Tinjauan Umum mengenai GATT

90 BAB IV KEDUDUKAN LARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH TERHADAP PRINSIP-PRINSIP GENERAL AGREMENT ON TARIFFS AND TRADE GATT

A. Tinjauan Umum mengenai GATT

Dewasa ini kegiatan negara di bidang perdagangan internasional diatur sekumpulan peraturan internasional yang cukup rumit yang ketentuan-ketentuan pokoknya termuat dalam General Agreement on Tariffs and Trade GATT yang ditandatangani negara-negara pada tahun 1947. Disepakatinya GATT didasarkan pada pertimbangan bahwa hubungan antara negara di bidang perdagangan dan ekonomi harus dijalankan dengan sasaran untuk meningkatkan standar hidup, menjamin lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan dan pemenuhan kebutuhan, pemanfaatan sumber-sumber daya dunia sepenuhnya, serta memperluas produksi serta pertukaran barang. Cara mencapai tujuan-tujuan ini adalah dengan mengadakan pengaturan timbal balik dan saling menguntungkan untuk mengurangi tarif dan hambatan-hambatan perdagangan lain, serta menghilangkan diskriminasi dalam perdagangan internasional. 207 General Agreement on Tariffs and Trade adalah perjanjian internasional, multilateral, yang mengatur perdagangan internasional sesudah Perang Dunia Ke- II dan didirikan tahun 1948. GATT lahir setelah Perang Dunia Ke-II, setelah negara industri di Barat mengalami banyak proteksionisme dan semangat autarki yang berkembang setelah depresi besar tahun 1930-an. Pada masa tersebut, setiap negara membatasi perdagangan impor atau ekspor. Alasannya ialah proteksi untuk 207 Hata, Perdagangan Internasional Dalam Sistem GATT dan WTO Aspek-aspek Hukum dan Non Hukum Bandung: PT Refika Aditama, 2006, hlm.1-2. produsen, proteksi untuk konsumen, masyarakat, neraca pembayaran, pertanahan, dan keamanan. 208 Sebagaimana aslinya pada waktu disepakati di tahun 1947, General Agreement on Tariffs and Trade atau GATT merupakan produk negara maju dengan tujuan utama menyusun an open international economic regime suatu pengaturan ekonomi internasional yang bebas dan terbuka yang didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi transparency, non-diskriminasi non-discrimination or Most-Favored Nations , perlakuan nasional national treatment dan resiprositas reciprocity, di atas prinsip-prinsip mana hubungan dagang antara negara diharapkan dapat berjalan dengan serasi, dalam kesepakatan mana perdagangan dunia diharapkan dapat meningkat dengan pesat yang pada gilirannya akan memicu peningkatan pendapatan real dunia. 209 1. Sejarah Terbentuknya GATT Pada awalnya GATT ditujukan untuk membentuk International Trade Organization ITO, suatu badan khusus PBB yang merupakan bagian dari sistem Bretton Woods IMF dan Bank Dunia. Faktor pendorongnya adalah keinginanuntuk bangkit dari kehancuran akibat Perang Dunia II dan mengakhiri pengaruh sistem proteksionisme yang berkembang sejak awal tahun 1930. 210 208 HendraHalwani, Ekonomi Internasional Globalisasi Ekonomi Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hlm.333-334. 209 H.Gofar Bain, Uruguay Round dan Sistem Perdagangan Masa Depan Jakarta: Djambatan, 2001, hlm.1. 210 Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Direktorat Jenderal Multilateral Ekonomi Keuangan dan Pembangunan, Departemen Luar Negeri, WTO World Trade Organization Jakarta, Oktober, 2003. hlm.2. Meskipun Piagam ITO akhirnya disetujui dalam UN Conference on Trade and Development di Havana pada bulan Maret 1948, proses ratifikasi oleh lembaga-lembaga legislatif negara tidak berjalan lancar. Tantangan yang paling serius berasal dari Kongres Amerika Serikat, yang walaupun sebagai pencetus, AS tidak meratifikasi Piagam Havana dan ITO secara efektif tidak dapat dilaksanakan. 211 Meskipun tidak pernah berlaku, namun minimnya ratifikasi tersebut tidak menyebabkan GATT menjadi tidak berlaku. Para perunding GATT mengeluarkan suatu perjanjian internasional baru, yaitu the Protocol of Provisional Application, suatu protocol perjanjian yang memberlakukan GATT untuk sementara provisional. 