Penyelesaian Sengketa Bidang Pertambangan Terkait Pelarangan Ekspor

Implementasi. Pada dasarnya negara uang dianggap tidak konsisten dengan perjanjian WTO harus segera mematuhi rekomendasi atau aturan yang ditetapkan. Apabila implementasi rekkomendasi sulit untuk dilakukan dalam waktu segera maka para pihak melakukan negosiasi untuk mempertimbangkan baas waktu pemenuhan rekomendasiaturan. Dalam hal batas waktu tidak dipenuhi, maka dilakukan negosiasi untuk menentukan besarnya kompensasi untuk negera yang dirugikan. Jika tidak berhasil menentukan kompensasi atau pihak yang tidak konsisten dengan perjanjian WTO tidak memenuhi tuntutan kompensasi maka pihak yang mengajukan kalim dapat meminta otorisasi DSB untuk melakukan retaliasi dengan menghentikan konsesi atau kewajiban kepada negara tergugat. 198

C. Penyelesaian Sengketa Bidang Pertambangan Terkait Pelarangan Ekspor

Mineral Mentah. Dikarenakan pembahasan berikut ruang lingkupnya sebatas penyelesaian sengketa di bidang pertambangan terkait dengan pelarangan ekspor mineral mentah, maka dari 3 tiga permasalahan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas hanya kasus gugatan PTNNT yang akan dibahas lebih lanjut karena hanya kasus ini yang berkaitan secara langsung dengan penyelesaian sengketa di bidang pertambangan. Seperti yang telah dijelaskan di atas pelarangan ekspor mineral mentah tidak hanya memberikan dampak positif bagi perekonomian indonesia tetapi juga menimbulkan berbagai masalah dalam praktik penerapannya di Indonesia.Pada tanggal 1 Juli 2014, melalui release 199 198 Sjamsul Arifin, Dian Ediana Rae, Charles P.R.Joseph, Kerja Sama Perdagangan Internasional: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia Jakarta: PT Gramedia, 2007, hlm.117. 199 Arbitrase Diajukan Terkait Larangan Ekspor di Indonesia,Loc.Cit yang disampaikan kepada media masa PT Newmont Nusa Tenggara PTNNT mengumumkan telah menggugat pemerintah Indonesia kepada Arbitrase International Center for Settlement of Investment Dispute ICSID . Pada dasarnya pengajuan gugatan tersebut didasarkan karena adanya kebijakan untuk melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri dalam rangka peningkatan nilai tambah sebagaimana yang diatur dalam UU Minerba dan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014. Kebijakan tersebut menyebabkan PTNNT menghentikan kegiatan produksi konsentrat tembaga di Batu Hijau karena keadaan kahar sesuai kontrak karya yang disebabkan oleh penerapan pelarangan ekspor mineral mentah 200 Disamping PTNNT tidak mempunyai fasilitas pengolahan dan pemurnian smelter sendiri, Pemerintah mempunyai beberapa alasan mengapa tidak yang membuat perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan produksi, karena hasil penambangan mineral mentah yang sebelumnya langsung diekspor kini harus diolah danatau dimurnikan terlebih dahulu di dalam negeri sampai batasan minimum pengolahan sesuai Permen ESDM Nomor 1 Tahun 2014. Akibatnya stok bahan mineral mentah menumpuk dalam jumlah yang besar di penampungan- penampungan perusahaan tambang melebihi kapasitas penampungan. Hal ini disebabkan PTNNT tidak mempunyai fasilitas pengolah dan pemurnian sendiri untuk mengolah dan memurnikan hasil penambangannya dan fasilitas pengolahan dan pemurnian dalam negeri belum maksimal karena belum dapat menampung semua hasil penambangan yang akan diolah dan dimurnikan. 200 PTNNT Menghentikan Operasi Tambang Batu Hijau, http:ptnnt.co.ididptnnt- menghentikan-operasi-tambang-batu-hijau.aspx diakses pada tanggal 14 Maret 2015 mengeluarkan izin ekspor konsentrat tembaga PTNNT. 