Umur dan Pengalaman Berdagang Tingkat Pendidikan

43 Pedagang Kecamatan merupakan pedagang yang lokasinya berada di daerah kecamatan. Pedagang ini memiliki tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang desa. Pedagang kecamatan lebih memilih menunggu petani di rumahnya untuk menjual Biji Kakaonya sedangkan ada beberapa pedagang kecamatan yang menunggu di titik-titik tertentu yang di jadikan pasar sementara untuk mendapatkan Biji Kakao yang berasal dari petani. Sedangkan pedagang kabupaten merupakan pedagang yang memiliki tingkat lebih tinggi dari pedagang kecamatan. Pedagang kabupaten mendapatkan Biji Kakao dengan mendatangi pedagang kecamatan atau petani cecara langsung. Ada juga beberapa pedagang kabupaten yang menunggu di titik-titik tertentu seperti yang dilakukan oleh pedagang kecamatan dan ada pula pedagang kabupaten untuk mendapatkan Biji Kakao memilih menunggu petani di rumahnya untuk mendapatkan Biji Kakao dari petani. Pedagang Besar Konsumen Perantara mendapatkan Biji Kakao dari pedagang kecamatan dan pedagang kabupaten. Pedagang besar konsumen perantara pada penelitian terdapat dua pedagang yaitu berasal dari Blitar dan berasal dari PT.Pagilaran. Kebanyakan saluran tataniaga Biji Kakao mengalir ke arah Blitar. Sedangkan yang mengarah ke PT. Pagilaran hanya bearasal dari Pedagang Kecamatan yang berasal dari daerah Dagangan. Hal tersebut dilakukan karena awal mulanya Kakao berasal dari daerah Dagangan dan yang mengenalkan tananaman Kakao adalah PT. Pagilaran. Namun, semakin berkembangnya tanaman Kakao maka semakin luas pula pesaing dari Blitar yang memasuki pasar Kakao di Kabupaten Madiun. Hal tersebut menjadikan para petani Kakao berpindah menjual Biji Kakao ke Blitar karena lebih transparan dalam masalah harga. Selain itu ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh pedagang responden antara lain : umur pedagang, pengalaman berdagang dan tingkat pendidikan pedagang Kakao.

5.3.1. Umur dan Pengalaman Berdagang

Umur pedagang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya kinerja berdagang. Pengalaman berdagang dapat mempengaruhi cara 44 dan keahlian berdagang Kakao, misalnya dalam menentukan volume penjualan, kerjasama dengan dengan petani dan antar pedagang serta kecepatan memperoleh informasi pasar. Pada Tabel 22 disajikan karakteristik pedagang responden berdasarkan umur dan pengalaman berdagang. Tabel 22. Karakteristik Pedagang Responden Berdasarkan Umur dan Pengalaman Berdagang Tahun 2012 Karakteristik Jumlah Responden Orang Persentase Umur Tahun 21-30 31-40 41-50 51 1 4 11 4 5 20 55 20 Total 20 100 Pengalaman Berdagang Tahun 1-5 6-10 11-15 15 9 3 5 3 45 15 25 15 Total 20 100 Tabel 22 menunjukkan bahwa sebesar 55 persen persen pedagang berusia antara 41-50 tahun, 20 persen pedagang sama-sama berusia diantara 31-40 tahun dan diatas 51 tahun dan 5 persen berusia 21-30 tahun. Pengalaman berdagang sebagian besar berkisar 1-5 tahun yaitu sebanyak 45 persen dari total responden, sejumlah pedagang lainnya memiliki pengalaman berdagang antara 6-10 tahun sebesar 15 persen, 11-15 tahun sebesar 25 persen dan diatas 15 tahun sebesar 15 persen.

5.3.2. Tingkat Pendidikan

Sebagian besar responden yang diwawancarai pernah mengikuti pendidikan formal. Namun tingkat pendidikan yang diikuti oleh pedagang tersebut masih rendah. Ditinjau dari tingkat pendidikan yang pernah diikuti oleh responden maka dapat digolongkan atas beberapa kategori. Berdasarkan tingkat pendidikan yang diperoleh maka proporsi terbesar adalah pedagang Kakao yang tamat dari 45 Sekolah Dasar SD, yaitu sebesar 40 persen. Karakteristik petani responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23.Karakteristik Pedagang Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden orang Persentase 1 Tidak tamat sekolah 2 10 2 Tamat SDsederajat 8 40 3 Tamat SLTPsederajat 5 15 4 Tamat SLTAsederajat 3 25 5 Tamat Sarjana 2 10 Total 20 100 Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa mayoritas pedagang responden merupakan tamatan dari SDsederajat. Ada pula responden yang tidak tamat SD, atau responden tersebut hanya bersekolah pada kelas 2 dan 4 SD saja. Sebagian responden lain memiliki tingkat pendidikan sebanyak 25 persen yaitu responden yang tamat SLTAsederajat, 15 persen responden tamat SLTPsederajat, 10 persen responden tidak tamat sekolah dan ada pula responden yang telah menyelesaikan pendidikan sampai dengan sarjana sebanyak 10 persen dari total responden.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Saluran Tataniaga

Dalam penelitian ini analisis tataniaga Biji Kakao kering yang berada di Kecamatan Dagangan, Kare dan Gemarang di dapatkan lima pola saluran tataniaga Biji Kakao. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa petani Biji Kakao sangat mengandalkan peran lembaga tataniaga dalam memasarkan produknya. Oleh sebab itu, dari hasil penelitian di Kecamatan Dagangan, Kare dan Gemarang terdapat lima saluran pemasaran yang diantaranya yaitu : a. SaluranI : petani  pedagang desa  pedagang kecamatan  pedagang besar. b. SaluranII : petani  pedagang desa  pedagang kabupaten  pedagang besar. c. SaluranIII : petani  pedagang kecamatan  pedagang besar. d. SaluranIV : petani  pedagang kecamatan  pedagang besar. e. SaluranV : petani  pedagang kabupaten  pedagang besar. Secara grafis alur sistem tataniaga Biji Kakao di Kecamatan Dagangan, Kare dan Gemarang dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Saluran Tataniaga Biji Kakao di Kecamatan Dagangan, Kare dan Gemarang Tahun 2012 16,7 26,7 Saluran III Saluran V Saluran II Petani Pedagang Desa Pedagang Kecamatan Pedagang Besar I Pedagang Besar II Pedagang Kabupaten Saluran I Saluran IV 30 13,3 13,3