212 Dengan diberlakukannya Protocol of Provisional Application, akhirnya GATT dapat beroperasi antara tahun 1948-1994. Secara de facto, GATT mampu mencapai hasil yang signifikan dalam meliberalisasi perdagangan dunia. Salah satu kunci keberhasilan GATT adalah pengurangan tariff diantara para pihak anggota GATT. 213 Hampir setengah abad, teks legal GATT masih tetap sama sebagaimana pada tahun 1948 dengan beberapa penambahan diantaranya bentuk persetujuan “plurilateral” disepakati oleh beberapa negara saja dan upaya-upaya pengurangan tarif 214 . Masalah-masalah perdagangan diselesaikan melalui serangkaian perundingan multilateral yang dikenal dengan nama “Putaran Perdagangan” trade round, sebagai upaya untuk mendorong liberalisasi perdagangan internasional. 215 211 Ibid. 212 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 106. 213 Meria Utama, Hukum Ekonomi Internasional Jakarta: Fikahati Aneska,2012, hlm.39. 214 Tarif adalah pajak yang dipungut atas barang yang diimpor. Atau dapat pula diartikan sebagai pajak yang dikenakan atas barang yang diangkut dari suatu wilayah kekuasaan politik satu ke wilayah lain. Lihat :Hata, Op.Cit., hlm.90. 215 Ibid. Pada tahun 1954-1955, teks GATT mengalami perubahan. Ada dua perubahan penting yang terjadi. Pertama, dikeluarkan protocol yang mengubah bagian 1 dan Pasal XXIX dan XXX dan protocol yang mengubah preambule dan bagian 2 dan 3. Protokol pertama mensyaratkan penerimaan oleh semua negara peserta. Namun karena Uruguay tidak meratifikasinya, protocol ini menjadi tidak berlaku sejak tanggal 1 Januari 1968. Sementara itu, protocol kedua mulai berlaku sejak tanggal 28 November 1957. 216 Pada tahun 1965, GATT mendapat tambahan bagian baru, yaitu bagian keempat. Bagian ini berlaku secara de facto tanggal 8 Februari 1965 dan mulai berlaku efektif tanggal 27 Juni 1965. Bagian ini khusus mengatur kepentingan perluasan ekspor bagi negara-negara sedang berkembang Pasal XXXVI-XXXVIII. 217 Selama 5 putaran berturut-turut 218 , perundingan perdagangan GATT hanya memusatkan pada upaya penurunan tariff lebih lanjut. Baru kemudian dalam Kennedy Round dipertengahan tahun 1960-an ditambahkan Anti-dumping Agreement 219 . Selanjutnya Tokyo Round 220 216 Huala Adolf, Op.Cit.,hlm.106. 217 Ibid. 218 5 putaran yang dimaksud terdiri atas; 1 putaran Geneva 1947, 2 putaran Anneey 1949, 3 putaran Uruguay 1951, 4 putaran Geneva 1956, 5 putaran Dillon 1960-61, lihat : https:www.wto.orgenglishthewto_ewhatis_etif_efact4_e.htm 219 Dumping adalah keadaan dimana sebuah perusahaan menjual produknya di negara lain lebih murah dari harga normal pasar dalam negerinya, Sedangkan Anti-dumping Agreement diartikan sebagai persetujuan WTO yang tidak bersifat menghakimi tapi lebih memfokuskan pada tindakan-tindakan yang boleh dilakukan oleh negara untuk mengatasi dumping. Lihat : Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Direktorat Jenderal Multilateral Ekonomi Keuangan dan Pembangunan, Departemen Luar Negeri, Op.Cit., hlm.32. 220 Hasil dari Tokyo Round terkait dengan kebijakan Tariffs, non-tariff measures, “framework”agreement. Lihat : https:www.wto.orgenglishthewto_ewhatis_etif_efact4_e.htm di tahun 1970-an mengambil langkah- langkah penting pertama menghadapi hambatan dagang tidak dalam bentuk tarif, dan berupaya juga untuk lebih menyempurnakan sistem yang berlaku. Putaran ke- delapan, yaitu Uruguay Round 221 1986-94, sebagai yang terakhir dan sangat luas cakupannya dibandingkan dengan putaran-putaran sebelumnya, kemudian mengarahkan pada pembentukan World Trade Organization WTO dan seperangkat kesepakatan perdagangan yang baru. 222 2. Tujuan dan Fungsi GATT Tujuan pembentukan GATT adalah untuk menciptakan suatu iklim perdagangan internasional yang aman dan jelas bagi masyarakat bisnis, serta untuk menciptakan liberalisasi perdagangan yang berkelanjutan, lapangan kerja dan iklim perdagangan yang sehat. Untuk mencapai tujuan itu, sistem perdagangan internasional yang diupayakan GATT adalah sistem yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di seluruh dunia. 