Politik luar negeri yang diwujudkan kedua negara, yaitu Amerika Serikat dan Irak sangat bersinggungan sehingga memunculkan konflik yang akhirnya
melahirkan Perang Teluk III. Politik luar negeri Irak yang berambisi untuk menjadi pemimpin di dunia Arab sangat membahayakan posisi Amerika Serikat
dan Israel sebagai kekuatan lain di wilayah Arab. Amerika Serikat dengan politik luar negeri standar gandanya merasa perlu mengamankan kepentingannya dan
menyelamatkan Israel dengan cara mengintervensi Irak. Semakin jelas bahwa politik standar ganda Amerika Serikat selain mengutamakan kepentingan politik,
ekonomi dan militernya sendiri, Amerika Serikat juga berusaha untuk melindungi kepentingan sekutunya yaitu Israel di wilayah Timur Tengah.
c. Politik Internasional
Politik luar negeri tidak dapat dipisahkan dari politik internasional, karena pada dasarnya politik internasional adalah bentuk implementasi dari politik luar
negeri suatu negara. Kebijakan politik luar negeri suatu negara disebut dengan politik internasional. Mengingat kaitan yang erat itu maka politik luar negeri tidak
bisa dilepaskan dari politik internasional. Jika kita berbicara mengenai politik luar negeri maka kita tidak bisa meninggalkan politik internasional atau politik dunia.
Kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat terhadap Irak berkembang menjadi politik internasional Amerika Serikat di wilayah Timur Tengah, karena
secara geografis Irak merupakan bagian dari wilayah Timur Tengah. Dan sedikit banyak politik internasional Amerika Serikat ini berpengaruh baik secara
langsung atau tidak langsung terhadap negara-negara di wilayah Timur Tengah. Menurut Hans J. Morgenthau dalam Totok Sarsito 1993: 22 politik
internasional atau politik dunia pada hakekatnya merupakan ”A Struggle for Power” perjuangan untuk memperoleh kekuasaan. Dikatakan oleh Morgenthau
bahwa ”international politics, like all politics, is a struggle of power. Whatever the ultimate aims of politics, power is always the immediate aim”.
M. Amien Rais juga sependapat dengan Hans J. Morgenthau bahwa politik internasional selalu berarti politik kekuasaan, yaitu ditandai dengan kenyataan
bahwa masing-masing negara selalu berjuang untuk memperoleh dan menambah kekuasaan M. Amien Rais,1989: 28.
Dahlan Nasution 1984: 23 juga mengartikan politik internasional sebagai suatu struggle for power. Power adalah selalu menjadi tujuan langsung. Jadi
apapun tujuan akhir negarawan, bila mereka merealisasikan tujuan-tujuan tersebut dengan alat-alat politik internasional maka mereka telah berusaha memperoleh
power. Atau dengan kata lain karena mereka memilih power untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka adalah pelaku-pelaku dalam adegan politik
internasional. Perjuangan untuk memperoleh kekuatan struggle for power dalam ruang
dan waktu bersifat universal. Tidak dapat dipungkiri bahwa selama masa perjalanan sejarah, tidak peduli dengan keadaan sosial, ekonomi maupun politik
apapun, negara-negara di dunia ini senantiasa saling bertemu dalam suatu kontes untuk mendapatkan “power”. Hal demikian ini adalah wajar adanya mengingat
bahwa setiap diri manusia selalu memiliki dorongan untuk hidup, berkembang biak serta menguasai yang lain. Oleh karena itu, pengamatan terhadap politik luar
negeri tidak lain merupakan pengamatan terhadap power atau politik luar negeri negara-negara Totok Sarsito, 1993: 24 dalam Morgenthau, 1973: 34.
Dalam definisi lain, politik internasional diartikan sebagai usaha suatu negara dalam mengejar kepentingannya di luar batas yurisdiksinya. Sementara
tujuan utama dari politik internasional adalah mendapatkan power dengan cepat Andrik Purwasito, 1994: 6.
M. Amien Rais 1989: 14 berpendapat bahwa politik internasional pada dasarnya bersifat anarkis. Oleh karena perang seringkali dijadikan jalan terakhir
untuk menyelesaikan konflik kepentingan antar negara. Anarki internasional ini dapat terjadi berhubung sistem internasional sampai sekarang ini belum berhasil
membuat suatu “supreme power” atau suatu “world government”, yaitu suatu pemerintahan dunia yang bersifat supra nasional. Jadi pada hakekatnya anarki
internasional itu merupakan “a state of war” dimana kekuatan fisik atau militer menjadi ultima ratio yaitu penentu terakhir atas pertikaian antara berbagai negara
setelah cara-cara lain gagal menyelesaikan pertikaian itu.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa politik internasional merupakan perjuangan suatu negara
untuk memperoleh kekuasaan struggle for power di luar batas yurisdiksinya walaupun harus melalui cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan konflik
kepentingan antar negara.
2. Hakekat Intervensi