Empati Studi Fenomenologi : Karakteristik Caring Dosen Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Swasta Kota Medan

diam dia gitu, jadi seperti itulah kira–kira, harus terus tau kita mereka konsentrasi atau tidak gitu.” [P10, L80-84] “kita harus bisa menguasai kelas lah istilahnya, jadi dalam kelas itu kita harus tau mana yang memang benar–benar belajar mana yang tidak belajar jadi suasananya itu dibuat hidup gitu kita tidak sor dengan mata kuliah yang kita bawa sendiri”[P11, L352-355]

6. Empati

Empati berarti selaras antara isyarat verbal dan non verbalnya, dengan menggunakan prinsip-prinsip empati dapat membantu hubungan antara pengajar dan mahasiswa. Empati sebagai karakteristik caring tergambar dalam berbagai kategori seperti; peduli dan memperhatikan keadaan fisik dan psikologis mahasiswa, berusaha memahami situasi dan kondisi mahasiswa, merasa kasihan pada mahasiswa, berusaha mengetahui keadaankeberadaan mahasiswa dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap belajarkeberhasilan mahasiswa. Partisipan berikut ini mengungkapkan bahwa dosen harus peduli dan memperhatikan keadaan fisik dan psikologis mahasiswanya. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan berikut ini: “tidak hanya perduli terhadap masalah nilai dikelas karena setiap mahasiswa, kembali kita kekonsep manusia itu, tidak terlepas dari biopsikososiospiritualnya jadi kalau misalnya mahasiswa kita hanya perhatikan nilainya tanpa perduli bagaimana psikologisnya, keadaannnya karna dia kan tidak terlepas dari masalah asrama masalah itu saling berhubungan jadi disini kita tidak hanya perduli fisiknya, nilainya bagus dikelas tapi juga kita pikirkan bagaimana keaadaan pribadinya secara umum”. [P1, L34-40] Pernyataan diatas juga didukung oleh partisipan lainnya yang menyatakan bahwa dosen harus berusaha memahami situasi dan kondisi mahasiswanya, apabila mahasiswa melakukan suatu kesalahan, dosen boleh menanyakan alasan kenapa kesalahan tersebut terjadi dan apabila alasan yang diberikan dapat Universitas Sumatera Utara dimaklumi maka dosen dapat mentoleransi kesalahan tersebut. Kutipan pernyataan partisipan tersebut adalah: “kalau perduli itu semua ya kita perdulikan tentang kehidupan mahasiswa itu misalnya mahasiswa datang terlambat, gak boleh langsung suruh keluar, harus kita tanyak dulu kenapa datang terlambat, kemudian setelah mahasiswanya ngasih alasan yah kalau kita rasa rasional bisa kita terima yah mahasiswa kita kasih masuk mengikuti pelajaran tapi kalau kira–kira tidak bisa kita terima yah gak bisa lagi, tapi kalau alasannya bisa diterima yah masuk kelas gitu”. [P2, 10-17] Selain hal tersebut diatas, seorang partisipan juga mengatakan merasa kasihan dan sedih kepada orang tua mahasiswa, apabila mahasiswanya sering menghabiskan uang kuliah untuk keperluan yang tidak penting. Rasa kasihan tersebut diungkapkan dengan cara menasehati mahasiswa yang bersangkutan. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan berikut ini: “kalau kau masih menambahi uang dari mamak mu masih inilah, kalau kau tambah-tambah 500, 700, sejuta, sisamu itu kau tabung, ini 600 dikasih kau makan, itu pokoknya kau tebang, itu pokoknya gak rantingnya saya bilang sama anak–anak, janganlah gitu itu orang tuamu kasihan, merinding kita bu kalau lihat seorang perawat kan sedih rasanya gitu.” [P5, L451-455] Sikap empatipeduli terhadap mahasiswa dapat ditunjukkan dosen dari kepedulian terhadap kehadiran, penampilan, pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa karena mahasiswa keperawatan tentunya berbeda dengan mahasiswa lainnya. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan pernyataan beberapa partisipan berikut ini: “dalam setiap proses belajar yang akan saya lakukan saya sering sekali itu mengabsen karena bagi saya awal dari saya mengabsen, saya tahu mahasiswa tersebut datang atau tidak, kalau tidak datang maka saya tanyakan kembali apakah semalam juga dia tidak datang atau sudah berapa lama dia tidak datang kalau sudah lebih dari satu hari, dua hari itu saya tanyakan biasanya karna anak saya itu tinggal diluar saya tanyakan yang satu kosnya siapa, ada apa, ada masalah?” [P3, L10-15] Universitas Sumatera Utara “Kita mau tau dengan segalanya ya artinya dari kehadiran mahasiswa keterlambatannya, peraturan–peraturan dikelas, penampilan mahasiswa artinya kita bukan hanya bertanggungjawab sebatas memberikan konsep pengetahuan bagaimana selain pengetahuan, sikap anak–anak juga harus kita perhatikan, attitudenyalah