223 Tujuan utama GATT dapat tampak dengan jelas pada preambule-nya. Pada pokoknya ada empat tujuan penting yang hendak dicapai GATT: 224 a. Meningkatkan taraf hidup umat manusia; b. Meningkatkan kesempatan kerja; c. Meningkatkan pemanfaatan kekayaan alam dunia; dan d. Meningkatkan produksi dan tukar-menukar barang. Ada tiga fungsi utama GATT dalam mencapai tujuannya; Pertama, sebagai suatu perangkat ketentuan aturan multilateral yang mengatur transaksi perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara anggota GATT dengan memberikan suatu perangkat ketentuan perdagangan the ‘rules of the road’ for trade ; Kedua, sebagai suatu forum wadah perundingan perdagangan. Di sini 221 Hasil dari Uruguay Round terkait kebijakan Tariffs, non-tariff measures, rules, services, intellectual property, dispute settlement, textiles, agriculture, creation of WTO 222 H.Gofar Bain, Op.Cit., hlm.112. 223 Huala Adolf, Op.Cit.,hlm.98. 224 Ibid. diupayakan agar praktik perdagangan dapat dibebaskan dari rintangan-rintangan yang mengganggu liberalisasi perdagangan. Selain itu, GATT mengupayakan agar aturan atau praktik perdagangan demikian itu menjadi jelas predictable, baik melalui pembukaan pasar nasional atau melalui penegakan dan penyebarluasan pemberlakuan peraturannya;Ketiga,GATT adalah sebagai suatu ‘pengadilan’ internasional di mana para anggotanya menyelesaikan sengketa dagangnya dengan anggota-anggota GATT lainnya. 225 3. Sekilas mengenai prinsip-prinsip GATT a. Prinsip non-diskriminasi. Prinsip ini meliputi: Prinsip Most Favoured Nation MFN principle , dan prinsip National Treatment NT Principle: 1 Prinsip most favoured nation MFN Prinsip ini diatur dalam Article section 1 GATT 1947, yang berjudul General Favoured Nation Treatment, merupakan prinsip Non Diskriminasi terhadap produk sesama negara-negara anggota WTO. 226 Pada pokoknya, klausul MFN ini adalah prinsip non- diskriminasi di antara negara-negara. Prinsip ini mensyaratkan suatu negara harus memberikan hak kepada negara lainnya sebagaimana halnya ia memberikan hak serupa kepada negara ketiga. 227 Pada umumnya klausul MFN mempunyai dua bentuk, MFN bersyarat conditional dan MFN tidak bersyarat unconditional. Berdasarkan klausul MFN bersyarat, apabila suatu negara memberikan keistimewaan kepada negara ketiga, maka ia wajib 225 Ibid. 226 Muhammad Sood, Op,Cit., hlm.41. 227 Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional Bandung: CV Keni Media, 2005, hlm. 26 untuk memberikan perlakuan yang sama kepada negara partnernya B, hanya setelah B telah memberikan perlakuan istimewa dengan menyepakati keuntungan timbal balik yang sama kepada mereka yang telah diberikan oleh A. 228 Sedangkan suatu klausul MFN yang tidak bersyarat mensyaratkan suatu negara A yang memberikan keistimewaan kepada suatu negara ketiga secara otomatis dan tanpa bersyarat memberikan perlakuan yang istimewa yang sama kepada partnernya B, tanpa persyaratan resiprositas dari B . 229 2 Prinsip perlakuan nasional national treatment Prinsip perlakuan nasional atau acapkali disebut juga sebagai klausul perlakuan national merupakan salah satu pengejawantahan dari prinsip non-diskriminasi. 230 Prinsip ini diatur dalam Article III GATT 1947, berjudul “National Treatment on International Taxation and Regulation” , yang menyatakan bahwa, ’this standard provides for inland parity that is say equality for treatment between nation and foreigners”. 231 Prinsip atau klausul ini mensyaratkan suatu negara untuk memperlakukan hukum yang sama yang diterapkan terhadap barang-barang, jasa-jasa atau modal asing yang telah memasuki pasar dalam negerinya dengan hukum yang diterapkan terhadap produk- produk atau jasa yang dibuat di dalam negeri. 232 228 Ibid. 229 Ibid. 230 Hualaa dolf, Op.Cit, hlm.24. 231 Mohaamad Sood, Op.Cit., hlm.43. 