201 Perseroan Terbatas Newmont Nusa Tenggara beranggapan bahwa ketentuan baru mengenai ekspor mineral, bea keluar, dan pelarangan ekspor konsentrat tembaga yang akan dimulai pada Januari 2017 bertentangan dengan isi kontrak karya dan perjanjian investasi bilateral BIT antara Indonesia dan Belanda. Berlandaskan alasan tersebut PTNNT mengajukan gugatan ke ICSID dengan maksud mendapatkan putusan sela untuk dapat melakukan ekspor Pertama , PTNNT tidak bersedia untuk membayar bea keluar ekspor sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6 Tahun 2014; Kedua, PTNNT tidak bersedia untuk membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dengan alasan dari kajian sisi ekonomi tidak layak untuk membangun fasilitas smelter sendiri; Ketiga, PTNNT tidak bersedia membayar royalti atas penjualan hasil penambangan; Keempat, PTNNT tidak bersedia membayar uang jaminan sebagai tanda keseriusan PTNNT dalam berpartisipasi terhadap kebijakan peningkatan nilai tambah produk hasil penambangan melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian. Sementara berdasarkan Pasal 12 Permen ESDM Nomor 1 Tahun 2014 untuk mendapatkan Surat Persetujuan Ekspor dari Menteri Perdagangan, PTNNT terlebih dahulu harus memiliki rekomendasi Direktur Jenderal atas nama Menteri. Untuk mendapatkan rekomendasi tersebut PTNNT harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya adalah menunjukkan keseriusan membangun fasilitas pemurnian baik secara langsung ataupun kerja sama dengan pihak lain dengan menyerahkan rencana pembangunan fasilitas pemurnian. 201 Siti Nuraisyah Dewi, Arie Dwi Budiawati , “Alasan Newmont Gugat Indonesia ke Arbitrase Versi Pemerintah,” http:bisnis.news.viva.co.idnewsread518483-alasan-newmont- gugat-indonesia-ke-arbitrase-versi-pemerintah diakses pada tanggal 14 Maret 2015 konsentrat tembaga. PTNNT berpendapat bahwa kontrak karya harus menjadi dasar untuk menjalankan hak dan kewajiban masing-masing pihak. 202 Tidak berselang lama setelah PTNNT mengajukan gugatan ke arbitrase internasional, pada tanggal 26 Agustus 2014 melalui releasenya Dipihak lain yaitu pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjalankan kebijakan melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri atau melarang ekspor mineral mentah atas dasar amanat dari UU Minerba yang merupakan perpanjangan tangan dari amanat UUD 1945. Terdapat perbedaan sudut pandang antara pemerintah yang berpegang dan berdasar pada UU Minerba dengan PTNNT yang berpegang dan mengacu pada kontrak karya. Atas dasar perbedaan itu, Pasal 169 UU Minerba telah mengamanatkan untuk melakukan renegosiasi terhadap kontrak karya agar menghasilkan kesepakatan ulang antara pemerintah dengan PTNNT terkait dengan poin-poin yang perlu disesuaikan dengan UU Minerba, termasuk diantaranya tentang kewajiban pengolahan dan pemurnian di dalam negeri. Berdasarkan Pasal 169 UU Minerba renegosiasi tersebut seharusnya sudah selesai 1 tahun sejak diterbitkannya UU Minerba, namun hingga kini proses renegosiasi berlarut tanpa ujung. Pemerintah beranggapan renegosiasi masih dalam proses, sedangkan PTNNT beranggapan renegosiasi tersebut bukan jalan keluar yang baik baginya, sehingga lebih memilih mengajukan gugatan ke arbitrase internasional ICSID . 203 202 Arbitrase Diajukan Terkait Larangan Ekspor di Indonesia,Loc.Cit 203 PTNNT Menghentikan dan Mencabut Gugatan Arbitrase, http:ptnnt.co.ididptnnt- menghentikan-dan-mencabut-gugatan-arbitrase.aspx diakses pada tanggal 14 Maret 2015 PTNNT menyatakan bahwa mereka menghentikan dan mencabut gugatan arbitrase yang diajukan ke badan arbitrase internasional ICSID. Hal tersebut dilakukan guna membuka kembali pintu renegosiasi kontrak karya dengan pemerintah. Pada proses renegosiasi sebelumnya yang sedang berjalan, PTNNT tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemerintah Indonesia mengajukan gugatan ke arbitrase internasional. Pemerintah menganggap PTNNT tidak beritikad baik dalam mencari penyelesaian terhadap renegosiasi kontrak karya yang sedang mereka jalankan, maka pemerintah dengan tegas menghentikan proses renegosiasi tersebut, sebelum PTNNT mencabut gugatan arbitrasenya pemerintah tidak akan melanjutkan renegosiasi kontrak karya PTNNT.Dengan dicabutnya gugatan arbitrase tersebut maka proses perundingan formal antara pemerintah dan PTNNT untuk menyelesaikan nota kesepahaman yang nantinya akan dituangkan dalam amandemen kontrak karya PTNNT dilanjutkan kembali. Tanggal 3 September 2014 perundingan tersebut akhirnya menghasilkan kesepakatan oleh kedua belah pihak. Poin-poin renegosiasi kontrak tersebut tertuang dalam nota kesepahaman MoU yang telah ditandatangani kedua belah pihak. Nota kesepahaman tersebut berisikan beberapa poin penting terkait dengan renegosiasi kontrak karya PTNNT yaitu; 204 1. Perusahaan akan mengikuti aturan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 153PMK.0112014 tanggal 25 Juli 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75PMK.0112012 tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar dengan mengacu kepada perkembangan pembangunan fasilitas pemurnian PT Freeport Indonesia. 