65
Pola konsumsi keluarga ini dihitung dengan membandingkan persentase konsumsi makanan dengan konsumsi non makanan keluarga pekerja. Bila
konsumsi keluarga terhadap non makanan lebih besar daripada konsumsi makanan, maka kondisi pola makan keluarga pekerja baik, begitupun sebaliknya,
jika konsumsi keluarga terhadap makanan lebih besar daripada konsumsi non makanan, maka kondisi pola makan keluarga pekerja tidak baik. Pada keluarga
pekerja CV. Mekar Plastik Industri, sebagian besar mengkonsumsi makanan pokok seperti beras raskin, dengan menu tambahan seadanya seperti sayur, tahu,
tempe, dan telur. Mereka jarang mengkonsumsi ayam, ikan, dan susu karena harganya mahal. Keadaan perekonomian yang semakin sulit dan harga-harga
kebutuhan pokok yang terus meningkat, membuat mereka semakin tak bisa memenuhi kebutuhan gizi yang baik layaknya empat sehat lima sempurna, karena
gajiupah yang mereka dapat tidak mencukupi yang mereka butuhkan. Jika diuji dengan Uji Korelasi Spearman, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara pola konsumsi dengan tingkat kesejahteraan. Hal tersebut dapat dilihat dengan melihat nilai p value pada kolom sig. 2 tailed sebesar 0,004 0,05
level of significant α sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pola konsumsi
berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan keluarga pekerja, dengan nilai korelasi yang lemah sebesar 0,363. Ini berarti dugaan yang menyatakan bahwa semakin
tinggi pola konsumsi keluarga terhadap makanan dibandingakn non makanan kondisi tidak baik, maka semakin tidak sejahtera keluarga tersebut adalah benar.
7.5 Kepemilikan Aset
Kepemilikan aset adalah banyaknya jumlah barang berharga yang dimiliki sebuah keluarga berupa barang mahal dan barang yang tidak mahal. Barang mahal
seperti televisi, kulkas, komputer, parabola, handphone, DVDVCD player dan kendaraan bermotor sepeda motor. Barang tidak mahal seperti : kipas angin,
telepon, rice cooker, radiotape, setrika. Kepemilikan aset merupakan variabel untuk melihat kesejahteraan keluarga dan dapat dilihat dari ada tidaknya aset.
Semakin banyak barang yang dimiliki maka semakin tinggi kesejahteraan keluarga pekerja. Pada Tabel 20 ditunjukkan kepemilikan aset dan kesejahteraan
keluarga pekerja yang dibandingkan antara pekerja laki-laki dan perempuan.
66
Tabel 20.
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kepemilikan Aset, dan Tingkat Kesejahteraan, CV.Mekar Plastik
Industri, 2009
Jenis Kelamin
Kepemilikan Aset
Tingkat Kesejahteraan Total
Responden Sejahtera Tidak
Sejahtera Jumlah
Persentase Jumlah
Persentase Persentase Laki-laki
Baik 6 75 2 25
8 100
Tidak Baik 3
13,63 19
86,37 22 100
Perempuan Baik 18
100 18
100 Tidak
Baik 3 25 9 75 12
100
Berdasarkan Tabel 20 dapat disimpulkan bahwa pekerja perempuan yang memiliki aset baik dan sejahtera lebih banyak daripada keluarga pekerja laki-laki.
Hal ini berlawanan dengan kondisi kerja pekerja perempuan yang cenderung tidak baik, namun karena sebagian besar pekerja perempuan memiliki suami yang juga
bekerja sehingga pendapatan mereka bertambah dan dapat digunakan untuk membeli barang-barang kebutuhan rumahtangga, sedangkan sebagian besar
pekerja laki-laki jarang sekali yang memiliki istri yang juga turut bekerja mencari nafkah keluarga, sehingga uang mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
makan saja. Untuk melihat seberapa besar hubungan antara kepemilikan aset dan tingkat
kesejahteraan keluarga pekerja, maka dilakukan uji korelasi dengan Uji Korelasi Spearman. Berdasarkan penghitungan uji korelasi, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara kepemilikan aset dengan tingkat kesejahteraan. Hal tersebut dapat dilihat dengan melihat nilai p value pada kolom sig. 2 tailed
sebesar 0,000 0,05 level of significant α sehingga Ha diterima dan Ho ditolak
kepemilikan aset berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan keluarga pekerja, dengan nilai korelasi yang sangat kuat sebesar 0,740. Ini berarti bahwa semakin
banyak aset yang dimiliki keluarga pekerja maka, tingkat kesejahteraan keluarga pekerja tersebut semakin meningkat.
67
7.6 Hubungan Kondisi Kerja dan Kesejahteraan Keluarga