232 Huala adolf, Op.Cit, hlm.24. b. Prinsip resiprositas reciprocity principle Prinsip resiprositas Reciprocity Principle yang diatur dalam Article II GATT 1947, mensyaratkan adanya perlakuan timbal balik di antara sesama negara anggota WTO dalam kebijaksanaan perdagangan internasional. Artinya apabila suatu negara, dalam kebijaksanaan perdagangan internasionalnya menurunkan tariff masuk atas produk impor dari suatu negara, maka negara pengekspor produk tersebut wajib juga menurunkan tariff masuk untuk produk dari negara yang pertama tadi. Berdasarkan prinsip ini diharapkan setiap negara secara timbal balik saling memberikan kemudahan bagi lalu lintas barang dan jasa. Dengan demikian, pada akhirnya diharapkan setiap negara akan saling menikmati hasil perdagangan internasional yang lancar dan bebas. 233 Prinsip ini merupakan prinsip fundamental dalam GATT. Prinsip ini tampak pada preambule GATT dan berlaku dalam perundingan- perundingan tariff yang didasarkan atas dasar timbal balik dan saling menguntungkan kedua belah pihak. 234 233 Muhammad Sood., Op.Cit., hlm.45. 234 Hualaadolf, Op.Cit.,hlm.116. Paragraf 3 Pembukaan preambule GATT menyatakan sebagai berikut.“being desirous of contributing to these objectives by entering into reciprocal and mutual advantageous arrangements directed to the substantial reduction of tariffs and other varies to trade and to the eliminations of discrimination treatment in international commerce”. c. Prinsip penghapusan hambatan kuantitatif prohibition of quantitative restriction Ketentuan dasar GATT adalah larangan restriksi kuantitatif yang merupakan rintangan terbesar terhadap GATT. Restriksi kuantitatif terhadap ekspor atau impor dalam bentuk apa pun misalnya penetapan kuota impor atau ekspor, restriksi penggunaan lisensi impor atau ekspor, pengawasan pembayaran produk-produk impor atau ekspor, pada umumnya dilarang Pasal IX. 235 Hambatan kuantitatif ini dapat dilakukan dalam hal: pertama, untuk mencegah terkurasnya produk-produk esensial di negara pengekspor; kedua, untuk melindungi pasal dalam negeri khususnya yang menyangkut produk pertanian dan perikanan; ketiga, untuk mengamankan, berdasarkan escape clause Pasal XIX, meningkatnya impor yang berlebihan increase of imports di dalam negeri sebagai upaya untuk melindungi, misalnya terancamnya produksi dalam negeri; keempat , untuk melindungi neraca pembayaran luar negerinya Pasal XII. 236 d. Prinsip Perlindungan melalui tariff Pada prinsipnya GATT hanya memperkenankan tindakan proteksi terhadap industry domestic melalui tarif menaikkan tingkat tarifbea masuk dan tindak melalui upaya-upaya perdagangan lainnya non-tarif commercial measures . 237 235 Huala adolf, Op.Cit.,hlm.113. 236 Ibid. 237 Ibid., hlm.114. Meskipun dibolehkan, penggunaan tariff ini tetap tunduk pada ketentuan-ketentuan GATT. Misalnya saja, pengenaan atau penerapan tariff tersebut sifatnya tidak boleh diskriminatif dan tunduk pada komitmen tarifnya kepada GATTWTO. 238 Komitmen tariff ini maksudnya adalah tingkat tariff dari suatu negara terhadap suatu produk tertentu. Tingkat tariff ini menjadi komitmen negara tersebut yang sifatnya mengikat. Oleh karena itu, suatu tariff tidak dapat semena-mena menaikkan tingkat tariff yang telah ia sepakati, kecuali diikuti dengan negosiasi mengenai pemberian mengenai kompensasi dengan mitra-mitra dagangnya Pasal XXVII. 239

B. Indonesia dalam GATT dan WTO

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt)

7 60 147

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

10 128 151

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 9

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 2

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 1 28

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 38

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 2 4

BAB II LARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Aspek Hukum Pertambangan di Indonesia - Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt)

0 0 33

ASPEK HUKUM PELARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH TERKAIT DENGAN PRINSIP-PRINSIP GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE (GATT) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 12