Pola Konsumsi KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PABRIK

64 Atas SLTA, namun ternyata lebih banyak yang memilih berhenti melanjutkan sekolah ke SLTA lalu bekerja di pabrik seperti kedua orangtuanya karena merasa malas, buang-buang waktu dan uang saja. Banyak diantara mereka menjadi pekerja anak di beberapa pabrik tertentu yang memang membuka peluang untuk anak-anak di bawah umur bekerja, walaupun tak lebih dari seorang buruh serabutan biasa yang tak punya jaminan masa depan bagi si anak itu sendiri.

7.4 Pola Konsumsi

Pola konsumsi adalah tingkat pengalokasian pengeluaran uang dalam keluarga untuk kebutuhan akan makanan dibandingkan dengan konsumsi non makanan. Pola konsumsi merupakan variabel untuk melihat kesejahteraan keluarga. Semakin tinggi pola konsumsi makanan dibandingkan non makanan, maka semakin rendah tingkat kesejahteraan keluarga. Pada Tabel 19 ditunjukkan pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan keluarga pekerja yang dibandingkan antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan. Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pola Konsumsi, dan Tingkat Kesejahteraan, CV.Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Pola Konsumsi Tingkat Kesejahteraan Total Responden Sejahtera Tidak Sejahtera Jumlah Persentase Jumlah Persentase Persentase Laki-laki Baik 1 100 0 0 1 100 Tidak Baik 8 27,6 21 72,4 29 100 Perempuan Baik 6 100 0 0 6 100 Tidak Baik 15 62,5 9 37,5 24 100 Berdasarkan Tabel 19 dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi keluarga pekerja belum baik karena kurang dari 50 keluarga baik laki-laki maupun perempuan memiliki pola konsumsi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah keluarga pekerja baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pola konsumsi baik, jauh lebih sedikit daripada jumlah keluarga pekerja yang memiliki pola konsumsi tidak baik. 65 Pola konsumsi keluarga ini dihitung dengan membandingkan persentase konsumsi makanan dengan konsumsi non makanan keluarga pekerja. Bila konsumsi keluarga terhadap non makanan lebih besar daripada konsumsi makanan, maka kondisi pola makan keluarga pekerja baik, begitupun sebaliknya, jika konsumsi keluarga terhadap makanan lebih besar daripada konsumsi non makanan, maka kondisi pola makan keluarga pekerja tidak baik. Pada keluarga pekerja CV. Mekar Plastik Industri, sebagian besar mengkonsumsi makanan pokok seperti beras raskin, dengan menu tambahan seadanya seperti sayur, tahu, tempe, dan telur. Mereka jarang mengkonsumsi ayam, ikan, dan susu karena harganya mahal. Keadaan perekonomian yang semakin sulit dan harga-harga kebutuhan pokok yang terus meningkat, membuat mereka semakin tak bisa memenuhi kebutuhan gizi yang baik layaknya empat sehat lima sempurna, karena gajiupah yang mereka dapat tidak mencukupi yang mereka butuhkan. Jika diuji dengan Uji Korelasi Spearman, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola konsumsi dengan tingkat kesejahteraan. Hal tersebut dapat dilihat dengan melihat nilai p value pada kolom sig. 2 tailed sebesar 0,004 0,05 level of significant α sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pola konsumsi berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan keluarga pekerja, dengan nilai korelasi yang lemah sebesar 0,363. Ini berarti dugaan yang menyatakan bahwa semakin tinggi pola konsumsi keluarga terhadap makanan dibandingakn non makanan kondisi tidak baik, maka semakin tidak sejahtera keluarga tersebut adalah benar.

7.5 Kepemilikan Aset