f. Cara Penyelesaian Konflik
Konflik merupakan gejala ilmiah dan tidak dapat dielakkan dalam kehidupan sosial, namun konflik tidak harus berkepanjangan. Motivasi untuk
mengakhiri konflik bisa karena lelah atau bosan dan karena adanya keinginan untuk mencurahkan tenaganya ke hal-hal lain. Simmel dalam Doyle Paul Johnson
1986 menganalisa beberapa bentuk atau cara untuk mengakhiri konflik termasuk menghilangkan dasar konflik dari tindakan-tindakan mereka yang sedang
berkonflik, kemenangan pihak yang satu dan kekalahan pihak yang lain, kompromi, perdamaian dan ketidakmungkinan untuk berdamai.
Dalam menyelesaikan sebuah konflik terdapat 2 cara yang biasa digunakan yaitu penyelesaian konflik secara persuasif dan penyelesaian konflik secara
kekerasan atau koersif. Cara persuasif menggunakan perundingan dan musyawarah untuk mencari titik temu antara pihak-pihak yang berkonflik. Cara
ini menghasilkan penyelesaian konflik secara tuntas, artinya tidak ada perbedaan antara pihak-pihak yang tadinya berkonflik karena titik temu telah dihasilkan atas
keinginan sendiri. Sedangkan penyelesaian konflik secara koersif menggunakan kekerasan fisik atau ancaman kekerasan fisik untuk menghilangkan perbedaan
pendapat antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Kekerasan ini meliputi penggunaan benda-benda fisik untuk merugikan secara fisik, menyakiti, melukai
atau membunuh orang lain. Cara koersif menghasilkan penyelesaian konflik dengan kualitas rendah karena konflik sebenarnya belum selesai secara tuntas.
Ada 5 urutan cara penyelesaian konflik yang lazim digunakan yaitu : 1
Konsiliasi atau Perdamaian, yaitu suatu cara untuk mempertemukan pihak- pihak yang beselisih guna mencapai persetujuan bersama untuk berdamai.
2 Mediasi Mediatio, yaitu suatu cara untuk menyelesaikan pertikaian dengan
menggunakan seorang pengantar mediator yang fungsinya hampir sama dengan konsiliator.
3 Arbitrasi Arbitrium, artinya melalui pengadilan dengan seorang hakim
arbiter sebagai pengambil keputusan. Keputusan arbiter ini mengikat kedua pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang hakim harus ditaati.
4 Paksaan Coersion, ialah suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan
menggunakan paksaan fisik atau psikologis. Bila paksaan psikologis tidak berhasil, dipakailah paksaan fisik.
5 Detente Mengendorkan, ialah mengurangi hubungan tegang antara dua pihak
yang bertikai. Cara ini hanya merupakan persiapan untuk mengadakan pendekatan dalam rangka pembicaraan tentang langkah-langkah mencapai
perdamaian Hendro Puspito O.C., 1989:250.
Dalam penyelesaian konflik Amerika Serikat dan Irak dilakukan dengan cara paksaan coercion karena perang dijadikan alternatif untuk menyelesaikan
konflik yang ada. Amerika Serikat sebagai pihak yang memunculkan konflik dan juga sebagai pihak yang kuat menjadikan perang sebagai alat untuk mencapai
keinginannya menghancurkan dan membentuk Irak baru yang condong pada kebijakannya.
g. Akibat Konflik