5.3. Metode Indeks
Indeks Kemampuan Fiskal IKF daerah merupakan cerminan dari peringkat kemampuan fiskal daerah secara keseluruhan dari kabupatenkota Jawa
Tengah. Indeks fiskal yang tinggi menunjukkan kemampuan kinerja daerah dalam menggali sumber fiskal daerahnya. IKF berfungsi dalam melihat tingkat kemajuan
pembangunan daerah dibandingkan dengan pembangunan didaerah lainnya. Pada Gambar 5.6 menunjukkan wilayah yang memiliki IKF tertinggi
terhadap pengeluaran modal adalah Kudus dan Kota Semarang, sedangkan yang memiliki IKF terendah adalah Batang dan Pekalongan. Hal ini menunjukkan
bahwa Kudus dan Kota Semarang memiliki tingkat kapasitas pelayanan publik untuk pembangunan lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lainnya, dan
sebaliknya untuk daerah Batang dan Pekalongan memiliki tingkat pembangunan publik lebih rendah jika dibandingkan dengan daerah lainnya.
IKF dari sisi kapasitas fiskal terhadap pengeluaran operasionalnya menunjukkan memiliki indeks tertinggi, sedangkan Batang dan Pekalongan
memiliki IKF yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa Kudus dan Purbalingga memiliki indeks paling tinggi terhadap peningkatan pelayanan
fasilitas publik melalui tingginya alokasi anggaran pada kebutuhan administrasi, sedangkan Batang dan Pekalongan memiliki tingkat pelayanan yang paling rendah
pada kebutuhan administratif dibandingkan daerah lainnya. Secara umum pada Gambar 5.6 menunjukkan bahwa IKF lebih sensitif terhadap pengeluaran
operasional. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan desentralisasi kebutuhan daerah dalam administrasi kepemerintahannya semakin meningkat Lampiran 9,
maka akan meningkat pula alokasi penerimaan fiskal dalam pengeluaran operasional.
Keterangan : Lihat
Sumber : Lampiran 9,10
Gambar 5.6. Indeks Kemampuan Fiskal Daerah Jawa Tengah Tahun 1995 dan 2006
5.4. Analisis Panel Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode efek tetap fixed effect model. Penggunaan metode ini didasarkan pada asumsi unit cross
section diambil tidak secara acak, dengan menggunakan asumsi ini maka metode yang lebih sesuai digunakan adalah metode fixed effect. Pemilihan metode
berdasarkan serangkaian uji pemilihan model ini didasarkan pada uji yang telah dilakukan, dengan tahapan sebagai berikut:
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
2.00
1 3
5 7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
N il
a i
I K
F
W ilayah
IKFBM IKFBO
1. Uji Chow Test
H0 = Pool H1 = Fixed Effect
Hasil uji Chow Test menunjukkan bahwa nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel. Dapat disimpulkan tolak H
yang berarti metode fixed effect lebih sesuai digunakan sebagai model.
Tabel 5.1. Hasil Uji Chow Test Model
Chow-test Table Konklusi Konklusi PAD
1,67 1,46
Tolak H Fixed
BO 18,59
1,46 Tolak H
Fixed BM
0,35 1,46
Terima H Pool
2. Uji LM test
H = Pooled
H
1
= Random Hasil uji LM Test menunjukkan bahwa nilai LM lebih besar dari nilai Chi
Square tabel. Dapat disimpulkan tolak H yang berarti metode Random lebih
sesuai digunakan sebagai model. Tabel 5.2. Hasil Uji LM Test
Model LM Chi-square
table Konklusi Konklusi PAD
44,08 3,84
Tolak H Random
EXPO 0,077
3,84 Terima
H Pool
EXPM 18,59
3,84 Tolak H
Random
1. Uji Hausman Test
H = Random
H
1
= Fixed Effect
Berdasarkan nilai statistik hausman X
2
tabel sehingga tolak H . Model
fixed effect yang digunakan sebagai model estimasi. Probabilitas 0,0000 menunjukkan signifikan, maka tolak H
. Tabel 5.3. Hasil Uji Hausman Test
Model Chi-Sq. Statistic Chi-square table Chi-Sq. d.f.
Prob. Konklusi
PAD 79,19
3,84 7
Tolak H
EXPO 20,71
3,84 7
0,0042 Tolak H
EXPM 55,93
3,84 7
Tolak H
5.5. Hasil Uji Statistik