67 kilogram. Untuk lebih jelasnya mengenai keuntungan tataniaga, margin tataniaga,
harga beli, dan harga jual Biji Kakao kering di masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat pada saluran tataniaga satu dapat dilihat pada Tabel 25.
e. Margin Tataniaga Saluran V
Pada saluran satu ini melibatkan petani, pedagang desa, pedagang kecamatan, pedagang kabupaten dan pedagang besar. Petani yang digunakan responden
berjumlah sembilan orang. Volume Biji Kakao kering yang dijual melalu saluran ini sebanyak 840 kilogram. Harga jual di tingkat petani pada saluran satu adalah Rp
14.500,00 per kilogram dan harga jual di konsumen akhir sebesar Rp 20.500,00 per kilogram. Total biaya tataniaga saluran satu sebesar Rp 3.662,22 per kilogram, total
keuntungan sebesar Rp 15.716,70 per kilogram, dan total margin tataniaga saluran satu adalah sebesar Rp 20.278,79 per kilogram. Untuk lebih jelasnya mengenai
keuntungan tataniaga, margin tataniaga, harga beli, dan harga jual Biji Kakao kering di masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat pada saluran tataniaga satu dapat
dilihat pada Tabel 25.
6.5.2. Farmer’s Share
Pendapatan yang diterima petani farmer’s share merupakan perbandingan
persentase harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar di tingkat konsumen akhir dan dinyatakan dalam bentuk persen. Besarnya bagian yang diterima
petani jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 26 berikut.
Tabel 26. Farmer’s Share pada Saluran Tataniaga Biji Kakao Kering di Kecamatan
Dagangan, Kare dan Gemarang Saluran
pemasaran Harga di tingkat
petani RpKg Harga di tingkat
konsumen RpKg Farmer’s Share
I 12000
20500 58.54
II 11000
19000 57.89
III 12250
17500 70.00
IV 13000
20500 63.41
V 14500
20500 70.73
68 Farmer’s share tertinggi diantara lima saluran yaitu pada saluran lima yaitu
sebesar 70,73 persen yaitu terdiri petani, pedagang kabupaten dan pedagang besar. Hal tersebut disebabkan karena jumlah Biji Kakao yang mengalir di saluran lima ini
merupakan yang paling banyak karena pada saluran ini banyak petani yang jumlah produksi Biji Kakaonya melimpah. Pada saluran lima ini jumlah Biji Kakao kering
sebanyak 840 kilogram.
6.5.3. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
Analisis rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengukur penyebaran keuntungan pada setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam setiap saluran
tataniaga. Persentase keuntungan tataniaga terhadap biaya tataniaga teknis operasional untuk mengetahui tingkat efisiensinya. Rasio keuntungan diperoleh
dari pembagian keuntungan tataniaga lembaga tataniaga tingkat ke-i Li dengan biaya tataniaga di lembaga tataniaga tingkat ke-i Ci. Keuntungan tataniaga
diperoleh dari selisih harga jual dengan harga beli pada masing-masing lembaga tataniaga dikurangi dengan biaya tataniaga. Pada saluran I total rasio keuntungan dan
biaya mencapai 39,47 yang menandakan bahwa setiap Rp 1kilogram yang dikeluarkan maka akan mmeghasilkan keuntungan sebesar Rp 39,47,-.
Untuk saluran II memiliki rasio keuntungan dan biaya sebesar 21,87. Hal tersebut menyatakan bahwa setiap Rp 1kilogram yang dikeluarkan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp 21,87. Sedangkan utuk saluran III rasio keuntungan dan biaya adalah 53,84. Dimana di setiap Rp 1kilogram yang dikeluarkan menghasilkan
keuntungan sebesar 53,84. Untuk saluran IV rasio keuntungan dan biayanya mencapai 31,93. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap Rp 1 kilogram yang
dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 31,93 kilogramnya. Sedangkan untuk saluran V rasio keuntungan dan biaya sebesar 22,63. Keuntungan setiap Rp
1kilogramnya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 22,63. Berdasarkan rasio keuntungan dan biaya terbesar berdasarkan uraian diatas
dapat dilihat pada saluran III yaitu sebesar 53,84. Namun, hal tersebut belum bisa menyimpulkan jika pada saluran III yang terbaik karena masing-masing saluran
69 memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Pada Tabel 27 dapat dilihat analisis rasio dan
keuntungan biaya pada lembaga tataniaga Biji Kakao kering di Kecamatan Dagangan, Kare dan Gemarang.
Tabel 27. Rasio Keuntungan dan Biaya Pada Setiap Saluran Tataniaga
Lembaga Tataniaga Saluran Tataniaga
I II
III IV
V
Petani
Li 11284.67
9036.55 11580.64
12370.73 13506.16 Ci
326.04 877.78
229.17 408.06
660.24 Rasio LiCi
34.61 10.29
50.53 30.32
20.46
Pedagang Desa
Li 2472.01
2984.38 Ci
1127.99 265.63
Rasio LiCi 2.19
11.24
Pedagang Kecamatan
Li 1165.55
1264.71 1929.30
Ci 734.45
485.29 2070.70
Rasio LiCi 1.59
2.61 0.93
Pedagang Kabupaten
Li 531.49
1187.50 Ci
2468.51 1812.50
Rasio LiCi 0.22
0.66
Pedagang Besar Blitar Konsumen Perantara
Li 1559.08
187.50 1416.67
1809.52 Ci
1440.92 1562.50
2083.33 1190.48
Rasio LiCi 1.082
0.12 0.68
1.52
Pedagang Besar PT. Pagilaran Konsumen
Perantara Li
1441.18 Ci
2058.82 Rasio LiCi
0.7
70
6.5.4. Efisiensi Tataniaga