51
BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI
KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI
6.1 Stereotip Gender dan Pembagian Kerja secara Seksual
Stereotip masyarakat tentang gender adalah pelabelan suatu sifat gender yang sudah melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan
secara sosial maupun kultural. Stereotip gender dalam masyarakat, memandang perempuan sebagai makhluk yang lemah lembut, bersifat melayani, tergantung,
emosional, dan tidak bisa bekerja kasar seperti mengangkat barang berat, sedangkan laki-laki dianggap sebagai makhluk yang berjiwa pemimpin, mandiri,
kuat, dan rasional. Stereotip yang berkembang di masyarakat akan memunculkan dampak bias gender yang cukup besar, dan kemudian menimbulkan ketidakadilan
gender antara laki-laki dan perempuan, seperti dalam hal pembagian kerja yang dilakukan oleh CV. Mekar Plastik Industri kepada pekerjanya.
Perusahaan CV. Mekar Plastik Industri melakukan pembagian kerja secara seksual pada pekerja berdasarkan dari kemampuan dan keahliannya dalam
mengoperasikan alat-alat atau mesin di pabrik. Namun tak lepas dari itu, pihak pengusaha juga masih memiliki bias gender yang cukup tinggi sama dengan
stereotip yang melekat di masyarakat. Oleh karena itu, perempuan ditempatkan pada bagian operator packing yang ringan dan tidak membutuhkan banyak tenaga
karena dianggap tidak mampu mengoperasikan mesin-mesin berat, dan laki-laki ditempatkan pada bagian operator mesin berat.
Pada Tabel 12 ditunjukkan seberapa besar stereotip gender yang masih melekat pada pekerja dilihat dari jenis kelamin dan jenis pekerjaan pekerja CV.
Mekar Plastik Industri. Berdasarkan Tabel 12 dapat diidentifikasi bahwa bias gender pekerja CV. Mekar Plastik Industri adalah tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
penempatan 28 orang perempuan yang memiliki bias gender tinggi 93,3 dari total pekerja perempuan sebagai operator packing dan 25 orang laki-laki yang
memiliki bias gender tinggi 83,3 dari total pekerja laki-laki sebagai operator mesin, serta 2 orang pekerja perempuan lainnya yang memiliki bias gender rendah
100 dari total pekerja perempuan pada jenis pekerjaan operator.
52
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Jenis Pekerjaan, dan Stereotip Gender, CV.Mekar Plastik Industri, 2009
Jenis Kelamin Jenis Pekerjaan
Stereotip Gender Bias gender tinggi
Bias gender rendah Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Laki-laki Operator Mesin
25 83,3
Operator Packing 5 16,7 0 Total 30
100 Perempuan
Operator Mesin 0 0 0 0
Operator Packing 28 93,3 2 6,7 Total 28
93,3 2
6,7
Sebagian besar pekerja memiliki bias gender yang tinggi karena menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah lembut dan tidak
cocok bekerja di sektor publik dibandingkan dengan laki-laki yang dianggap sebagai kepala keluarga pencari nafkah yang kuat dan pemimpin. Hal ini
membuktikan bahwa pandangan masyarakat khususnya pekerja masih sangat didominasi oleh akar budaya sosial maupun kultural mengenai gender.
Adapun perempuan yang memiliki bias gender rendah beranggapan bahwa perempuan boleh saja bekerja membantu suami dan tidak harus memiliki sifat
yang manja dan lemah lembut. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang karyawati bernama IMT, 38 tahun, CV. Mekar Plastik Industri berikut:
“Perempuan jaman sekarang mah ga boleh manja neng..kalo manja- manja aja ga bisa makan dong..gaji suami paling berapa sih? ga cukup
buat makan dan keperluan lain sebulan....” IMT, 38 tahun, Karyawati CV. Mekar Plastik Industri
Penempatan posisi jenis pekerjaan ini, dipertimbangkan juga oleh pihak perusahaan berdasarkan stereotip gender pihak perusahaan dan pengalaman. Pihak
perusahaan menganggap bahwa perempuan tidak cocok untuk bekerja kasar dan mengendalikan mesin-mesin berat seperti yang dilakukan laki-laki. Pekerjaan
53
operator mesin adalah pekerjaan yang membutuhkan tenaga kuat, kasar, dan tangkas seperti yang dimiliki laki-laki, sedangkan pekerjaan operator packing
hanya membutuhkan keterampilan dan ketelitian seperti yang dimiliki perempuan. Pembagian jenis pekerjaan secara seksual yang didasarkan pada streotip
gender ini mengakibatkan terjadinya marginalisasi perempuan atau peminggiran, dan biasanya perempuan menjadi korban yang tidak dapat berbuat apa-apa.
Dengan adanya pembagian kerja secara seksual tersebut, perempuan sudah berada dalam posisi yang termarjinalisasikan mengalami marginalisasi-ketidakadilan
gender dan tidak dapat melakukan apa-apa untuk mendapatkan haknya secara penuh sesuai dengan yang peraturan perusahaan dan undnag-undang tentang
ketenagakerjaan karena takut dipecat. Marginalisasi perempuan dalam perusahaan menjadi lebih kuat dengan
kurangnya pemahaman pekerja terhadap kewajiban dan hak-haknya sebagai pekerja, sehingga perempuan menerima ketimpangan yang tidak dapat dielakkan.
