pada lambatnya respon pemerintah dalam menyikapi perubahan perkonomian masyarakat.
Koefisien pada variabel lag dapat diartikan sebagai variabel inkremental. Signifikansi 0,52 pada penerimaan PAD menunjukkan bahwa pemerintah daerah
kabupatenkota Jawa Tengah dalam merencanakan realisasi anggaran tahun berikutnya berdasarkan data realisasi PAD tahun sebelumnya sebagai acuan.
Dalam jangka panjang kecenderungan ini akan berakibat pada persaingan pajak antar daerah Kuncoro, 2000. Pada akhirnya akan menimbulkan ekonomi biaya
tinggi yang akan menghambat kinerja mobilitas antar daerah Musgrave, 1981. Variabel dummy desentralisasi fiskal daerah berpengaruh signifikan pada
PAD secara positif. Artinya pertumbuhan PAD lebih baik pada masa desentralisasi dibandingkan sebelum pelaksanaan kebijakan. Kebijakan ini
mampu mendorong Pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan pengelolaan fiskal yang lebih baik yang tercermin dengan meningkatnya
pertumbuhan PAD setelah pelaksaan desentralisasi. Hal ini sesuai dengan indeks pertumbuhan fiskal yang meningkat di beberapa wilayah di Jawa Tengah Metode
Kuadran.
5.7. Hasil Estimasi Parameter Model Pengeluaran Operasional
Pengeluaran operasional merupakan alokasi anggaran pemerintah yang meliputi pengeluaran untuk kebutuhan administrasi pemerintahan dan alokasi
lainnya yang terkait pada kebutuhan administratif untuk. Hasil estimasi output faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran operasional dengan menggunakan
pembobotan cross section weight dan white cossection covariance menunjukkan nilai R-squared 0,97. Hal ini dapat diartikan bahwa sebesar 97 persen variabel-
variabel dalam model dapat menjelaskan variabel independennya dan sisanya dijelaskan variabel lainnya diluar model.
Tabel 5.5. Hasil Estimasi Output Faktor-faktor Yang Berpengaruh pada Pengeluaran Operasional dengan Pembobotan Crossection Weight
dan White crossection Covariace.
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob.
C 2,595810
4,050808 0,640813
0,5220 BH
0,050482 0,047968 1,052404
0,2933 DA
0,580550 0,193738
2,996570 0,0029
TAXR 0,189129
0,084202 2,246121
0,0253 Y
-0,023693 0,021385 -1,107921
0,2686 POPULASI
-0,186255 0,325451
-0,572298 0,5675
LBO 0,385689
0,127539 3,024082 0,0027 DODF
0,062258 0,249896
0,249135 0,8034
Weighted Statistics R-squared
0,977273 Mean dependent var -2,433569
Adjusted R-squared
0,974808 S.D. dependent var 1,557173
S.E. of regression 0,247156
Sum squared resid 23,09063
F-statistic 396,4383 Durbin-Watson stat
2,012102 ProbF-statistic
0,000000
Keterangan : : signifikan pada taraf nyata 5 Sumber : Lampiran 10.
Hasil estimasi tabel 5.5 dapat dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: ln BO
it
= 2,59 + 0,58 ln DA+ 0,19 Taxr + 0,38 ln BO
it-1
+
it
Hasil estimasi menunjukkan 3 variabel yang menunjukkan signifikansi terhadap kinerja pengeluaran operasional. Hasil estimasi model persamaan
pengeluaran operasional dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Dana Alokasi berpengaruh signifikan dan positif artinya setiap peningkatan
dana alokasi sebesar 1 juta rupiah perkapita akan meningkatkan pengeluaran operasional sebesar 58 ribu rupiah perkapita.
