20
2.2 Kerangka Pemikiran
Pembagian kerja secara seksual dalam perusahaan muncul dan diperkuat oleh adanya stereotip gender dalam masyarakat dan karena kurangnya
pemahaman pekerja terhadap kewajibannya dan hak-haknya sebagai pekerja dalam perusahaan seperti yang tercantum dalam peraturan perusahaan akan
mempengaruhi kondisi kerja pekerja itu sendiri. Kurangnya pemahaman pekerja terhadap hak dan kewajibannya sebagai pekerja dapat dilihat dari pengetahuan
dan pelaksanaan peraturan perusahaan tersebut oleh para pekerja. Stereotip gender dalam masyarakat, memandang perempuan sebagai makhluk yang lemah lembut,
bersifat melayani, tergantung, dan emosional, dan laki-laki dianggap sebagai makhluk yang berjiwa pemimpin, mandiri, kuat, dan rasional. Pembagian kerja
secara seksual yang didasarkan pada streotip gender ini mengakibatkan terjadinya peminggiran atau pembedaan, dan biasanya perempuan menjadi korban yang
tidak dapat berbuat apa-apa. Dengan adanya pembagian kerja secara seksual tersebut, perempuan sudah berada dalam posisi yang termarjinalkan mengalami
marginalisasi-ketimpangan gender. Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh stereotip gender tersebut, sudah berlaku di
komunitas dan memiliki kekuatan mengikat tertentu seperti norma, walaupun tidak ada peraturan khusus yang mengatur sistem pembagian kerja tersebut.
Marginalisasi perempuan dalam perusahaan menjadi lebih kuat dengan kurangnya pemahaman pekerja terhadap kewajiban dan hak-haknya sebagai
pekerja, sehingga perempuan menerima ketimpangan marginalisasi ini seperti hal yang wajar dan keharusan aturan. Marginalisasi ini nampak dalam hal
ketimpangan upah, status pekerja, jaminan kerja, dan jaminan keluarga, yang merupakan variabel-variabel kondisi kerja pekerja dalam perusahaan yang lebih
jauh lagi akan berpengaruh pada kesejahteraan keluarga pekerja pabrik. Kesejahteraan keluarga pekerja pabrik dapat dilihat dari perumahan, kesehatan,
pendidikan keluarga, pola konsumsi, dan kepemilikan aset. Namun ada faktor lain yang diduga turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga tersebut, yaitu
pendapatan total keluarga dan jumlah tunjangan keluarga. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana pengaruh keterlibatan perempuan
dalam bekerja di sektor publik terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Tinggi
21
rendahnya tingkat kesejahteraan hidup pekerja, dapat dilihat dari tingkat pemenuhan kebutuhan keluarga pekerja sehari-hari seperti sandang, pangan,
papan, pendidikan anak dan kesehatan keluarga.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Marginalisasi Perempuan dalam Industri dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Pekerja
Keterangan : : Memiliki hubungan diuji
: Memiliki hubungan tidak diuji
2.3 Hipotesis