5.6. Hasil Estimasi Parameter Model PAD
Hasil estimasi output faktor-faktor yang mempengaruhi PAD dengan menggunakan pembobotan cross section weight dan white cossection covariance
menunjukkan nilai R- Squared 0,99 dalam model PAD. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel-variabel dalam model dapat menjelaskan varaibel independennya
sebesar 99 persen dan sisanya dijelaskan variabel lainnya diluar model. Tabel 5.4. Hasil Estimasi Output Faktor-faktor yang Mempengaruhi PAD dengan
Menggunakan Pembobotan Cross Section Weight dan White cossection Covariance.
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob.
C 9,003827
1,637286 5,499238
0,0000 BH
0,057799 0,028505
2,027709 0,0433
DA 0,064964
0,024160 2,688845
0,0075 TAXR
0,072330 0,023548
3,071666 0,0023
Y -0,002865
0,008734 -0,328043
0,7431 POPULASI
-0,796734 0,117301
-6,792242 0,0000
LPAD 0,508392
0,027907 18,21754
0,0000 DODF
0,518609 0,057272
9,055118 0,0000
Weighted Statistics R-squared
0,996687
Mean dependent var
-5,190132
Adjusted R-squared
0,996328
S.D. dependent var
2,628362
S.E. of regression
0,159267
Sum squared resid
9,588366
F-statistic
2774,002
Durbin-Watson stat
2,118696
ProbF-statistic 0,000000
Keterangan : : signifikan pada taraf nyata 5 Sumber : Lampiran 9
Hasil Estimasi pada tabel 5.4 dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :
ln P
AD
it
=
9,00
+
0,06 ln
BH
it
+
0,06 ln
DA
it
+
0,07
Taxr -0,79 ln Populasi
it
+
0,51
ln PAD
it-1
+
0,52
Dodf +
it
Hasil estimasi menunjukkan 6 variabel yang menunjukkan signifikansi terhadap kinerja PAD. Hasil estimasi model persamaan PAD dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Bagi hasil berpengaruh signifikan dan positif artinya setiap peningkatan1 juta rupiah perkapita bagi hasil akan meningkatkan PAD sebesar 60 ribu perkapita
2. Dana Alokasi berpengaruh signifikan dan positif artinya setiap peningkatan 1 juta rupiah perkapita dana alokasi akan meningkatkan PAD sebesar 60 ribu
perkapita. 3. Tarif pajak lokal berpengaruh signifikan dan positif artinya setiap peningkatan
1 juta rupiah perkapita dana alokasi akan meningkatkan PAD sebesar 70 ribu rupiah perkapita.
4. Populasi berpengaruh signifikan dan negatif artinnya setiap peningkatan 1 juta rupiah perkapita populasi akan menurunkan PAD sebesar 0,79 persen.
5. Lag PAD berpengaruh signifikan dan positif artinya nilai PAD dipengaruhi tingkat PAD tahun sebelumnya sebesar 51 ribu perkapita
6. Desentralisasi fiskal berpengaruh positif dalam penerimaan PAD sebesar 0,52. Berdasarkan tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa variabel internal daerah
tarif pajak lokal berpengaruh signifikan. Setiap kenaikan 1 juta rupiah perkapita rasio pajak lokal akan meningkatkan PAD perkapita sebesar 70 ribu rupiah
perkapita, cateris paribus. Pelaksanaan desentralisasi secara efektif mampu meningkatkan kinerja fiskal daerah yang ditunjukkan dengan elastisitas
penerimaan tarif pajak lokal yang lebih tinggi daripada sumber penerimaan lainnya. Kenaikan PAD yang ditempuh pemerintah melalui kenaikan tarif pajak
lokal secara terus menerus tidak akan efektif karena banyak usaha yang akan dirugikan dengan tingginya biaya pajak David dan Joseph, 2000.
Variabel eksternal daerah yaitu Bagi Hasil BH dan Dana Alokasi DA berpengaruh signifikan terhadap peningkatan PAD. BH memiliki korelasi positif
terhadap penerimaan PAD kabupatenkota Jawa Tengah. Daerah-daerah yang memiliki sumber-sumber dari tiga jenis pendapatan, yaitu dari Pajak migas dan
bagi hasil dari PBB Pajak Bumi dan Bangunan, BPHTB Bea Perolehan Tanah dan Bangunan memiliki slope positif terhadap penerimaan PAD. BH sebagai
subtitut penerimaan daerah dari pemerintah pusat tidak menjadi penghalang daerah dalam upaya peningkatan PAD Nisnaken dalam Haryo, 2007. Setiap
peningkatan BH perkapita sebesar 1 persen pemerintah daerah akan menyikapi dengan upaya penggalian PAD sebesar 60 ribu rupiah perkapita, cateris paribus.
Selain itu, transfer DA juga memberi pengaruh positif pada penerimaan PAD sebesar 50 ribu rupiah perkapita, cateris paribus. Dalam jangka panjang kenaikan
transfer jenis ini tidak akan efektif karena menjadi pengahalang kreativitas daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan karena tingkat ketergantungan
kepada pemerintah pusat semakin tinggi. Variabel pendapatan
perkapita tidak memberikan pengaruh signifikan
pada kinerja PAD. Hal ini dikondisikan bahwa seharusnya peningkatan pendapatan perkapita akan meningkatkan PAD, tetapi kondisi perekonomian yang
tidak stabil berdampak adanya eksternalitas terhadap hubungan antara industri dengan industri dan industri dengan masyarakat dan pemerintah, Musgrave dalam
Mangkoesubroto1993. Hal ini berdampak pada asimetris pada informasi pemerintah dalam merespon perubahan dalam masyarakat yang akan berdampak
pada lambatnya respon pemerintah dalam menyikapi perubahan perkonomian masyarakat.
Koefisien pada variabel lag dapat diartikan sebagai variabel inkremental. Signifikansi 0,52 pada penerimaan PAD menunjukkan bahwa pemerintah daerah
kabupatenkota Jawa Tengah dalam merencanakan realisasi anggaran tahun berikutnya berdasarkan data realisasi PAD tahun sebelumnya sebagai acuan.
Dalam jangka panjang kecenderungan ini akan berakibat pada persaingan pajak antar daerah Kuncoro, 2000. Pada akhirnya akan menimbulkan ekonomi biaya
tinggi yang akan menghambat kinerja mobilitas antar daerah Musgrave, 1981. Variabel dummy desentralisasi fiskal daerah berpengaruh signifikan pada
PAD secara positif. Artinya pertumbuhan PAD lebih baik pada masa desentralisasi dibandingkan sebelum pelaksanaan kebijakan. Kebijakan ini
mampu mendorong Pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan pengelolaan fiskal yang lebih baik yang tercermin dengan meningkatnya
pertumbuhan PAD setelah pelaksaan desentralisasi. Hal ini sesuai dengan indeks pertumbuhan fiskal yang meningkat di beberapa wilayah di Jawa Tengah Metode
Kuadran.
5.7. Hasil Estimasi Parameter Model Pengeluaran Operasional