204 Lukas Hendra TM , “Ini Dia Isi MoU Newmont Nusa Tenggara Yang Kandas,” http:industri.bisnis.comread2015030344408428ini-dia-isi-mou-newmont-nusa-tenggara- yang-kandas diakses pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 01.32 WIB 2. Pengurangan luas lahan wilayah kontrak karya dari 87.000 ha menjadi 66.422 ha. 205 3. Perusahaan akan membayar Jaminan Kesungguhan pembangunan smelter sebesar US25,000,000 dua puluh lima juta dollar Amerika Serikat. 4. Perusahaan bersedia meningkatkan tarif Royalti atas tembaga, emas dan perak dari tarif-tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat 2 KK menjadi 4 untuk tembaga, 3.75 untuk emas, 3.25 untuk perak dan atas Mineral ikutan Para Pihak sepakat bahwa Perusahaan telah melaksanakan kewajiban divestasi sebesar 51 sesuai dengan ketentuan didalam KK PT NNT. 5. Perusahaan berkomitmen untuk mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja lokal dan barang dalam negeri, serta menggunakan perusahaan jasa pertambangan lokal danatau nasional yang terdaftar. 6. Sesudah ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini, Pemerintah akan memberikan seluruh rekomendasi dan izin yang diperlukan agar dapat menyetujui dan memperbolehkan Perusahaan mengekspor dan menjual konsentrat tembaga. Tanggal 22 September 2014 pemerintah mengeluarkan izin ekspor sesuai dengan yang disepakati dalam nota kesepahaman yang ditandatangani pada tanggal 3 September 2014. Pasca diterimanya izin ekspor PTNNT langsung kembali beroperasi. Kuota ekspor yang diterima PTNNT hingga 2015 adalah sebesar 304 ribu ton. 206 205 Akhirnya, Pemerintah dan Newmont Sepakati Renegosiasi Kontrak, http:www.hukumonline.comberitabacalt54084c3a7ee29akhirnya--pemerintah-dan-newmont- sepakati-renegosiasi-kontrak diakses pada tanggal 14 Maret 2015 206 Andrian, “Kembali Peroleh Izin Ekspor, Newmont Normalisasi Usaha Selama 6-8 Pekan,”http:www.jakpro.idkembali-peroleh-izin-ekspor-newmont-normalisasi-usaha-selama-6- 8-pekan diakses pada tanggal 14 Maret 2015 Berdasarkan keterangan diatas maka dapat diketahui bahwa metode penyelesaian sengketa yang digunakan oleh pemerintah dan PTNNT adalah negosiasi, walaupun pada awalnya PTNNT lebih memilih untuk menyelesaikannya melalui lembaga arbitrase internasional ICSID tetapi pada akhirnya lebih memilih untuk melakukan negosiasi dengan pemerintah. PTNNT lebih memilih negosiasi karena berbagai pertimbangan salah satunya adalah untuk menjaga hubungan baik dengan pemerintah karena bagaimanapun juga PTNNT melakukan usahanya di wilayah kedaulatan Indonesia dengan demikian sudah selayaknya PTNNT menghormati hukum yang berlaku di Indonesia. 90 BAB IV KEDUDUKAN LARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH TERHADAP PRINSIP-PRINSIP GENERAL AGREMENT ON TARIFFS AND TRADE GATT

A. Tinjauan Umum mengenai GATT

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt)

7 60 147

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

10 128 151

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 9

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 2

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 1 28

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 38

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 2 4

BAB II LARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Aspek Hukum Pertambangan di Indonesia - Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt)

0 0 33

ASPEK HUKUM PELARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH TERKAIT DENGAN PRINSIP-PRINSIP GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE (GATT) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 12