Permasalahan yang timbul akibat diterapkannya kebijakan larangan

c. Perusahaan besar berbentuk korporasi diawasi dan penyertaan modal Pemerintah, Perusahaan yang dimaksud menyerupai korporasi publik. d. Tanah di bawah kekuasaan negara, dikuasai artinya di punyai, oleh negara, termasuk isi yang terkandung di dalamnya. e. Perusahaan tambang dalam bentuk usaha negara dapat diserahkan kepada badan yang bertanggung jawab kepada pemerintah. Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, memberikan petunjuk mengenai pengertian, makna dan substansi kata-kata istilah dikuasai oleh negara atau Hak Penguasaan Negara yang terdapat dalam Pasal 33 ayat 3. Isi Pasal tersebut, berimplikasi kepada; Pertama, Negara menguasai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Kedua, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya bahan galian dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 161 Objek Hak Penguasaan Negara sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 33 UUD 1945 menyangkut dua hal yaitu; a terhadap cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak ayat 2; b terhadap bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya ayat 3. Cabang produksi yang erat kaitannya dengan kedua hal tersebut di atas antara lain sektor pertambangan dan energi. 162

C. Permasalahan yang timbul akibat diterapkannya kebijakan larangan

ekspor mineral mentah Kebijakan larangan ekspor mineral mentah pada hakikatnya bertujuan untuk memastikan tersedianya cadangan mineral mentah untuk pengolahan dan 161 Ibid., hlm.31. 162 Ibid., hlm.35. pemurnian mineral di dalam negeri. Sehingga kebijakan peningkatan nilai tambah produk pertambangan melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dapat terlaksana dengan baik yang nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan perekonomian Indonesia serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.Namun pada kenyataannya kebijakan larangan ekspor mineral mentah tidak hanya memberikan dampak positif seperti yang diharapkan tetapi juga menimbulkan dampak negatif yang dapat mengancam kestabilan perekonomian dan industri pertambangan di Indonesia. Berikut penjabaran mengenai dampak negatif tersebut; Pertama , PT Newmont Nusa Tenggara PTNNT dan pemegang saham mayoritasnya, Nusa Tenggara Partnership B.V. NTPBV, suatu badan usaha yang berbadan hukum Belanda, mengumumkan pengajuan gugatan arbitrase internasional terhadap Pemerintah terkait dengan larangan ekspor yang telah mengakibatkan dihentikannya kegiatan produksi di tambang Batu Hijau dan menimbulkan kesulitan dan kerugian ekonomi terhadap para karyawan PTNNT, kontraktor, dan para pemangku kepentingan lainnya. 163 Pengenaan ketentuan baru terkait ekspor, bea keluar, serta larangan ekspor konsentrat tembaga yang akan dimulai Januari 2017, yang diterapkan kepada PTNNT oleh Pemerintah tidak sesuai dengan Kontrak Karya KK dan perjanjian investasi bilateral antara Indonesia dan Belanda. Dalam gugatan arbitrase yang diajukan kepada the International Center for the Settlement of Investment Disputes, PTNNT dan NTPBV menyatakan maksudnya untuk memperoleh putusan sela yang mengizinkan PTNNT untuk dapat melakukan 163 Arbitrase Diajukan Terkait Larangan Ekspor di Indonesia, http:www.ptnnt.co.ididarbitrase-diajukan-terkait-larangan-ekspor-di-indonesia.aspx diakses 10 Maret 2014 ekspor konsentrat tembaga agar kegiatan tambang Batu Hijau dapat dioperasikan kembali. 164 PTNNT merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas yang beroperasi berdasarkan Kontrak Karya Generasi IV yang ditandatangani pada 2 Desember 1986. 165 Kedua , Terjadinya Perlambatan ekonomi. Badan Pusat Statistik merilis pertumbuhan ekonomi kuartal I 2014 sebesar 5,21. Padahal, pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2013 mencapai 5,72. Angka ini menunjukkan perlambatan yang bersumber dari sektor pertambangan akibat pemberlakuan Undang-Undang Mineral dan Batu Bara minerba. Gugatan PTNNT ini terkait dengan ketidak sesuaian antara hukum positif yang berlaku di Indonesia dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Kontrak Karya PTNNT yakni berkaitan dengan ketentuan baru terkait ekspor, bea keluar, serta larangan ekspor konsentrat tembaga yang akan dimulai Januari 2017. Kontrak Karya PTNNT ditandatangani jauh sebelum UU Minerba dibentuk, sehingga pada saat UU Minerba beserta peraturan-peraturan pendukungnya dibentuk, terdapat ketidak sesuaian, namun terkait dengan hal tersebut Pasal 169 UU Minerba telah memerintahkan ketentuan yang tercantum dalam Pasal Kontrak Karya yang telah ada sebelum UU Minerba diundangkan harus disesuaikan dengan UU Minerba selambat-lambatnya 1 satu tahun sejak UU Minerba diundangkan. 