gitu ya, perilaku meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan jadi banyak hal sebenarnya karena kita seorang perawat ini kita kan dosen dikeperawatan jadi beda dengan mungkin dosen diluar perawat mungkin gitu ya jadi sangat–sangat perlu kita perhatikan penampilan seorang perawat.” [P5, L11-18] “sebelum masuk ketopik itu saya akan perhatikan dulu mereka bagaimana dengan pakaian mereka, bagaimana rambut mereka.” [P7, L212-213] Empati juga terlihat pada adanya rasa tanggung jawab dosen terhadap belajar mahasiswa dan keinginan dosen agar mahasiswanya berhasil yang dapat tergambar dari adanya keinginan dosen untuk membuat mahasiswa paham dan mengerti tentang materi yang telah diajarkan dengan cara mengevaluasi mahasiswa diakhir pembelajaran. Hal ini sesuai dengan kutipan pernyataan dua partisipan berikut ini: “maunya kita itu ya mereka mengerti apa yang kita sampaikan jadi kalau gak ngerti juga ya kita cari tahu kenapa masih gak ngerti jadi kita kasih pertanyaan apa yang sudah kita terangkan tadi kita evaluasi dengan pertanyaan gitu.” [P2, L34-36] “kalau diakhir selalu saya bilang anak–anak meriview, saya suruh ulang, ayok ulang kembali apa yang saya sampaikan saya bilang, jadi saya sedih kok ada yang dipelajari tapi gak nyambung, mungkin bahasanya terlalu ini, tapi saya berusaha bahasa saya kemahasiswapun waktu mengajar saya gak monoton.” [P6, L312-317] Rasa tanggung jawab dosen terhadap pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diajarkan seperti menjelaskan materi dengan baik dan menarik, disiplin waktu, mempersiapkan materi dengan baik dan berusaha menguasai materi yang diberikan. Pernyataan yang sesuai dengan beberapa hal tersebut adalah: Universitas Sumatera Utara “kita usahakan bagaimana mahasiswa itu bisa mengerti apa yang kita berikan harus kita bisa menjelaskan seperti apa, gimana caranya memanage waktu supaya tepat, persiapandiri, persiapan materi, menguasai materi, bagaimana supaya bisa menariklah materi yangkita berikan, seperti itulah.” [P10, L16-19] Empati yang tergambar dari tanggung jawab terhadap pembelajaran mahasiswa dapat ditunjukkan dengan perduli terhadap konsentrasi mahasiswa saat mengajar dan peduli terhadap masalah yang dapat menghambat kelancaran studi mahasiswa. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan partisipan berikut ini: “kayak ginilah anak kami ini belum maju proposal sudah kami panggili la itu, sini dulu semua apa masalahnya, jadi saya panggil semuanya, dimana masalahnya gitu kan kenapa belum maju?” [P5, L151-154] Hal tersebut diatas juga didukung oleh dua partisipan lainnya yang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap pengetahuan yang diperoleh mahasiswa setelah tamat dari pendidikan. Kutipan pernyataan partisipan tersebut adalah: “nanti setelah tamat jika mereka tidak tahu perkembangan yang terbaru sekarang ada seperti itu ya tetap juga dosennya yang malu ya memang beban moral juga sama dosennya lah dengan saya misalnya seperti itu karena saya tidak menyampaikan apa terbaru khususnya perkembangan keperawatan saat ini.”[P8, L84-88] Rasa tanggung jawab dosen juga dapat tergambar dari adanya keinginan dosen terhadap pencapaian belajar mahasiswa yang sesuai dengan tujuan dan keinginan dosen agar mahasiswanya berhasil nantinya setelah menyelesaikan pendidikan. Keinginan dosen agar mahasiswa belajar ataupun memahami materi yang diajarkan seperti dua kutipan pernyataan partisipan berikut ini: “saya akan memotivasi dia supaya belajar, saya akan bercerita saya akan bandingkan diera 2025 ini akan era globalisasi perawat dari luar juga akan masuk kemari, bagaimana kalau kita belajarnya seperti ini, belajarnya malas, bahkan kita akan jadi tidak terpakai nantinya kalau Universitas Sumatera Utara cara belajar kita yang seperti ini, jadi mereka otomatis akan termotivasi apalagi kalau saya berikan gambaran.” [P11, L96-101] Pernyataan tersebut juga didukung oleh partisipan lainnya yang mengatakan bahwa merasa senang bila mendengar mahasiswanya berhasil dalam mendapatkan pekerjaan yang baik, seperti kutipan dua partisipan berikut ini: “kalau dia gak bimbingan–bimbingan saya lihat jadwal bimbingannya saya akan tanya dia kenapa kamu misalnya dari tanggal sekianbaru muncul sekarang apa masalahnya biar cepat gitu supaya dia cepat maju, karnasaya takut kalau asal–asalan, kok masih banyak yang salah padahal udah kitabimbing, jadi rajin manggilin gitu kayak awak yang perlu padahal mereka yang mautamat.” [P11, L469-474]

7. Komitmen