IV. GAMBARAN UMUM KINERJA KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
4.1. Gambaran Administratif Jawa Tengah
Jawa Tengah sebagai salah satu Propinsi di Jawa terletak diantara dua Propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur memiliki potensi ekonomi yang
besar dalam pencapaian derajat kemandirian daerah melalui penggalian sumber- sumber keuangan yang potensial. Provinsi Jawa Tengah yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi sehingga memiliki peluang tinggi dalam pencapain tingkat percepatan pembangunan melalui peningkatan pendapatan
daerah. Secara administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten
dan 6 Kota, yang terbagi kedalam 565 kecamatan, 764 kelurahan dan 7804 desa. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari
luas pulau Jawa 1,70 persen luas Indonesia. Luas yang ada terdiri dari 1 juta hektar 30,80 persen lahan sawah dan 2,25 juta hektar 69,20 persen bukan lahan
sawah. Dengan posisi strategis Provinsi Jawa Tengah memiliki peluang besar dalam pembangunan secara berkelanjutan bagi kemajuan daerahnya di masa
mendatang.
4.2. Kemampuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah
Pelaksanaan otonomi yang telah berlangsung dari tahun 2001 memberi dampak positif terhadap kinerja PAD Provinsi Jawa Tengah. Hal ini ditunjukkan
pada Gambar 4.1 dimana nilai PAD terus mengalami peningkatan dengan nilai
280,65 Milyar Rupiah pada tahun 1995 menjadi 2.550,72 Milyar Rupiah pada tahun 2006 mengalami peningkatan 809 persen.
Sumber : BPS, 2008 diolah
Gambar 4.1. Perkembangan PAD Provinsi Jawa Tengah Milyar Rupiah
4.3. Kinerja PAD Daerah di Jawa Tengah.
PAD sebagai cerminan kemandirian daerah dalam pengelolaan keuangannya dalam artian semakin tinggi kontribusi PAD maka daerah semakin
mandiri. Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa kontribusi PAD terhadap pengeluaran total kabupatenkota Jawa Tengah sebelum desentralisasi 1995
lebih baik dibandingkan setelah desentralisasi 2006 yang menunjukkan meningkatnya kemampuan daerah dalam mencapai kemandirian. Pada Gambar
menunjukkan bahawa kontribusi PAD terbesar setelah pelaksanaan desentralisasi adalah pada Kota Semarang dengan tingkat kontribusi terendah wilayah Demak,
namun secara rata-rata nilai PAD pada kabupatenkota terus mengalami peningkatan Lampiran 2.
500 1000
1500 2000
2500 3000
PAD
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
Keterangan : Kota
1. Cilacap 2. Banyumas
3. Purbalingga 4. Banjar Negara
5.Kebumen 6. Purworejo
7.Wonosobo 8. Magelang
9. Boyolali 10. Klaten
11.Sukoharjo 12.Wonogiri
13. KR.Anyar 14.Sragen
15.Grobogan 16.Blora
17.Rembang 18. Pati
19. Kudus 20.Jepara
21.Demak 22.Semarang
23.Temanggung 24. Kendal
25. Batang 26. Pekalongan
27. Pemalang 28. Tegal
29. Brebes 30. Magelang
31. Surakarta 32. Salatiga
33. Semarang 34. Pekalongan
35.Tegal
Sumber : Lampiran 2
Gambar 4.2. Perkembangan Kontribusi PAD terhadap Pengeluaran Total Daerah Jawa Tengah Tahun 1995 dan 2006
4.4. Kinerja Transfer Daerah di Jawa Tengah