166 164 Ibid. 165 Ibid. 166 Suci SedyaUtami , “Perlambatan Ekonomi akibat Larangan Ekspor Mineral Mentah,” http:ekonomi.metrotvnews.comread20140505238469perlambatan-ekonomi-akibat- larangan-ekspor-mineral-mentah diakses pada tanggal 10 Maret 2015 Kepala BPS Suryamin mengungkapkan larangan untuk ekspor bijih mineral mentah atau ore merupakan penyebab pertumbuhan di sektor pertambangan mengalami perlambatan dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Pada kuartal I 2014, pertumbuhan sektor pertambangan turun sebesar 0,38 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2013. 167 Perlambatan ekonomi juga berdampak pada daerah-daerah khususnya kawasan timur Indonesia, dikarenakan kawasan timur Indonesia merupakan mayoritas daerah penghasil mineral. Sejumlah daerah itu antara lain adalah papua, sulawesi, kalimantan, maluku. Dari data Bank Indonesia BI, Papua tercatat memiliki pertumbuhan ekonomi pada 2013 di KTI ini mulai dari 6 hingga tertinggi mencapai 23. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2014 di KTI akan berada di level 4,5 -5,0. Hal ini jauh dari angka pertumbuhan ekonomi yang berada di level 5,8 -6,2 secara nasional pada 2014. 168 Ketiga , Terjadinya pemutusan hubungan kerja massal. Presiden Direktur PT Central Omega Resources Tbk DKFT Kiki Hamidjaja menyatakan, sejak larangan ekspor mineral mentah diberlakukan, operasi produksi tambang nikel milik DKFT di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dan di Morowali, Sulawesi Tengah dihentikan. Akibatnya, sekitar 2.000 pekerja pekerja DKFT maupun pekerja dari kontraktor jasa pertambangan DKFT dipecat. 169 Selain DKFT, Direktur PT Harita Prima Abadi Mineral ErrySofyan juga telah merumahkan 4.500 karyawan. Langkah ini diambil karena penghentian operasi tambang bauksit milik Harita pasca keluarnya PP No. 1 tahun 2014 yang melarang ekspor mineral mentah. Sementara, pengoperasian smelter Harita baru 167 Ibid. 168 Ilyas IstianurPraditya, “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Timur Kena Imbas UU Minerba,“ http:m.liputan6.combisnisread830723pertumbuhan-ekonomi-indonesia-timur-kena- imbas-uu-minerba diakses pada tanggal 10 Maret 2015 169 Agustinus Beo Da Costa, “Pengusaha Tambang: Puluhan Ribu Karyawan Sudah Dipecat”,http:bisniskeuangan.kompas.comread201402191105299Pengusaha.Tambang.Puluh an.Ribu.Karyawan.Sudah.Dipecat diakses pada tanggal 10 Maret 2015 berjalan 2015 nanti. 170 Selain Harita Prima Abadi Mineral, menurut Erry yang juga Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia APB3I, ada sekitar 40.000 karyawan dari 51 perusahaan tambang bauksit yang menyebar di Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah juga telah memecat karyawannya. 171 170 Ibid. 171 Ibid. 71 BAB III PENYELESAIAN SENGKETA BIDANG PERTAMBANGAN TERKAIT DENGAN PELARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH

A. Bentuk Penyelesaian Sengketa di Indonesia

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt)

7 60 147

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

10 128 151

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 9

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 2

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 1 28

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 38

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 2 4

BAB II LARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Aspek Hukum Pertambangan di Indonesia - Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt)

0 0 33

ASPEK HUKUM PELARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH TERKAIT DENGAN PRINSIP-PRINSIP GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE (GATT) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 12