Pada Tabel 13 ditunjukkan komposisi jumlah responden pekerja CV. Mekar Plastik Industri berdasarkan jenis kelamin, status pekerja, dan jenis pekerjaan.
Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Jenis Pekerjaan, dan Status Kerja, CV.Mekar Plastik Industri, 2009
Jenis Kelamin Status Pekerja
Jenis Pekerjaan Operator Mesin
Operator Packing Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Laki-laki Pekerja Tetap
19 63,3
Harian Lepas 6
20,0 5
16,7 Total 25
83,3 5
16,7 Perempuan
Pekerja Tetap 14
46,7 Harian Lepas
16 53,3
Total 0 30
100
Berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerja laki-laki dengan status pekerja tetap 63,3 lebih tinggi lebih banyak daripada jumlah
pekerja perempuan yang berstatus pekerja tetap 46,7. Hal ini dipengaruhi juga oleh adanya pembagian kerja secara seksual yang dilakukan oleh perusahaan
54
kepada pekerja. Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa persentase jumlah pekerja perempuan ditempatkan pada bagian operator packing dengan tingkat kerentanan
dipecat yang tinggi harian lepas lebih besar 100 dibandingkan laki-laki yang hanya 16,7.
Untuk dapat melihat kondisi kerja, tidak hanya perlu diperhatikan stereotip gender dan pembagian kerja secara seksualnya saja, namun juga perlu dilihat
status pekerja tersebut dalam perusahaan. Pada Tabel 14 disajikan data komposisi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, status pekerja, dan kondisi kerja.
Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Kerja, dan Kondisi Kerja, CV.Mekar Plastik Industri, 2009
Jenis Kelamin
Status Pekerja Kondisi Kerja
Total Baik Tidak
Baik Jumlah Persentase Jumlah
Persentase Laki-laki
Pekerja Tetap 14
73,7 5
26,3 19
100 Pekerja Harian
Lepas 0 0 11
100 11
100 Perempuan
Pekerja Tetap 14
100 14
100 Pekerja Harian
Lepas 0 0 16
100 16
100
Berdasarkan pada Tabel 14 dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerja laki- laki dan perempuan yang berstatus pekerja tetap memiliki proporsi yang tetap
dengan kondisi kerja yang baik, namun jika dibandingkan dengan yang berstatus harian lepas, pekerja perempuan memiliki proporsi yang lebih banyak
dibandingkan pekerja laki-laki yang berstatus harian lepas, yaitu 100 secara keseluruhan pekerja perempuan. Ketidakadilan gender ini terlihat pada perbedaan
upah antara pekerja harian lepas laki-laki dan pekerja harian lepas perempuan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, upah yang diberikan perusahaan kepada
pekerja tetap sebesar Rp.31.000,- per hari dengan jumlah yang sama antara pekerja laki-laki dan perempuan, namun upah yang diberikan perusahaan kepada
pekerja harian lepas laki-laki sebesar Rp.31.000,- per hari dan Rp.25.000,- per
55
hari untuk pekerja perempuan. Perbedaan ini juga terlihat pada pemberian jaminan kerja dari perusahaan yang diberikan berdasarkan status kerja pekerja tersebut,
dan ini didasarkan juga oleh adanya stereotip gender yang memandang bahwa laki-laki memiliki tanggung jawab dan jumlah tanggungan keluarga yang lebih
besar dibandingka pekerja perempuan. Jika disimpulkan secara umum dan logis, hubungan antara stereotip gender,
pembagian kerja secara seksual, dan status pekerja saling berpengaruh, namun jika diuji, pembagian kerja secara seksual tidak memiliki hubungan langsung
dengan kondisi kerja pekerja itu sendiri karena memiliki nilai p value pada kolom sig. 2 tailed sebesar 0,2280,05 level of significant
α sehingga Ho diterima pembagian kerja secara seksual tidak berkorelasi dengan kondisi kerja.
Jika dilakukan pengujian korelasi antara status pekerja dengan kondisi kerja, terlihat nilai p value pada kolom sig. 2 tailed sebesar 0,0000,05 level of
significant α sehingga Ha diterima pembagian kerja secara seksual berkorelasi
dengan kondisi kerja dengan keeratan korelasi yang sangat kuat sebesar 0,846, namun perlu diingat bahwa status pekerja pekerja tetap atau harian lepas tetap
dipengaruhi oleh adanya stereotip gender dan pembagian secara seksual. Dengan adanya stereotip gender antara pekerja dan perusahaan yang
menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan tidak dapat bekerja kasar, sebagian besar pekerja perempuan ditempatkan pada pekerjaan di
bagian operator packing, dengan status pekerja yang rentan akan tindak pemecatan harian lepas karena pekerjaan tersebut dianggap sepele oleh pihak
perusahaan, sedangkan laki-laki sebagian besar ditempatkan pada pekerjaan di bagian mesin yang tidak rentan terhadap tindak pemecatan pekerja tetap karena
dianggap cocok bekerja di bagian tersebut yang membutuhkan tenaga kasar dan kuat seperti yang dimiliki kaum laki-laki.
Jadi, sudah jelas bahwa yang berpengaruh pada terhadap kondisi kerja pekerja itu adalah status pekerja, yang juga merupakan alat ukur kondisi kerja
pekerja dalam perusahaan, disertai dengan pengaruh stereotip gender dan pembagian kerja secara seksual.
56
6.2 Kurangnya Pemahaman Pekerja terhadap Peraturan Perusahaan