Konsep Tataniaga Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian yang akan dilakukan. Batasan-batasan tersebut terkait dengan variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah analisis tataniaga Biji Kakao di Kecamatan Kare, Kecamatan Dagangan dan Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun terdiri dari saluran tataniaga, lembaga tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. Selain itu variabel yang akan diteliti meliputi margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya untuk menilai efisiensi pemasaran secara operasional.

3.1.1. Konsep Tataniaga

Istilah tataniaga diartikan sama dengan istilah pemasaran. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain Kotler, 2002. Tataniaga merupakan rangkaian tahapan fungsi yang dibutuhkan untuk mengubah atau membentuk input produk mulai dari titik produsen sampai konsumen akhir. Serangkaian fungsi tersebut terdiri dari proses produksi, pengumpulan, pengolahan, dan penyaluran oleh grosir, pedagang pegecer sampai konsumen Dahl dan Hammond, 1977. Kohls dan Uhl 2002, mendefinisikan pemasaran maupun tataniaga pertanian merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi petani sampai konsumen akhir, yang mencangkup aspek input dan output pertanian. Kohls dan Uhl 2002 menggunakan beberapa pendekatan dalam menganalisis sistem tataniaga yaitu : 1. Pendekatan Fungsi The Fungsional Approach Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui fungsi tataniaga apa saja yang dijalankan oleh pelaku yang terlibat dalam tataniaga. 17 Fungi-fungsi tersebut adalah fungsi pertukaran pembelian dan penjualan, fungsi fisik penyimpanan, transportasi, dan pengolahan dan fungsi fasilitas standarisasi, resiko, pembiayaan, dan informasi pasar. 2. Pendekatan Kelembagaan The Institutional Approach Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui beberapa macam lembaga atau pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Pelaku-pelaku ini adalah pedagang perantara menchant middleman yang terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pedagang spekulatif, agen, manufaktur dan organisasi lainnya yang terlibat. 3. Pendekatan Sistem The Behavior System Approach Merupakan pelengkap dari pendekatan fungsi kelembagaan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas dalam proses tataniaga, seperti perilaku lembaga yang terlibat dalam tataniaga dan kombinasi dari fungsi tataniaga. Pendekatan ini terdiri dari the input-output system, the power system dan the communication system. Menurut Limbong dan Sitorus 1987, tataniaga merupakan serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari titik produsen ke konsumen. Konsep yang paling mendasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan rasa kehilangan, berdasarkan kebutuhan inilah maka konsumen akan memenuhi kebutuhannya dengan mempertukarkan produk dan nilai dari produsen. Suatu produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi keinginan konsumen.

3.1.2. Lembaga-Lembaga Tataniaga