Konsep Fenomenologi TINJAUAN PUSTAKA

holistik dosenkepadamahasiswa secara pribadi maupun akademik. Mahasiswa mengidentifikasi caring dosen sebagai tindakan melindungi, merespon, sabar, tersedia, dapat diandalkan, fleksibel, suportif, terbuka, hangat dan apa adanya. Caringdosen secara pribadi dan akademik memberikan umpan balik dan membantu mahasiswa untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan dan pilihan serta memberdayakan individu untuk mandiri mencapai potensi pribadi dan akademik. Interaksi caring dosen-mahasiswa melibatkan dimensi keintiman, kepercayaan, berbagi dan ketertarikan, bahkan dapat dianggap sebagai teman.

2.4 Konsep Fenomenologi

Orientasi dasar filosofis fenomenologi dipandang oleh banyak sarjana perawat dan peneliti sangat relevan untuk keperawatan Zalm Bergum, 2000. Fenomenologiadalah upaya untuk memberikan pemahaman dan makna internal serta esensi dari pengalaman hidup seseorang dengan deskripsipengalaman dari hati.Fenomenologi berakar dari ilmu filosofi yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger pada tahun 1962. Pengalaman hidup manusia dipandang oleh phenomenologist sebagai sesuatu yang penuh makna dan dialami secara sadar melalui interaksi tubuh dengan dunia. Terdapat tiga jenis penelitian fenomenologi yaitu: descriptive phenomenology,kombinasi antara descriptive phenomenology dengan interpretive phenomenology dan interpretive phenomenology Polit Beck, 2008. Descriptive phenomenology. Fenomenologis yang terkenaldari negara Amerika Utara adalah Van Kaam 1966, Giorgi 1970, 1985, 1992 dan Colaizzi Universitas Sumatera Utara 1978 didasarkan pada filosofi Husserl yang fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena dan diinformasikan oleh karya-karya Spiegelberg 1970, 1972 yang menetapkan proses penting untuk penyelidikan fenomenologi yang terus membuat modifikasi, perbaikandan perluasan untuk cara melakukan penelitian fenomenologi Edward Welch, 2011. Ada beberapa perbedaan penting antara ketiga pendekatan tersebut, metode Colaizzi adalah satu-satunya yang menganjurkan kembali kepada partisipan untuk memvalidasi hasil yang merupakan modifikasi dari prosedur metode analisis Giorgi, analisis Giorgi untuk memvalidasi hasil hanya mengandalkan peneliti saja karna pandangannya bahwa tidak pantas kembali kepada peserta untuk memvalidasi temuan tetapidapat menggunakan hakim eksternal untuk meninjau hasil analisis, sedangkan metode Van Kaam mensyaratkan bahwa kesepakatan hasil analisis dicapai dengan menggunakan hakim ahli lainnyaPolit Beck, 2008 ; Edward Welch, 2011. Menurut Edward dan Welch 2011 terdapat 7 langkah dalam menganalisis data dengan metode Collaizi yaitu, 1menyalin semua deskripsi subjek, dalam bagian ini dari proses analisis, narasi pesertaditranskripsikan dari audio rekaman wawancara masing- masing individu. Transkrip wawancara individu tersebut kemudian divalidasi olehmasing-masing peserta. 2pernyataan yang signifikan laporan yang secara langsung berhubungan dengan fenomena yang diinvestigasi.Setiap pernyataan dalam narasi peserta yang berhubungan langsung dengan fenomena yang sedang ditelitidan dianggap signifikan. Tandai dan beri nomor pernyataan signifikan yang diambil dari masing- masing hasil transkrip Universitas Sumatera Utara wawancara. Laporan signifikan secara numerik dimasukkan ke dalam daftar misalnya, 1,2,3,4.... 3 merumuskan makna, dalam tahap ini peneliti mencoba merumuskan penyajian kembali lebih umum atau arti untuk setiap pernyataan signifikan yang disaring dari narasi peserta danmakna dirumuskan menjadi tema. Peneliti menetapkan atau mengatur makna dirumuskan menjadikelompok sejenis karena beberapa pernyataan mungkin berhubungan. 5mengembangkan deskripsi lengkap gambaran yang komprehensif dari pengalaman yang diartikulasikan oleh peserta. Sebuah penjelasan lengkap dikembangkanmelalui sintesis semua tema danmaknadirumuskan. 