6
1.2. Perumusan Masalah
Pembudidayaan tanaman Kakao Theobroma cacao di Kabupaten Madiun awalnya dimulai di wilayah Kecamatan Dagangan pada tahun 1991 dengan luas 250
ha. Pada tahun 2010 luas lahan tanaman Kakao naik menjadi 3374 ha. Dari perkembangan luas lahan tersebut terdapat 3 kecamatan dari 15 kecamatan yang
memiliki luas lahan cukup luas dan dapat dikatakan sebagai daerah sentra yaitu Kecamatan Dagangan 943 ha, Kecamatan Kare 1324 ha dan Kecamatan
Gemarang 729 ha. Selain itu, produksi Kakao dari 15 kecamatan yang menjadi sentra produksi terdapat 3 kecamtan yang terbesar diantara Kecamatan Dagangan
225 ton, Kecamatan Kare 169 ton dan Kecamatan Gemarang 69 ton. Petani Kakao di Kecamatan Dagangan, Kare dan Gemarang merupakan
sebagai pihak penerima harga price taker. Berdasarkan informasi yang diperoleh dilapangan harga Biji Kakao kering di tingkat petani berfluktuatif yaitu Rp 11.000,00
– Rp 14.500,00 kilogram. Sedangkan harga yang diterima pedagang besar konsumen perantara mencapai Rp 17.500,00
– Rp 20.500,00. Perbedaan tersebut di pengaruhi oleh keadaan infrastruktur yang kurang baik dimana keadaan lokasi
penelitian terjal dan relatif jauh jarak satu tempat ke tempat lainnya. Oleh karena itu, berpindahnya barang-barang niaga dari pusat produksi kepusat konsumsi kadang-
kadang membutuhkan waktu yang cukup lama. Adanya jarak ini memungkinkan timbulnya resiko yang perlu ditangani dan berhubungan dengan masalah biaya-biaya
pemasaran yang harus dikeluarkan. Selama tenggang waktu tersebut, haruslah ada lembaga tataniaga yang dapat menjembataninya. Oleh karena itu, dalam tataniaga Biji
Kakao tersebut diperlukannya analisis mengenai saluran tataniaga yang mengingat bervariasinya saluran tataniaga yang ditempuh petani Kakao di Kecamatan
Dagangan, Kare dan Gemarang. Analisis Tataniaga pada pola saluran Biji Kakao perlu dilakukan sehingga
dapat diketahui saluran mana yang lebih efisien. Dengan adanya pola saluran yang efisien dapat diketahui saluran tataniaga yang dapat memberikan maanfaat bagi
petani dan lembaga yang terlibat dari saluran tataniaga yang efisien dengan melihat keadaan infrastruktur yang berada di Kecamatan Dagangan, Kare dan Gemarang.
7 Dengan melihat permasalahan di atas yang terjadi di Kecamatan Dagangan,
Kare dan Gemarang maka penelitian ini akan mengangkat topik mengenai analisis tataniaga Biji Kakao di Kecamatan Dagangan, Kare dan Gemarang di Kabupaten
Madiun dengan perumusan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana saluran tataniaga Biji Kakao dan fungsi – fungsi tataniaga Biji Kakao yang dilakukan oleh lembaga
– lembaga tataniaga pada komoditas Biji Kakao? 2.
Bagaimana struktur dan perilaku pasar pada masing – masing lembaga tataniaga Biji Kakao yang terlibat?
3. Bagaimana efisiensi saluran tataniaga Biji Kakao berdasarkan margin tataniaga,
farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya?
1.3. Tujuan Penelitian