2. Tarif pajak lokal berpengaruh signifikan dan positif artinya setiap peningkatan 1 juta rupiah perkapita dana alokasi akan meningkatkan belanja operasional
sebesar 19 ribu rupiah perkapita. 3. Lag Belanja Operasional BO berpengaruh signifikan dan positif artinya nilai
BO dipengaruhi nilai BO tahun sebelumnya sebesar 38 ribu rupiah perkapita. Pengeluaran
operasional merupakan pengeluaran
pemerintah untuk
keperluan administratif bagi berlangsungnya kegiatan pemerintahan. Pengeluaran ini meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas,
belanja pemeliharaan dan belanja lain-lain. Peningkatan PAD, Dana Alokasi, dan Bagi Hasil mengindikasikan
peningkatan kemampuan keuangan daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan meningkatnya anggaran dalam pembangunan daerah, yang
tercermin dari upaya pemerintah daerah dalam mengalokasikan kebijakan yang berpihak pada masyarakat. Perbaikan distribusi pendapatan terhadap
kesejahteraan masyarakat tercermin dari peningkatan alokasi pembiayaan pada sektor publik bukan belanja pegawai dan adanya subsidi pembiayaan bagi
masyarakat miskin. Variabel pendapatan
perkapita tidak memberikan pengaruh signifikan
pada kinerja PAD. Hal ini dikondisikan bahwa seharusnya peningkatan pendapatan perkapita akan meningkatkan PAD, tetapi kondisi perekonomian yang
tidak stabil berdampak adanya eksternalitas terhadap hubungan antara industri dengan industri dan industri dengan masyarakat dan pemerintah, Musgrave dalam
Mangkoesubroto1993. Hal ini berdampak pada asimetris pada informasi
pemerintah dalam merespon perubahan dalam masyarakat yang akan berdampak pada lambatnya respon pemerintah dalam menyikapi perubahan perkonomian
masyarakat. Selain tiu variabel populasi tidak memberikan pengaruh signifikan karena sebagian besar alokasi dana anggaran masih ada kecenderungan
berorientasi pada aspek kepentingan penguasadan tingginya masalah korupsi pada pihak penguasa sehingga alokasi anggaran yang seharusnya menjadi hak
masyarakat tidak sampai. Pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa variabel internal daerah tarif pajak
lokal sebagai penerimaan PAD pada pengeluaran operasional signifikan secara positif sebesar 0,26, artinya setiap kenaikan 1 juta rupiah perkapita penerimaan
fiskal akan meningkatkan pengeluaran operasional sebesar 26 ribu rupiah perkapita, cateris paribus. Hasil ini mengindikasikan bahwa kontribusi fiskal
dalam pengeluaran operasional masih relatif sedikit dibandingkan dengan rasio transfer terhadap pengeluaran operasionalnya. Hal ini dikondisikan bahwa kinerja
pengeluaran daerah setelah pelaksanaan desentralisasi lebih dipusatkan pada keperluan administratif, yaitu pengeluaran operasional lebih tinggi, hal ini sesuai
dengan nilai hasil pemetaan kinerja fiskal terhadap pengeluaran operasionalnya lebih rendah sesudah pelaksanaan desentralisasi.
Bagi hasil tidak memberikan pengaruh signifikan karena memiliki kontribusi yang masih kecil, hal ini ditandai oleh potensi pajak daerah yang
berasal dari sumber bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak juga masih rendah sehingga tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengeluaran
operasional yang relatif lebih tinggi dari pengeluaran modalnya. Dana Alokasi
berpengaruh signifikan secara positif terhadap pengeluaran operasional perkapita sebesar 0,5 juta rupiah perkapita, cateris paribus. Signifikannya variabel DA
mengindikasikan peningkatan pemberian DA akan semakin memperburuk distribusi pendapatan masyarakat kabupatenkota Jawa Tengah karena daerah
menjadi tidak kreatif dalam menciptakan sumber-sumber pendapatannya sendiri. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa alokasi transfer masih relatif besar
digunakan pada keperluan administratif sehingga kurang berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat, dengan berkurangnya pembangunan sektor publik.
Variabel ini memiliki elastisitas yang lebih besar dari sumber penerimaan lainnya sehingga dapat disimpulkan terjadinya fenomena flypaper effect pada kinerja
pengeluaran operasional kabupatenkota di Jawa Tengah. Hasil estimasi panel data tersebut mendukung analisis kinerja keuangan
daerah yang memperlihatkan lebih dari 60 persen dana alokasi dibelanjakan pada pegawai Lampiran 3, artinya alokasi Dana alokasi sebagian besar hanya terpusat
pada kebutuhan pejabat, anggota DPRD dan aparatur daerah yang jumlahnya relatif sedikit, dibandingkan Dana Alokasi yang jumlahnya relatif sedikit untuk
dialokasikan penduduk yang jumlahnya banyak. Kondisi ini secara berkala akan semakin memperbesar gap yang ada antar lapisan masyarakat.
Variabel pendapatan perkapita masyarakat tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada pengeluaran operasional. Hal ini mengindikasikan dalam
penetapan anggaran operasional pemerintah tidak bertolak pada kondisi kesejahteraan rakyatnya. Hal ini dapat juga diartikan masih dominannya
kepentingan para penguasa.
Variabel lag belanja operasional signifikan secara positif yang berarti
dalam penetapan anggaran tahun berikutnya berdasar pada pengeluaran tahun sebelumnya. Selain itu juga pelaksanaan otonomi telah memberikan pengaruh
yang positif terhadap penentuan anggaran belanja operasional tahun berikutnya. Dummy desentralisasi tidak berpengaruh signifikan pada kinerja
pengeluaran operasional. Hal ini dikondisikan pada dominasi pengeluaran operasional pada masa sebelum dan sesudah pelaksanaan desentralisasi sehingga
penerapan kebijakan desentralisasi tidak disikapi pemerintah dengan meningkatkan pengeluaran operasionalnya.
5.8. Hasil Estimasi Parameter Model Pengeluaran Modal