6mengidentifikasi struktur fundamental darifenomena, struktur dasar mengacu pada esensi dari pengalaman yang diungkapkan melalui analisis deskripsi lengkap darifenomena. 7kembali ke peserta untuk validasi, sebuah pertemuan lanjutan yang dibuat antarapeneliti dan masing-masing peserta untuktujuan memvalidasi esensi dari fenomena tersebutdengan peserta.Setiapperubahandibuat sesuai dengan umpan balik pesertauntuk memastikan maksud makna yang disampaikandalam struktur dasar dari fenomena tersebut.Integrasi informasi tambahan dari peserta untuk dimasukkan kedeskripsi akhir dari fenomena yang terjadi pada saat ini. Kombinasi antara descriptive phenomenology dan interpretive phenomenology,pendekatanfenomenologisini berasal dari Utrecht School yang menggabungkan karakteristik fenomenologi deskriptif dan interpretif. Van Manen 1990 adalah contoh dari pendekatan gabungan, dimana peneliti mencoba untuk memahami arti penting dari pengalaman yang dipelajari. Menurut Van Manen, aspek tematik pengalaman dapat diungkap atau terisolasi dari deskripsi peserta Universitas Sumatera Utara dari pengalaman dengan tiga metode: 1 pendekatan holistik, 2 pendekatan selektif atau menyorotidan 3 pendekatan baris demi barissecara rinci. Pendekatan holistik, peneliti melihat teks secara keseluruhan dan mencoba untuk menangkap maknanya. Pendekatan selektif, peneliti menyoroti pernyataan atau frase yang tampaknya penting untuk pengalaman yang diteliti. Pendekatan rinci, peneliti menganalisis setiap kalimat. Satu tema yang telah diidentifikasi akan menjadi objek refleksi dan interpretasi melalui tindak lanjut wawancara dengan peserta, melalui proses ini tema penting dapat ditemukan. Van Manen 2006 dalam Polit Beck, 2008menekankan bahwa metodefenomenologis ini tidak dapat dipisahkan dari praktek menulis. Menulis hasil analisis kualitatif merupakan perjuangan aktif untuk memahami dan mengenali makna hidup dari fenomena yang diteliti. Teks yang ditulis oleh seorang peneliti fenomenologis harus dapat mengarahkan pemahaman pembaca dalam memahami fenomena tersebut. Van Manen juga menyatakan identifikasi tema dari deskripsi partisipan tidak hanya diperoleh dari teks tertulis hasil transkrip wawancara, tetapi juga dapat diperoleh dari sumber artistik lain seperti dokumentasi, musik, lukisan dan seni lainnya yang dapat menyediakan kekayaan informasi pengalaman partisipan sehingga meningkatkan wawasan bagi peneliti dalam melakukan interpretasi dan pencarian makna dari suatu fenomena. Interpretive phenomenology dikembangkan oleh Heidegger pada tahun 1962 yang menekankan pada pemahaman dan interpretif penafsiran, tidak sekedar deskripsi pengalaman manusia. Interpretive phenomenology bertujuan untuk menemukan pemahaman dari makna pengalaman hidup dengan cara masuk Universitas Sumatera Utara kedalam dunia partisipan. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman setiap bagian dan bagian – bagian secara keseluruhan. Inti dalam menganalisis data dalam penelitian hermeneutik adalah gagasan dari lingkaran hermeneutik. Lingkaran menandakan proses metodologi dimana untuk mencapai pemahaman, ada gerakan terus-menerus antara bagian dan seluruh teks yang dianalisis. Gadamer 1975 dalam Polit Beck, 2008 menekankan bahwa untuk menafsirkan teks, peneliti tidak bisa memisahkan diri dari makna teks dan harus berusaha keras untuk memahami kemungkinan bahwa teks dapat mengungkapkan. Ricoeur 1981 dalam Polit Beck, 2008 memperluas pengertian teks, untuk memasukkan tidak hanya teks tertulis tetapi juga setiap tindakan manusia atau situasi. Beberapa ahli hermaneutik adalah Gadamerian 1975, Diekelmann 1989 dan Benner 1994, sedangkan Van Manen menurut Zalm dan Bergum 2000 juga termasuk kedalam fenomenologi hermaneutik.

2.5 Kerangka Konseptual