
ke kiri akan menurunkan kuantitas atau jumlah penawaran atas suatu barang atau
jasa tanpa harus diikuti penurunan tingkat harga. Ilustrasi mengenai perubahan harga komoditas pertanian dari sisi penawaran dapat dilihat pada Gambar 6.
Harga S
1
S
P
1
E
1
P E
D Jumlah
Q
1
Q
Sumber: Djojodipuro, 1991
Gambar 6. Ilustrasi Perubahan Harga dari Sisi Penawaran
Menurut Anindita 2008, produk pertanian memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk lainnya yaitu, keadaan biologi di lingkungan pertanian
yang menyebabkan output pertanian bersifat musiman dan tidak kontinu, adanya time lags
, keadaan pasar khususnya struktur pasar yang menyebabkan semakin tidak menentunya harga di bidang pertanian, dan dampak dari institusi seperti
pengurangan tarif. Keseimbangan harga terjadi ketika jumlah yang diminta sama dengan
jumlah yang ditawarkan. Jika pemerintah menetapkan harga di atas P1 maka akan terjadi kondisi disekuilibrium. Hal ini disebabkan karena harga ditentukan di atas
P1 maka pembeli hanya bersedia membeli dalam jumlah yang lebih sedikit dari Q, sementara pada harga tersebut penjual akan memproduksi lebih besar dari Q.
Kondisi ini mengakibatkan surplus produksi atau excess supply dalam pasar. Peraturan yang menentukan harga dibawah P1 akan mengakibatkan adanya
kelangkaan scarcity kuantitas barang. Kondisi ini mengakibatkan surplus konsumsi atau excess demand dalam pasar. Kurva keseimbangan pasar dapat
dilihat pada Gambar 7.
Harga P
2
S
E P
1
P D
Q Jumlah
Sumber : Lipsey, 1995
Gambar 7. Kurva Keseimbangan Pasar
Fungsi harga dapat dirumuskan sebagai berikut: Pt = fQ
t
, C
t
, PI
t
, P
t-1
………………………………………………..3.1 Keterangan:
P
t
= Harga suatu komoditas pada periode t Q
t
= Jumlah penawaran suatu komoditas pada periode t C
t
= Jumlah permintaan suatu komoditas pada periode t PI
t
= Harga internasional suatu komoditas pada periode t P
t-1
= Lag harga suatu komoditas
3.1.2. Metode Peramalan Box Jenkins atau ARIMA Autoregressive
Integrated Moving Average
Metode peramalan Box Jenkins adalah suatu metode yang sangat tepat untuk menangani atau mengatasi kerumitan deret waktu dan situasi peramalan
lainnya. Kerumitan itu terjadi karena terdapatnya variasi dari pola data yang ada sehingga diperlukan pendekatan untuk meramalkan data dengan pola yang rumit
tersebut dengan menggunakan beberapa aturan yang relatif baik. Disamping itu, metode ini dapat dipergunakan untuk meramalkan data historis dengan kondisi
yang sulit dimengerti pengaruhnya terhadap data secara teknis sehingga perlu diketahui dan dimengerti beberapa dasar teknis pengaplikasian metode ini.
Metode peramalan ini sebenarnya adalah cara pendekatan yang sangat umum dari peramalan deret waktu time series. Alasan dikembangkannya metode