bertentangan. Amerika Serikat ingin menguasai Irak untuk mengambil keuntungan atas ladang minyak Irak kepentingan ekonomi. Amerika Serikat
juga ingin menguasai wilayah Timur Tengah demi kepentingannya pribadi dan untuk melindungi posisi Israel.
d. Tujuan Konflik
Tujuan konflik menurut D. Hendropuspito 1989 adalah pihak-pihak yang terlibat dalam bentrokan dikuasai oleh keinginan untuk mencapai suatu hasil yang
dipersengketakan. Sedangkan menurut Dahlan Nasution 1989 konflik dengan sasaran keseimbangan bertujuan untuk mencapai keadaan seimbang menguasai
suatu masalah yang dipertentangkan. Konflik dengan hegemoni bertujuan untuk mendominasi. Para pelaku konflik tidak hanya semata-mata menunjukkan
perhatian kepada satu sasaran tertentu melainkan kepada berbagai sasaran dan berusaha mencapai keunggulan sebanyak mungkin.
Paul Conn dalam Sudiono Sastroatmojo 1995 menyebutkan tujuan konflik sebagai berikut:
1 Bahwa pihak yang bertikai dalam konflik mempunyai tujuan yang sama, yaitu
sama-sama ingin mendapatkan, semisal memperebutkan kekuasaan, sehingga masing-masing berusaha mendapatkan kekuasaan tersebut.
2 Salah satu pihak ingin mendapatkan sedangkan pihak yang lain ingin
mempertahankan apa yang selama ini dimiliki atau diyakini. 3
Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik berusaha mempertahankan apa yang telah ada agar tidak terlepas ke tangan orang lain.
Konflik yang terjadi antara Amerika Serikat dan Irak lebih mendekati pada tujuan konflik yang dikemukakan oleh Paul Conn yang dikutip oleh Sudiono
Sastroatmojo, yaitu bahwa pihak yang bertikai mempunyai tujuan sama-sama ingin mendapatkan kekuasaan. Irak dibawah Saddam Hussein masih berambisi
untuk menjadi pemimpin di Timur Tengah. Sebaliknya Amerika Serikat juga ingin menguasai geopolitik di wilayah Timur Tengah. Masing-masing pihak
berusaha untuk mendapatkan dan mempertahankan apa yang dimiliki agar tidak jatuh ke tangan pihak lain.
e. Fungsi Konflik
Achmad Fedyani Saifudin 1986 menyebutkan fungsi konflik sebagai berikut:
1 Konflik berfungsi mencegah dan mempertahankan identitas dan batas-batas
kelompok sosial dan masyarakat. 2
Konflik dapat melenyapkan unsur-unsur yang memecah belah dan menegakkan kembali persatuan. Konflik dapat meredakan ketegangan antara pihak-pihak
yang bertentangan sehingga dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa konflik berfungsi sebagai stabilisator sistem sosial.
3 Konflik suatu kelompok dengan kelompok lain menghasilkan mobilisasi energi
para anggota kelompok yang bersangkutan sehingga kohesi setiap kelompok ditingkatkan.
4 Konflik dapat menciptakan jenis-jenis interaksi yang baru diantara pihak-pihak
bertentangan yang sebelumnya tidak ada. Konflik berlaku sebagai rangsangan untuk menciptakan aturan-aturan dan sistem norma yang baru, yang mampu
mengatur pihak-pihak yang bertentangan sehingga keteraturan sosial kembali terwujud.
5 Konflik dapat mempersatukan orang-orang atau kelompok-kelompok yang
tadinya tidak saling berhubungan. Koalisi dan organisasi dapat timbul dimana kepentingan pragmatik utama dan pelakunya terlibat.
Konflik yang dimunculkan Amerika Serikat di Irak berfungsi untuk menciptakan jenis interaksi baru yang sebelumnya tidak ada. Konflik yang
diciptakan Amerika Serikat di Irak ini memunculkan jenis interaksi baru karena Irak setelah perang menjadi ”negara boneka” Amerika Serikat. Konflik yang
berakibat pada terjadinya Perang Teluk III ini juga melahirkan adanya aturan dan norma-norma baru di Irak yang sengaja diarahkan oleh Amerika Serikat.
f. Cara Penyelesaian Konflik